🍀56 - Ternyata?

5 2 0
                                    

Sudah terhitung dua Minggu berlalu, semuanya tak ada perubahan yang signifikan terjadi pada hubungan Rosi dan juga Malvin.

Keduanya sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing, Malvin tak ada niatan untuk menghubungi Rosi atau Davindra meskipun dia sudah mendapatkan kembali ponselnya.

Entahlah kenapa dia berubah menjadi seperti itu?!.

Saat ini pun Malvin lebih memilih untuk menghabiskan waktu liburnya dengan seorang perempuan yang akhir-akhir ini dekat dengannya, siapa lagi kalau bukan Inggit.

Inggit tersenyum malu ketika melihat bagaimana Malvin terkekeh kecil hanya karena mendengar lelucon yang Inggit lontarkan.

Bagi Inggit, mengundang perhatian Malvin sangatlah sulit.

Maka ketika pria itu memberikan tawa dan juga senyumannya sesekali, disitu Inggit tak akan menyia-nyiakan kesempatan dalam memperhatikan dan juga menikmati keindahan seorang Malvin.

“Terus habis itu gimana?” Tanya Malvin.

“Ya gak gimana-gimana, orang kotor semua kena lumpur, mana hotdog yang baru dibeli juga kena lumpur, ahh ngeselin” oceh Inggit.

“Hahaha kamu lucu, pasti keliatan kayak anak tuyul karena kotor semua” kata Malvin.

“Gak kayak anak tuyul juga Malvin” pekik Inggit tak terima.

Malvin menunjukkan senyuman sinis nya “masa? Orang sekarang aja kamu masih keliatan kayak anak tuyul kok” ledeknya.

“Ihh apaan? Enggak yaa!!” Pekik Inggit seraya memukuli lengan Malvin dan keduanya tertawa bersama.

Tertawa seraya bermain kejar-kejaran, Inggit mengejar Malvin dan Malvin berusaha menghindar dari kejaran Inggit juga serangan Inggit.

Terlihat sangat bahagia sekali keduanya, saking bahagianya mereka sampai melupakan waktu, melupakan orang-orang sekitar dan juga sosok diseberang sana yang tak tau apapun mengenai apa yang terjadi disini.

Apa perlahan Malvin sudah bisa melupakan Rosi hanya karena kehadiran Inggit?.

“Malvin, cukup aku cape” kata Inggit seraya menunduk untuk memegangi lututnya.

Mendengar itu Malvin pun menoleh lalu menghampiri Inggit, Malvin mengusap puncak kepala Inggit setelah dia dekat.

“Mau jajan gak?” Tawar Malvin.

“Dijajanin yaa?” Inggit balik bertanya.

Malvin mengangguk pelan, Inggit pun terlihat semangat lalu menggandeng tangan Malvin dan menyeret pria itu ke tempat dimana banyak pedagang, yaitu dipinggiran taman kota.

“Jajanin cilor ya sama batagor” kata Inggit.

“Iya ayo” ajaknya.

Malvin memperhatikan Inggit sepanjang perjalanan mereka menuju ke tempat tujuan.

Sebenarnya Malvin tak tau apa yang istimewa dari Inggit sehingga ibunya sangat menyukai perempuan ini. Kalau dilihat lagi, Inggit memang cantik, Malvin sama sekali tak bisa memungkiri kenyataan ini.

Selain itu, Inggit adalah pribadi yang ceria dan mampu menghidupkan suasana. Hingga tak heran sang ibu selalu dibuat terhibur hanya karena melihat tingkah Inggit.

Kalau saja bukan karena sang ibu, mungkin Malvin akan menolak mentah-mentah tentang perjodohan konyol ini.

“Ih ada cimol” pekik Inggit seraya menunjuk satu penjual gerobakan.

“Mau itu? Gak jadi cilornya?” Tanya Malvin.

“Apa sih? Ya jadi lah” kata Inggit.

“Ayoo!!” Seru Inggit seraya berjalan lebih dulu untuk memesan.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang