🍀30 - Istimewa

8 5 0
                                    

Dua hari kemudian . . .

“Ayah?”

Gumam Davindra tipis, dia kembali bersembunyi ketika melihat bagaimana sosok yang dikenal sebagai Ayahnya itu berjalan ke arah mobilnya.

Itu benar Ayah kan? Batin Davindra dibuat bertanya-tanya dan disaat itu juga Davindra sangat yakin.

Yakin bahwa pria tua yang baru saja berbicara dengan Rosi itu adalah Ayahnya.

Meskipun pria tua itu memakai kacamata hitam dan masker, dari postur tubuhnya dan juga mobil yang di kenakan. Davindra langsung tau kalau itu sang ayah, Surendra.

Apa yang dilakukan ayah? Batin Davindra, lagi-lagi dibuat bertanya-tanya.

Terlebih lagi, Davindra penasaran mengenai apa yang baru saja dikatakan Surendra hingga membuat Rosi langsung terdiam dan hanyut dalam lamunan kosongnya?.

Mungkinkah seperti apa yang dia dengar dari Harsa? Surendra pasti mengancamnya lagi.

Lagipula tidak mungkin kan sang ayah mengatakan hal yang baik-baik jika respon Rosi saja langsung terlihat ketakutan seperti itu.

“Setau gue, dan apa yang gue tangkap dari curhatan Rosi tempo lalu. Bokap elo, om Atma, dia nyuruh Rosi buat putusin Malvin.”

“Dan sepertinya bukan hanya itu yang om Atma lakukan, mungkin dia mengancam Rosi yang macam-macam juga, persis seperti apa yang pernah di lakukan dia dulu sama Lyn. Mungkin Rosi enggak cerita sampai sedetail itu, tapi gue pribadi yang udah tau betul gimana kelakuan bokap elo, gue yakin Rosi mendapatkan tekanan lain.”

Benar, pasti Ayahnya mengancam hidup Rosi, hingga membuat gadis itu ketakutan setelah bertemu dengannya.

Davindra mengenal baik bagaimana sang ayah, dia sangat ahli dalam menekan seseorang dan ancaman yang Surendra berikan bukan sekedar ancaman yang hanya terlontar begitu saja dari mulutnya.

Karena ancaman itu seringkali menjadi nyata jika saja ia tak mencapai keinginannya.

Langkah berikutnya, Davindra ingin sekali menemui Rosi, namun lagi-lagi dia melihat seseorang menghampiri Rosi lebih dulu darinya.

Kali ini Malvin yang terlihat disana, Davindra langsung mengerutkan keningnya, tak mengerti.

“Kok ada Malvin? bukannya dia udah kesini kemaren?” Gumamnya heran.

Untuk yang kesekian kalinya, Davindra mengurungkan niat dia untuk menemui Rosi dan mengajak perempuan itu bicara baik-baik.

Davindra pun tak menyangka jika Malvin akan sekerap ini mengunjungi Rosi ketika mereka terlibat pertengkaran. Davindra pikir dia hanya akan sering menghubungi kakaknya Rosi saja.

Seakan tersadar akan satu hal, hati Davindra dibuat berdenyut nyeri lagi, Davindra dibuat menyesali perbuatannya lagi.

Se-cinta itukah Malvin pada gadis itu? Se-takut itukah Malvin kehilangan Rosi? Dan se-berharga itukah Rosi dalam hidup Malvin?.

Jika benar iya, Davindra sangat merasa bersalah telah menciptakan keretakan dalam hubungan mereka. Sebelumnya Davindra selalu bersikap acuh pada kisah keduanya, memang.

Namun setelah ia melihat bagaimana perhatian Malvin sepenuhnya tertuju hanya pada seorang Rosiana, disitu Davindra mengerti. Mengerti bahwa sang adik sangat mencintai perempuan yang menurutnya sangat menyebalkan itu.

“Ngapain kak?” Bisik Carlyn, dia tiba-tiba saja muncul didekat Davindra hingga membuat pria itu terkejut.

“Kk-kamu kok ada di sini?” Tanya Davindra, dia terlihat amat bodoh karena begitu kentara menunjukkan ekspresi terkejutnya pada Carlyn.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang