🍀36 - Canggung

7 5 0
                                    

Tidak terjadi yang namanya perpisahan diantara Rosi dengan Malvin, dan tidak ada perdamaian yang terjadi diantara Harsa dengan Davindra.

Semuanya kembali pada posisi semula, Rosi dan Malvin dengan hubungan kasihnya. Lalu Davindra dan Harsa dengan perselisihannya, semua itu terus berlanjut.

Tidak ada kemajuan ke arah yang lebih baik, tidak ada hal baik yang tersisa. Hingga pada akhirnya semua hanya menyisakan sebuah kecanggungan ketika mereka dipertemukan di waktu tertentu.

Saat ini ada Malvin, seperti biasanya pria itu menemani Rosi seraya mengerjakan pekerjaan kantornya pada malam hari dan membiarkan Reqi pulang untuk beristirahat di rumah.

“Gak cape apa kerja terus?” Tanya Rosi.

Seperti yang sudah dijelaskan diawal, sebuah pertanyaan bodoh itu hanya itu menghilangkan rasa canggung yang ada, karena demi apapun. Malvin menjadi semakin pasif akhir-akhir ini, dan hal tersebut sangat menggangu Rosi.

Mendengar sebuah tanya terlontar padanya, Malvin segera mengalihkan perhatian dia untuk menatap sang kekasih, lalu tersenyum tipis setelahnya.

“Ya cape, tapi harus dikerjain kan?” kata Malvin.

Dan setelah itu, hening di antara keduanya kembali melanda.

Rosi tak tau harus memulai pembicaraan dengan topik apa lagi? Jujur saja kondisi di hubungan dia dengan Malvin masih sangat sensitif.

Yang ada sekarang ini, Rosi lebih memilih untuk meluruskan punggungnya, lalu menarik selimutnya. Dia melirik ke arah lain seraya berpikir mengenai____

'Apa jalan yang dia ambil ini sudah yang paling benar?'.

Melihat Rosi yang melamun, Malvin segera mencoba untuk memancing perhatian Rosi, lagi.

“Hmm, kamu kenapa belum juga tidur?” Tanya Malvin kali ini.

Dan hal itu tentu saja berhasil, berhasil membuat Rosi kembali menatap wajah Malvin yang saat ini terlihat begitu lelah.

“Belum mengantuk” kata Rosi.

Setelah menjawabnya, Rosi kembali terdiam seraya membalas tatapan Malvin. Agaknya, saat ini Rosi mulai teringat perkataan Davindra siang tadi yang menyuruhnya untuk berhati-hati.

Davindra mewanti-wanti dirinya, tepat setelah Davindra memergoki Surendra yang baru saja menjenguk Rosi.

Saat itu, Davindra sama sekali tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Meskipun Rosi dan Harsa sudah berkata jujur dan meyakinkan Davindra kalau Surendra itu tak melakukan apapun.

Tapi tetap saja, agaknya Davindra sulit mempercayai itu. Dan kekhawatiran Davindra tersebut rupanya mampu mendoktrin isi kepala Rosi.

Gadis itu tak mengerti, apa benar Surendra masih mampu melakukan hal yang lebih kejam dari yang sebelumnya? Sehingga membuat Davindra benar-benar bersikap waspada.

Tapi jika dilihat dari wajahnya, Surendra seperti bukan orang yang betul-betul jahat, dia hanya terlihat tegas dan juga galak.

Pun jika dilihat dari sudut pandang pria tua itu, Rosi langsung memahami dia. Toh yang namanya orang tua hanya ingin mendapatkan yang terbaik untuk putranya dan ternyata Rosi bukan salah satunya.

“Malvin” Panggil Rosi begitu lirih.

“Hmm?”

“Apa menurut kamu, aku cukup baik buat jadi pasangan kamu?” Tanya Rosi tiba-tiba.

Bukan Rosi tak mencintai prianya, hanya saja dia semakin ragu dan rasa percaya dirinya terus saja berkurang dari waktu ke waktu.

Padahal baru beberapa waktu yang lalu Rosi bertekad untuk mempertahankan hubungan dia dengan Malvin. Karena melihat bagaimana Malvin sendiri pun berusaha meyakinkan Rosi untuk mempertahankan hubungan mereka, Rosi sempat luluh.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang