🍀64 - Jadi, seperti itu?

7 1 0
                                    

Davindra kini berdiri tepat didepan cafe milik Harsa, beberapa waktu lalu ia mengunjungi rumah Rosi dan tidak mendapati perempuan itu dirumahnya.

Reqi berkata jika sang adik mengunjungi cafe milik Harsa dan disinilah pada akhirnya Davindra berdiri.

Memiliki rasa ragu, namun ia tetap memaksakan diri pada akhirnya untuk menghampiri Rosi saat ini.

“Ros!” setelah masuk ke dalam, Davindra langsung memanggil Rosi, hingga sang empunya nama menoleh kearahnya.

Tak hanya Rosi, Harsa yang juga berada didekatnya pun ikut menoleh ke arah sumber suara. Menatap heran Davindra yang tiba-tiba saja menghampiri keduanya.

Terlihat begitu jelas bahwa Rosi tampak menghembuskan nafas beratnya setelah mendapati Davindra yang memanggilnya barusan itu.

“Ada apa?”

Sekali lagi, Davindra dibuat terkejut, sedikit! Atas sedikit perubahan yang terjadi pada Rosi.

Setelah kemarin, hari ini perempuan itu kembali menggunakan dress, tanpa lengan, berwarna biru langit. Yang tentu saja membuatnya terlihat begitu cantik, kalau Davindra tak salah menilai!.

“Aku mau bicarakan ini dengan cara yang baik-baik.”

Setelahnya Davindra melirik kearah dimana Harsa berada “hanya kita berdua yang bicara” kata Davindra, Rosi yang mendengarnya tentu langsung menatap ke arah Harsa.

“Bicara soal apa? Ngomong aja langsung” kata Rosi.

“Aku maunya cuma kita yang bicara.”

Rosi menghela nafas panjang lalu setelah itu melirik Harsa, Harsa yang mendapati bagaimana tatapan itu tertuju padanya hanya bisa mengalah seraya tersenyum.

“Oke, gue pergi” kata Harsa, jelas ia memberikan tatapan yang sulit diartikan ketika menatap Davindra.

Sangat jauh berbeda dengan cara Harsa menatap Rosi setelahnya “aku kebelakang dulu, kalau butuh sesuatu, panggil aja” kata Harsa begitu lembut, seraya mengusap puncak kepala Rosi.

Dan apa yang Harsa katakan juga lakukan terhadap Rosi jelas menjadi pusat perhatian bagi Davindra yang jelas berada didekat keduanya.

“Apa?” tanya Rosi lagi setelah memastikan bahwa keduanya benar-benar hanya memiliki waktu berdua saja.

“Ini tentang Carlyn.”

“Astaga!! Ini hari libur mas Davin.”

“Aku tau, tapi kita perlu meluruskan masalah ini” kata Davindra.

“Gak ada yang perlu diluruskan, bisa gak sih tinggalin aku saat diluar pekerjaan?!” kata Rosi.

“Enggak, lagipula yang dibahas ini diluar pekerjaan” tegas Davindra.

Sungguh, hatinya sama sekali belum bisa tenang jika bukan dirinya sendiri yang memastikan kalau Rosi sama sekali bukan ancaman atas asmara dua dunianya dengan Carlyn.

“Aku gak akan ikut campur, oke?”

“Oke, tapi kamu gak punya jaminan apapun untuk itu!”

“Astaga!! Seriusan aku gak akan ikut campur, aku sama sekali gak peduli kalau memang mas mau tetap egois dan betah berlama-lama dengan obsesi gila mas Davin terhadap Carlyn” cerocos Rosi tak tertahankan.

“Apa? Obsesi?” Davindra terkekeh sinis ketika mengulang perkataan Rosi.

“Iyaa!! Mas itu terlalu terobsesi sama Lyn” kata Rosi.

Davindra berdecak kesal “itu bukan obsesi, apa kamu tidak lihat? Sebesar apa cinta aku buat Carlyn” kata Davindra.

Dan kali ini giliran Rosi yang dibuat terkekeh kecil ketika mendengar hal tersebut. Sebetulnya, cinta yang Davindra sebut barusan begitu asing, Rosi yang melihat justru tak menanggapi hal tersebut sebagai bentuk dari cinta.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang