🍀61 - Bertengkar dan putus

9 2 0
                                    

Kini Rosi bergerak menuju kamar Davindra, diikuti oleh Carlyn dibelakangnya. Melihat itu, Davindra pun berlari mengikuti Rosi, dan lebih tepatnya disini dia menahan tindakan yang akan di lakukan Rosi.

Sebisa mungkin Davindra menahan Rosi, menahan gadis itu agar tak sampai di kamarnya.

“Apa yang akan lo lakukan? Elo sama sekali gak ada hak buat masuk ke dalam sana!” Bentak Davindra seraya menarik lengan Rosi lalu menghempaskan tangannya begitu saja.

“Aku cuma mau buktiin kalau selama ini mas nahan ruh Lyn dan main dukun” pekik Rosi.

Rosi menunjuk wajah pria itu secara terang-terangan, bukan hanya Davindra, disini pun Carlyn di buat terkejut dengan kenyataan yang terpendam selama ini.

“A-apa?!” - Carlyn.

Jadi inilah penyebabnya, dia memang sengaja ditahan oleh Davindra bukan hanya karena pria itu terus membayangkan dirinya. Tapi memang Davindra memiliki perantara yang lain dalam menahan ruh Carlyn.

Rosi mengusap wajah frustasi “aku gak tau sebesar apa cinta mas sama Lyn, tapi untuk kasus seperti ini, mas Davin udah bener-bener keterlaluan. Mas tau gak kalau Lyn gak tenang selama ini? Dia itu tersiksa selama ini mas.”

Brakkk...

Davindra melemparkan bangku kecil yang ada didekatnya ke samping Rosi, tatapan matanya begitu tajam menyoroti tubuh Rosi. Membuat Rosi gentar dalam menghadapi kemarahan Davindra saat ini.

Dan kemarahan pria itu mengingatkan Rosi akan marahnya seseorang, marahnya pria tua beberapa waktu lalu, memang persis sekali seperti ini. Marahnya Davindra sangat mirip dengan marahnya Surendra.

“Gue lakuin ini karena gue terlalu cinta sama Lyn, gue gak rela dia pergi gitu aja dari hidup gue dan karena lo gak tau apapun, lebih baik lo diam. Lo bahkan gak tau semenyakitkan apa saat lo di tinggal mati sama orang yang lo cinta” Pekik Davindra seraya menunjuk Rosi.

Tak lupa juga si sulung mendorong tubuh Rosi, berusaha menjauhkan gadis itu dari jangkauan kamarnya.

Tak peduli akan Rosi yang saat ini jatuh terduduk seraya merintih merasakan sakit di bahu kanan-kirinya akibat dorongan Davindra yang terlalu kasar.

“Kak, seharusnya kakak gak kasar sama Rosi!! Bagaimanapun juga yang salah disini itu kakak, aku gak nyangka kakak sejahat ini sama aku” Pekik Carlyn yang kini ikut memarahi Davindra, menghakimi pria itu dengan segala kesalahannya.

“Diam Lyn, dan lo Rosiana. Seharusnya lo ngerasain apa yang gue rasain, agar lo tau rasa sakitnya sebelum lo masuk untuk mencampuri urusan pribadi orang lain” kata Davindra penuh penekanan.

Mendengar itu tatapan Rosi berubah menjadi lebih tajam dari sebelumnya, dia berdiri dengan perlahan seraya terkekeh geli. Sebelum Rosi membuka suaranya, dia sempatkan untuk meneguk ludahnya sendiri.

“Lo gak perlu nyumpahin gue sampe segitunya Davindra, elo gak tau aja. Bahkan sebelum elo, gue udah lebih dulu ngerasain hal itu___” Rosi sempatkan mengusap air matanya yang mengalir di kedua pipinya.

Rosi menoleh ke arah lain, dia tak ingin menatap pria itu secara langsung dalam keadaan menangis seperti ini. Rosi menghembuskan nafas beratnya, sempat tersengal karena berusaha menahan isak tangisnya saat ini.

“Gue udah pernah ngerasain” gumam Rosi pelan dan nyaris tak terdengar.

“Gue udah pernah ngerasain gimana sakitnya, kehilangan dua orang yang gue cinta sekaligus” kata Rosi seraya mengacungkan kedua jari tangannya di hadapan Davindra.

“Kedua orang tua gue, bahkan gue nyaris gila karena hal itu, dan sekarang lo nyumpahin gue agar gue ngerasain apa yang lo rasa? Oke, gue harus kehilangan siapa lagi setelah ini? Siapa? Malvin? Hmm, atau kakak gue, Kak Reqi?!” Jerit Rosi.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang