27

284 44 24
                                    

-- Typo's --

---
"Gua beneran ngeliat Bintang anjing, ngapain gua bohong."

Riki dan Fathur saling menatap dengan ekspresi yang sulit ditebak, lagi-lagi pembahasan yang sama seperti di episode dua.

Langit bukan membandingkan atau menyamakan antara Lintang dan Bintang, tentu keduanya adalah dua orang yang berbeda, yang tak bisa disamakan karena keduanya memang berbeda.

Tetapi Langit adalah Langit, yang pernah mencintai Bintang dan kenal dengan jelas bagaimana Bintang kala itu. Langit lah yang mengenal Bintang, makanya dalam bentuk apapun Bintang —Langit selalu tau.

Riki juga Fathur turut berpikir keras, setelah mengantar anaknya sekolah —bukannya ke kantor, keduanya malah menyempatkan mampir ke apartemen Langit sebab khawatir pada si pemilik apartemen.

Takut-takut suatu hal buruk terjadi.

"Temen lo yang indigo, tau ga?"

Riki berpikir keras, otaknya stuck di struk belanjaan milik istrinya kemarin yang berhasil menghabiskan hampir setengah dari dompet buluknya yang berharga.

"Kaga." Final Riki untuk menjawab Fathur, setelah otaknya tak dapat berpindah dari struk belanjaan ke yang lain.

Fathur menepuk keningnya tak habis pikir, kemudian menelpon Piyan untuk menanyakan perihal itu. Langit sendiri termenung lesu di sofa sebrang, memikirkan hal yang tengah dibahas juga interaksi pagi Langit dan Lintang.

Canggung.

"Nah iya itu si Roni, coba suruh bawa kesini."

"Iya lu mau nyuruh si Hafiz kek, atau lu samperin langsung juga bodoamat. Asal orangnya lu bawa kesini, lu ajak bininya boleh, anaknya, mertuanya, orang tuanya, adeknya, kakaknya, KTP-nya, surat tanahnya, surat rumahnya, lu bawa aja dah tuh sekalian."

"Seriusan ngab?"

"Si Tolol, pake nanya."

-----
"Gimana ya bang, jujur aja nih gua kan cuma bisa liat hantu bukan bisa liat masa lalu."

Riki, Fatur, Langit, Piyan juga Hafiz mendadak lesu. Kini terkulai lemas di sofa mengundang rasa heran pada Roni, teman sekelas mereka semasa SMA dulu.

Tatapan Roni sendiri beralih ke belakang mereka, menyadari bahwa Roni adalah seorang indigo yang bisa melihat hantu, mereka membenarkan posisi duduknya dan menatap Roni serta belakang mereka bergantian, sedikit takut-takut.

"Gua inget dulu, gua pernah ke bujok." Kata Roni disana, mengundang seluruh atensi kelimanya. "Gua inget banget sama anak blasteran dari SMA sebelah, yang sering banget nempel sama Bintang."

Mendadak bingung, menerawang "Luke? Mahen?" Tanya Riki, Roni mengangguk.

"Iya, blasteran yang itu. Mereka ada dibelakang kalian sekarang." Sontak kelimanya melihat ke belakang, Piyan si yang katanya paling berani dan dewasa pun malah mundur dan merapat pada Langit disisinya.

"Kata beliau jangan takut, muka tua kalian ngga cocok sama ekspresi kekanakan kaya gitu." Kelimanya menatap Roni cepat, "selain nyampein ulang ucapan mereka, gua sekalian ngeluarin unek unek sih."

"Wah anjing." Hampir saja Hafiz hendak bangun untuk membantai Roni, untung saja Fatur dan Piyan siap menahan Hafiz.

"Alasan mereka masih disini, karena Bintang."

"Bintang?" Langit yang tadinya memasang ekspresi waspada, siaga 24/7, mendadak memasang ekspresi wajah antusias dan penasaran.

Roni sendiri mengangguk, Ia menatap kelimanya yang kini memusatkan seluruh atensi padanya.

"Awalnya mereka ngga mau pergi karena dendam, setelah Langit bayar semua dendamnya meskipun —meskipun apaan anjir, jangan pake bahasa Inggris." Roni tiba tiba saja mengomel.

Langit mendekatkan wajahnya ke arah Riki, kemudian berbisik "Pasti si Mahen, tu orang kan so banget keseringan pake Inggris." Suaranya sangat pelan sekali nyaris tak terdengar.

Riki decih sinis "Lo nya aja goblok, lagian dia mah dari kecil bahasanya Inggris, Indonesia, Sunda sama Jerman. Lah elu? Fasih bahasa Indonesia aja kelas 5 SD."

"Meskipun salah satu dari mereka ada yang lari ke luar negeri, setidaknya banyak yang tewas." Roni sempat diam, sebelum kembali menatap Langit dengan tatapan yang entah bingung dapat diartikan atau tidak.

Kemudian dalam seperkian detik, Roni menegang dengan mata yang terpejam dan wajah yang tiba-tiba menunduk. Saat wajah itu mendongak dengan mata yang terbuka, tatapan itu hanyalah kosong dan wajahnya sangat pucat.

Kelimanya kaget, sangat kaget bahkan.

"L-lu napa anjir ron?" Hafiz bertanya ragu-ragu, Roni hanya melirik sebelum kembali menatap Langit.

"Gue pinjem badan Roni, gue Mahen."

Kelimanya terkejut, bahkan sampai menegang antara takut, atau ngga nyangka diselipin horor sama author.

Kemudian, Langit menetralkan ekspresinya "Kenapa, apa yang mau lo sampein sekarang?"

"I need a lot of energy for this, dan gua ngumpulin for years. Finally gua bisa masuk ke tubuh orang, OMG."

"Beneran Mahen jir, Roni tolol bahasa inggris. Dia cuma tau i love you sana i miss you doang, jing. Paling fuck atau dick." Bisik Riki pada Langit.

Piyan disamping Langit menoleh, "Taunya yang bangsat semua dasar bocah kontol."

"By the way gue udah tau atas hubungan lo sama Bintang, kabar baiknya tentang reinkarnasi —dia Bintang. Tapi saat ini dia Langit, dia Bintang tapi gua yakin Lintang ngga akan nerima ini karena ini sensitif. Dan itu lah kabar buruknya, Bintang ngga akan inget apapun."

Kelimanya shock, terdiam ditempat dengan mulut yang sedikit terbuka, "He's my Bintang, the fuck."

---

To be Continued.

Plot twist yang terduga, reinkarnasi yeayy!!!! kumpul yang nyangka reinkarnasi dari awal!

Langit dan Lintang | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang