🍀09 - Ternyata orang itu?

10 7 0
                                    

“Dari sekian banyak orang, kenapa dia yang aku temui?” heran Rosi.

Rosi sedikit mengangkat payungnya, dilihatnya pria yang saat ini mulai menjauhi area pemakaman. Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat lalu berjalan lagi.

“Haha, aku se-enggak sadar ini kalau yang selalu aku lihat itu kakak kamu Vin?”

Iya, dialah Davindra, tentu Rosi mengenal pria itu. Lagipula siapa yang tak mengenal seorang Davindra? Semua kalangan tentu mengenal pria tersebut termasuk dirinya.

Setelah itu mata Rosi beralih ke sosok dibelakang Davindra, Rosi tersenyum tipis ketika mengingat bagaimana beberapa waktu lalu dia melihat pria itu tertawa terbahak-bahak ketika bertukar obrolan dengan sosok dibelakangnya.

"Gila yaa, banyak orang mewajarkan adanya kebahagiaan yang hadir dengan cara yang salah" kata Rosi seraya menggelengkan kepalanya.

Terlihat jelas, seperti ada suatu paksaan disana. Rosi dapat melihatnya, melihat bahwa yang satu bahagia dan satu lagi bahagia juga, namun tersiksa disaat yang bersamaan.

“Malvin tau hal ini gak sih?”

Rosi, tak tau cara mengekspresikan diri selain menghembuskan nafas terberatnya dalam menanggapi kasus seperti ini.

"Aish, iya cinta itu memang buta, tapi kalau sudah mati harusnya urusan dengan dunia itu terputus" gumam Rosi seorang diri, lagi.

Hanya seorang diri, Rosi yakini bahwa dirinya tak bersama siapapun ketika menginjakkan kaki ditempat pemakaman umum ini.

Tapi yang namanya pemakaman, tentu tak bisa dibilang sepi bagi Rosi. Justru sebaliknya, disini sangatlah ramai.

"Tapi cinta juga bisa diperdaya nona, kamu bisa melihatnya kan kalau manusia itu sengaja mengikatnya agar tak pergi?" ucapan itu dilemparkan oleh si bayangan putih yang selalu mengikuti Rosi akhir-akhir ini.

Rosi menghembuskan nafas beratnya, matanya mendelik tajam pada sosok tersebut "gue gak butuh tanggapan apapun dari elo, bisa pergi sekarang?" pekik Rosi sedikit kesal.

"Tolong dia, kalau kamu tidak bisa menolong saya, setidaknya tolong gadis itu" katanya lagi.

"Tck, gue gak suka ikut campur urusan orang lain. Sekarang lo pergi" kata Rosi lagi.

Sosok tersebut hanya bisa tersenyum tanpa menanggapi Rosi lagi, meskipun samar karena hanya sebuah bayangan putih. Dapat Rosi lihat kalau bayangan seorang pria itu tengah tersenyum tipis ke arahnya sebelum dia pergi entah kemana.

Rosi memejamkan matanya sejenak, sungguh gila. Penglihatannya ini benar-benar akan membuat Rosi semakin gila dengan perlahan.

Lagi, Rosi sedikit melirik ke arah perginya Davindra. disitu jantung Rosi berdegup kencang, napasnya seakan terhenti ketika ditatap oleh sosok yang berjalan dibelakang Davindra.

"Ahh, oke bersikap biasa aja Rosiana, ayo" gumam Rosi tak begitu jelas ketika memalingkan wajahnya ke arah lain.

Setau Rosiana, kekasihnya selalu bercerita kalau sang kakak memang sedikit tidak waras. Awalnya Rosi tak mengerti kenapa Malvin-nya selalu berkata demikian.

Namun setelah melihat sendiri dan tahu posisi Davindra saat ini, Rosi sedikit mengerti kenapa sang kekasih menganggap kakaknya demikian.

Mengerti akan hal tersebut membuat Rosi pun merubah ekspresi wajahnya menjadi sendu "apa ini artinya aku harus menutup diri terus-menerus?" tanya Rosi pada dirinya sendiri

"Kalau aku bilang yang sejujurnya, pasti Malvin bakal mikir kalau aku juga gila, sama kayak kakaknya kan?" kata Rosi lagi.

Banyak orang berkata bahwa dirinya istimewa, namun orang-orang tersebut tidak tau bahwa dirinya hampir kehilangan akal karena dianggap tidak waras oleh orang-orang tertentu.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang