🍀43 - Tahap yang baru

6 5 0
                                    

“Terus aku harus apa?” Tanya Rosi, masih dengan mengerucutkan bibirnya dihadapan Malvin.

Astaga, kalau saja iman Malvin tidak sekuat ini, mungkin bibir milik perempuannya ini akan membengkak karena ulahnya.

Memang yaa, perempuan itu selalu saja menguji iman Malvin, untung dia kuat. Dicubitnya pipi Rosi karena gemas “jangan manyun, tar aku khilaf gimana?” kata Malvin.

Rosi menatap datar Malvin “Aku colok mata kamu loh yaa kalau berani macem-macem sama aku” kata Rosi kesal.

“Galak banget sih” kata Malvin seraya tertawa terbahak-bahak mendengar itu.

“Hm, yaa pokoknya tugas kamu cuma itu aja sih” kata Malvin lagi kembali ke inti pembahasan mereka, dia menyerahkan sebuah buku bersampul hijau army pada Rosi.

“Itu jadwalnya bang Davindra.”

Rosi menghela nafas beratnya, sama sekali tak menyangka kalau pada akhirnya dia akan menerima pekerjaan itu.

Semoga saja Davindra tak merepotkan, semoga dirinya mampu dan kuat dalam menjalankan pekerjaan yang sangat amat berat ini. Iya, hanya itu harapan Rosi.

“Kira-kira kesulitan apa yang bakalan aku hadapin soal mas Davin?” Tanya Rosi.

“Gak begitu banyak sih, dia cukup profesional juga kalau menyangkut pekerjaan, ya palingan juga dia susah di ajak bangun pagi sama sedikit susah di atur” jelas Malvin.

Lagi-lagi Rosi menghela nafas panjang lalu menjatuhkan kepalanya pada bahu sang kekasih. Rasanya ingin menjerit sekeras-kerasnya, Rosi tak suka pada orang yang susah di ajak bangun pagi.

“Aku beneran gak bisa mundur yaa?” Tanya Rosi.

“Ya kalau kamu ada uang buat ganti biaya rumah sakit ya kamu bisa mundur” kata Malvin.

“Sialnya aku gak punya uang sebanyak itu” kata Rosi dengan suara yang lemas.

Rosi pun mulai membuka buku itu, ternyata untuk dua hari kedepannya jadwal Davindra kosong, selama itu juga setidaknya Rosi bisa menyiapkan dirinya lebih dulu terlebih lagi mentalnya untuk menghadapi Davindra.

“Aku agak ragu sebenarnya, tapi ya mudah-mudahan aku bisa menyesuaikan diri sama pekerjaan ini” kata Rosi.

“Aku yakin kok kamu bakalan cepet terbiasa” kata Malvin.

Malvin mengusap puncak kepala Rosi, dan sesekali menciumnya gemas. Rosi sedikit mendongak, dia menangkap sosok Davindra yang tengah tertawa dengan Carlyn didekatnya.

Melihat itu Rosi langsung tersenyum manis, untuk yang kesekian kalinya gadis itu menyerukan betapa beruntungnya Carlyn yang dicintai Davindra itu.

Selang beberapa detik, Davindra melirik ke arah Rosi, dan di situ Rosi masih bertahan dengan senyuman manisnya. Melihat itu Davindra pun membalas senyuman Rosi, hingga membuat Rosi terdiam, entah kenapa.

Mungkin saja dia terpesona?.

Oh tidak, itu sama sekali tidak mungkin terjadi dalam diri Rosi.

“Kenapa?” Tanya Malvin ketika merasakan kalau Rosi-nya semakin menenggelamkan diri pada pelukan Malvin.

“K-kangen banget” kata Rosi sedikit gugup.

Malvin tertawa kecil mendengar itu, dia membawa tubuh Rosi agar duduk tegak dihadapannya “boleh cium berarti!” Kata Malvin, dia menatap gadis itu seraya menaik-turunkan alisnya.

“A-apa sih cium cium? Masih gak boleh” kata Rosi seraya mendorong wajah Malvin agar menjauh darinya.

“Pelit banget, cium pipi deh, nihh ayo” kata Malvin sedikit memaksa dan menyodorkan pipinya pada Rosi.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang