🍀58 - Kasmaran

6 2 0
                                    

Rosi mengerjapkan matanya beberapa kali dengan perlahan, lalu berusaha fokus untuk melihat siapakah yang saat ini tengah menggendongnya.

Dari bau yang menguar ditubuhnya, Rosi tau betul siapa orang yang selalu memakai parfum ini.

“Mas?” Panggil Rosi.

“Eh udah bangun?” Tanya Davindra.

Ternyata benar kan Davindra, pria itu menoleh sedikit ke belakang hingga membuat pipinya bersentuhan dengan pipi milik Rosi.

“Hhmm, ini kita dimana mas?” Rosi balik bertanya.

“Di d-di hotel” jawab Davindra sedikit gugup.

'Gue baru sadar, ternyata pipi Rosi lembut banget' batin Davindra.

“Udah turun dari pesawat ya? Kenapa gak bangunin?”

“Iya udah, kamu susah dibangunin, udah kayak mayat aja tadi” kata Davindra.

“Jahat, ah iyah ini mas pasti keberatan gendong aku dari bandara” keluh Rosi.

“Gak apa-apa, abis gak tega. Kamu keliatan cape, makanya tadi tidurnya nyenyak banget, lagian kamu tuh gak berat tau” cerocos Davindra.

“Apa sih?! Bukan cuma itu, pasti banyak liat kita begini.”

Davindra terkekeh kecil “enggak, lagian tadi yang gendong kamu dari bandara itu bukan mas kok. Cuma mas lihat kayaknya kamu gak nyaman ada di gendongan  dia, jadi pas udah sampe hotel, mas ambil alih kamu” jelas Davindra panjang lebar.

“Oh begitu, syukurlah.”

“Aku juga sadar kali dan terlalu beresiko kalau aku lakuin itu didepan umum” jelas Davindra lagi.

Setelahnya Rosi mengangguk lega lalu menjatuhkan kepalanya lagi di bahu kiri Davindra.

Entah ini hanya perasaan Rosi dan Davindra saja atau memang benar suasana yang terjadi saat ini malah berubah menjadi sangat canggung?.

“Ehh tapi jangan tidur lagi, ini kita udah sampe” kata Davindra ketika dia merasakan pipi Rosi menempel di lehernya.

Davindra pun langsung menurunkan Rosi dari gendongannya dengan perlahan, lalu setelah itu Davindra menyerahkan satu kunci kamar hotel pada Rosi.

Si sulung Atma itu menatap langsung kedua mata Rosi seraya tersenyum tipis, begitu juga sebaliknya. Namun dibalik itu, keduanya sama-sama berusaha untuk acuh terhadap euforia yang terjadi dalam hati masing-masing pada saat ini.

Katakanlah kalau keduanya sedang berusaha mengelak akan perasaan itu, terlalu pengecut memang.

“Kamar mas ada disebelah” kata Davindra.

“Ah i-iya.”

“Jadi kalau butuh apa-apa ketok aja yaa” kata Davindra yang dijawab oleh anggukan kecil dan juga senyuman manis dari Rosi.

“Makasih, nanti aku mampir buat pijitin mas, pasti tadi pegel abis gendong aku” kata Rosi seraya mengusap lengan Davindra.

Niat hati ingin mencairkan suasana, tapi yang terjadi malah sebaliknya, Rosi semakin gugup begitu juga dengan Davindra. Bahkan Davindra hanya mengangguk kecil, dia tak memberikan respon apapun lagi saking gugupnya.

'perasaan nyanyi didepan umum gugupnya gak sampe begini' batin Davindra.

Astaga hampir saja Davindra gila, apalagi setelah mendengar bagaimana suara serak Rosi dan juga muka bantalnya, Rosi terlalu menggemaskan dilihatnya.

Davindra jadi bingung harus memberikan tanggapan seperti apa lagi pada Rosi, karena sebenarnya bukan hanya Rosi yang merasakan gugup, Davindra pun merasakan itu.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang