-- Typo's --
---
Hal yang pertama Lintang temukan kala membuka mata adalah kamar nuansa mewah seperti istana, sedikit berlebihan tetapi bagi Lintang yang rumah nya pas-pasan alias sempit ini tuh wah banget.Dia langsung terduduk, berada di kasur empuk membuat Lintang kebingungan perihal keberadaannya. Tetapi setelah melihat foto Langit yang sepertinya baru diambil setahun dua tahun lalu, Lintang yakin ini adalah rumah beliau.
Bajunya sudah ganti, sempat berpikir hal aneh namun Ia menetralkannya untuk terus berpikir positif. Lagian sama sama laki, sama sama punya kok panik heran.
Ia menurunkan tubuhnya dari kasur, namun ketika baru saja berdiri, tubuhnya tak seimbang kemudian Ia terjatuh. Kakinya lemas luar biasa, kepalanya masih berdenyut sebab dipukul semalam.
"Aduh, gua gatau sejak kapan jatuh sesakit ini." Gumamnya.
"Lintang?!" Lintang tersentak kaget kala Langit tiba tiba saja menampakkan diri di pintu, memanggilnya sekeras itu terselipkan nada panik.
Langkah Langit dibawa mendekat ke arah Lintang yang duduk di bawah, "Ngapain? Cosplay jadi keset apa ubin?" Tanyanya dengan datar.
Lintang mencibir, "Yaelah om, lo kagak liat muka gua yang sepet gini? Lemes gua om."
"Keliatan banget muka lo madesu. Lagian kenapa bisa jatoh dah?"
"DIBILANG LEMES ASTAGA OM."
Lintang dibantu Langit untuk berdiri, sedikit dibopong untuk duduk bersandar di kasur. "Om kok tau gua disana? Gua beneran mau terima kasih banget sama lu, Om. Gua pikir gua bakalan mati malam itu, ternyata gua masih dikasih kesempatan buat hidup."
"Pas rekaman yang lo kirim itu masuk ke hp gua, di kalimat pertama tuh suara rekaman ke denger, gua langsung lacak nomor lo dan nyari keberadaan lo. Untung lo kagak matiin location, sambil ngedengerin sambil gua otw ke lokasi lo dan manggil anak anak."
"Makasih om, makasih banyak. Demi Tuhan, makasih udah nyelamatin gua." Langit hanya mengangguk, tatapannya lekat pada Lintang "Tadinya mau gua lapor polisi, tapi pas gua inget salah satu dari mereka anak Jendral gua urungkan."
Lintang mengangguk, "Yang ada gua mati beneran, mati batin." Katanya becanda. Langit hanya menggelengkan kepala saja, tak habis pikir.
"Jadi, apa yang bakalan lo lakuin sekarang bocah? Mereka anggota Blaze gangster baru, kemarin ngasih sinyal permusuhan lewat motor Geo."
Lintang membulatkan matanya terkejut, hampir saja bangun jika Langit tak menahannya "Hah?! Motornya rusak dong?! Aduh, gua harus ganti tapi buat makan aja gua kagak ada. Anjir, gimana ini." Kemudian panik sendiri.
Langit kebingungan "Lebay banget, Geo bokapnya kaya. Jangankan benerin motor rusak, ban motornya kempes aja dia mah beli motor baru bukan ban baru." Dan itu cukup membuat Lintang tercengang.
"Makan dulu, bisa ngga jalannya?"
"Aduh om, gua gamau ngerepotin. Tapi gua berdiri aja lutut ringkih gua lelah lemah letih lesu banget kaga bisa tegak.'
Langit mendengus, kemudian Ia berjongkok di hadapan Lintang membuat Lintang kebingungan "Maksudnya apa ya om?" Tanyanya pake nada Rozi.
Langit berdecak "Cepet naik sebelum gua patahin kaki lo."
"Tapi punggung om ngga akan patah kan?"
"Lintang!"
"Siap, ampun. Izin ya om, aduh ga enaknya hatiku." Dengan perlahan, Lintang naik ke punggung Langit.
Langit menggendongnya untuk pergi ke meja makan, sedikit menahan nafas kala Lintang merunduk dan berbicara disamping pipinya
"Gua berat ya om?"
"Pertanyaan lo kaya gadis, tau gak?"
Lintang cemberut, Langit sendiri jantungnya berdetak tak karuan. Takut sekali jika Lintang mendengar, namun perihal berat badan —Lintang sangat ringan.
"Berat badan lo berapa emang?"
"Entah, 50an kali."
Mereka sampai di meja makan, Lintang di dudukkan di salah satu kursi. Dan Langit duduk diseberang nya, acara makan mereka dimulai dengan khidmat dan tenang.
"Rumah lo dimana?"
"Huh?"
"Rumah."
"Ohh, di Jalan Neo nomor 23."
"Sore gua anter lo pulang."
Lintang mengernyit bingung, "Ngga bisa sekarang aja bang? Mumpung masih Pagi."
"Lo liat jam dah." Lintang menatap ke arah Jam yang Langit tunjuk, jam menunjukkan angka 1 siang, berarti secara tak langsung sekitar dua atau tiga jam lagi dirinya diantar pulang.
Lintang hanya mengangguk, kembali khidmat pada makanan nya.
"Lo kemaren habis dari mana sebenernya?"
"Habis nyari kerjaan, part time buat makan."
Langit mengernyit heran, "Lo belum ada makan dari kemarin?" Di balas anggukan dari Lintang.
Lintang terdiam, kemudian menatap Langit dengan mata membulat sempurna "Bang, gua belum pulang keadaan emak gua gimana ini."
"Makan dulu, kan habis ini pulang."
---
To be Continued...
Lapak Kritik, Saran, dan Diskusi :
Dari sekian banyaknya mata, ni yang ngasih bintang sepi amat kaya lagi dimintain harta benda aja. Ngomong-ngomong, Terima Kasih sudah membaca.
