14

478 53 11
                                    

-- Typo's --

----
"Gua minta maaf ya Geo, sumpah gua minta maaf banget. Tapi lo nya ngga kenapa napa kan?"

Geo tertawa, kemudian mengangguk seraya menepuk pundak Lintang kode menenangkan. "Santai, cuma motor kok." Katanya, benar-benar menenangkan Lintang yang panik dan bertanya haruskah Lintang menggantikan uang perbaikan motornya.

Tara turut menenangkan Lintang, sedikit menarik perhatian dari beberapa anggota Never dan menganggap bahwa Lintang sedikit lucu. Dulu mereka tak terlalu suka pada Lintang, dilihat dari penampilannya yang urakan apalagi kasus nya yang sempat naik itu.

Tapi setelah enam bulan bersama, Lintang ini ternyata pintar, bahkan tak jarang membantu mereka dalam tugas yang tak terlalu mereka mengerti —kecuali anak kelas 12. Bahkan otaknya pun pandai dalam hal marketing dan bisnis, wilayah yang kosong bahkan dijadikan ladang usaha untuk Never.

Sehingga Never kini memiliki kemajuan, yaitu adanya arus kas dari penjualan atau usaha kecil yang mereka bangun. Bahkan Lintang memberikan ide untuk membeli suatu wilayah, dan memutarnya entah untuk di sewa atau dijual dengan harga tinggi.

Langit yang memiliki otak bisnis pun setuju, bahkan memberikan modal dan beberapa tips lain untuk mengisi kas.

Dulu Lintang pernah berkata, "Awalnya gua ngga mau masuk Never, soalnya gua ngga punya. Eh tapi gua mau nanya, gua kan usah join gangster nih, gangster wajib punya motor ga?" Yang mengundang tawa dari anggota Never.

Sebenarnya harus, tetapi semenjak gangster ini berubah menjadi seperti komunitas sosial anak muda, hal itu tak diwajibkan. Kemajuan yang dibawa oleh Lintang, menjadikan anggota Never yang memang isinya remaja no scandal, menyukai keberadaan Lintang.

"Kayanya kita bakalan dimasukin pelatihan bela diri sama Bang Piyan, karena kabarnya Blaze itu gangster yang lumayan dan ngga bisa kita remehin." Luthfi memulai pembicaraan, mari kita panggil Upi saja seperti biasanya dia dipanggil.

Mereka sedang ada di BaseCamp, beberapa anggota Never berkumpul disana untuk mendiskusikan perihal tali permusuhan yang Blaze buat. Sejujurnya Lintang merasa bersalah, kasus yang sebenarnya sudah Ia ceritakan kemarin.

Menjadikan anak anak Never geram, bahkan yang tadinya mereka akan mengabaikan Blaze, berubah haluan menjadi rencana penerimaan sinyal tali permusuhan.

"Besok setiap pulang sekolah jangan lupa mampir ke alamat yang dikasih bang Yusuf, tempatnya luas jangan takut ngga kebagian tempat." Yang lain mengangguk atas arahan Upi, kemudian tatapannya beralih pada Lintang.

Lintang menyunggingkan senyum tipis, tangannya dimasukkan ke dalam kantong jaket "Makasih guys, rencana tentang penyebaran video itu bakalan di sebar besok. Om Langit bantuin gua kok, sama bang Fatur kemarin. Jadi nanti gua bakalan kirim ke grup, gua mau minta maaf kalau posisi gua memalukan apalagi kalian sampe mal-"

"Hush ah Tang, kita ikhlas bantu elah." Suasana ramai, menyangkal perkataan Lintang perihal Never malu karena Lintang. Yang Lintang berikan adalah senyuman, Ia sangat terharu sebab memiliki mereka yang peduli.

Peduli tentangnya.

----
"Hmm, kebiasaan ngedadak kalau ada Dinas diluar kota, mana seminggu lebih." Gumam Lintang.

"Kalau gitu, lo tinggal sementara di rumah gua." Lintang tersentak kaget mendapati Langit di sampingnya, Langit sendiri berdiri tegak menikmati angin seraya menunggu bus datang.

Lintang menggelang, menolak dengan halus "Sorry bang, ngga bisa. Mama gua ngga bisa ditinggal gitu aja sendirian."

"Kata siapa mama lo sendirian?" Tanya Langit membuat Lintang keheranan.

"Lo harus nurut sama gua karena lo udah gua bantu, lo tinggal sementara sama gua dan gua kirim tiga pembantu ke rumah lo buat jaga mama lo dan bersihin rumah. Gua juga ngirim beberapa penjaga, biar ngga terjadi sesuatu ke mama lo."

Katanya, membuat Lintang terdiam karena terkejut. "Uang gua adalah pilihan gua, gua kesepian butuh beban makanya ngajakin lo tinggal sementara di rumah gua. Bapak lo biar gua yang urus, lo tinggal nurut."

Hening beberapa menit, bis yang seharusnya Lintang naiki terlewat begitu saja. Keduanya diam tanpa ada satu patah kata pun, berkutat dengan pikirannya masing-masing.

"Gua ngga tau lo baik banget, om." Lintang membuka suara, Langit menoleh menatap Lintang dari samping. "Kita ngga ada ikatan darah, tapi demi Tuhan lo baik banget."

"Lo udah mau bantuin gua, gua serasa punya abang —ah ngga, ayah yang bisa gua jadiin tempat berlindung dari jahatnya dunia." Langit tersenyum, andai saja dulu Bintang tak pura pura kuat, dan mau menerima segala jenis bantuan seperti Lintang.

Langit tertawa, "Kagak gratis yang Juned, yakali lo enak enakan di rumah gua."

"Ceilah santai, nyuci ampe masak gua jagonya. Tapi please jangan jadiin gua babu, gua masih mau nyari kerjaan yang lebih layak."

"Lo pikir pembantu bukan pekerjaan yang layak dan suatu pekerjaan hina?"

"Sumpah ngga gitu om, masalahnya lo kek iblis jadinya gua ngerasa gua lagi diperbudak —Ampun bang ngga usah melotot, gua becanda."

---
To be Continued...

Lapak Kritik, Saran, dan Diskusi :

Kangen ga sama Lintang Langit, atau Bintang Langit?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kangen ga sama Lintang Langit, atau Bintang Langit?

Langit dan Lintang | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang