35

836 59 6
                                        

-- Typo's --

-----
Pukul 2 siang, Lintang baru saja bangun dari tidurnya yang lumayan panjang. Ia menyadari bahwa Ia berada di kamar Langit, pandangannya mengedar dan salah fokus pada gorden yang sepertinya sengaja tidak dibuka.

Selimut yang menutupi tubuhnya Ia singkap, ketika dingin menyapa kulitnya dan juga bagian bawahnya yang terasa pegal juga perih, Lintang terdiam. Kepalanya menunduk menatap shock tubuhnya yang bugil, dengan terburu Ia kembali menggunakan selimutnya.

"B-bukan mimpi?"

Lintang mengingat kejadian semalam, tentang fakta dirinya adalah Bintang Sebastian juga analnya yang sudah di bobol oleh milik Langit membuat Ia dengan inisiatif menenggelamkan diri dalam selimut.

Namun pas sekali dengan pintu yang terbuka, menampilkan Langit dengan pakaian casual juga makanan yang dibawa menggunakan nampan.

Langit tersenyum manis, "Morning, sayang."

"Udah siang bodoh."

Tawa Langit mengudara, menaruh makanan di nakas samping tempat tidur, Langit menarik selimut yang menutupi Lintang hampir seluruhnya. Membuat Lintang menggeram tak terima, sebab malu.

"Kenapa?"

"Siniin selimutnya anjing."

"Makan dulu, bocah."

Lintang menyilangkan kakinya, bahkan tangannya menyilang di dada seraya mundur hingga terpentok kepala kasur. Langit kembali tertawa, kali ini lebih keras juga lebih puas.

"Lubang lo, kontol lo, semuanya udah gua liat. Udah gua jamah, ampe gua jilatin kenapa mesti malu dah?"

Bantal dilempar oleh Lintang, ingin lari dari sana pun analnya terasa ngilu. Permainan terakhir membuat dirinya kewalahan bukan main, rasa nikmat dan rasa ngilu bercampur menjadi satu. Membayangkannya saja sudah membuatnya ngeri dan ngilu, apalagi jika terulang.

Setelah perdebatan cukup panjang terkesan tak berguna, Lintang memakan makanannya sampai habis. Langit sendiri sibuk berkutat pada handphonenya, memberikan kabar bahagia pada Fatur dan juga Riki.

"Kenapa milih reinkarnasi, Bintang?"

Setelah selesai makan, juga Langit yang memberikan kaus kebesaran pada Lintang, Langit bertanya. Lintang yang masih menderita akan hole-nya terpaksa duduk, menatap Langit seraya memeluk lutut.

"Karena lo yang bikin gua ngerasa hidup, hidup pun ngga semenyeramkan itu kalau ada lo." Gumam Bintang, mengingat masa lalu yang membuatnya bahagia dan memikirkan untuk terus melanjutkan hidup.

Ada perasaan bahagia di hati Langit, begitu bahagia yang membuat dirinya ingin melayang saat itu juga. Menarik Bintang ke dalam pelukan, Langit terus mencium pipi dan kening Bintang seraya mengucapkan Terima Kasih.

"Beberapa kali kalau gua sama lo, gua ngerasa Dejavu. Tapi gua ngga pernah berhasil nginget, itu tuh apaan? Setelah gua ngerasain perasaan yang dimana bukan antara ayah juga anak, atau tema, gua baru bisa sadar padahal sebelumnya gua mau nolak dan mau denial."

"Lo suka gua juga?"

Bintang mengangguk, sedikit ragu "Iya, gua jatuh cinta dua kali sama lo di kehidupan gua yang berbeda. Sayangnya di kehidupan ini, awalnya gua mau denial."

"Terus kenapa ngga?"

Bintang melepas diri dari pelukan Langit, kemudian mengubah posisi duduk untuk berselonjor dan menyilangkan kedua tangan di dada.

"Dipikir-pikir, gua kan dulunya suka sama pacar si Piyan, gua mau mphh!" Mulutnya dibekap, tangan Langit sedikit bau bawang kalau boleh jujur.

Kakinya ditarik sehingga kini Ia terlentang, bahkan kaosnya menyingkap menampilkan kemaluan Bintang. Mulutnya masih dibekap, kemudian sebuah video tentang dirinya yang disetubuhi membuat matanya terbelalak.

"Jangan kepikiran buat sama yang lain, badan lo aja udah gua kuasain." Bintang mencoba melepaskan diri, meskipun dirinya anak remaja tapi Langit ini bukanlah sepuh yang mudah ditaklukkan.

Kakinya bergerak tak bisa diam, mencoba melepas diri sampai matanya terus memejam menghindari video yang ditampilkan di layar handphone Langit. Takut-takut, dirinya terangsang meskipun sudah hampir.

"Gua cuma becanda, ah elah."

Bintang langsung klarifikasi, Ia membenarkan posisi duduknya dan menarik selimut untuk menutupi bagian bawahnya. Langit hanya menghela nafas, pernah suatu hari Langit ikut Bintang berkelahi dengan geng lain di jalan pada malam hari.

Bintang malam itu persis sekali seperti Lintang, tengil dan sedikit aneh.

"Lagian gua sukanya kontol-kontol ngegenjot bool gua."

"Kontol-kontol?"

Bintang gelagapan, Ia menggeleng ribut dengan ekspresi wajah waspada. Takut Langit melakukan hal gila, sebab dulu sekali Langit pernah memberikan ide gila.

"Gua kesel ama lo, badmood banget jadinya."

Meninggalkan Bintang yang berteriak bertanya-tanya pada Langit, perihal apa yang membuatnya marah juga sebuah permintaan maaf karena telah membuatnya marah.

"Gua keterlaluan sih, tapi gua kebiasaan jadi si Lintang yang asal ceplos, ah kentot."

Handphonenya berbunyi, dari Tara. "Pasti mau mengucapkan kata kata perpisahan pake puisi, dasar bocah alay. Semoga Upi normal-normal aja, tuh orang lulus doang bukan meninggal."

---

To be Continued.

Yahahahaha guweh balikan ama mantan guweh, bay

Yahahahaha guweh balikan ama mantan guweh, bay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit dan Lintang | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang