30

362 43 10
                                    

-- Typo's --

----

Lintang gugup, Ia takut melakukan kesalahan dan takut jika membuat kedua orang tua Nanda dan Erik kecewa. Namun lebih takut lagi ketika tiba tiba saja wali kelasnya datang, dan berkacak pinggang.

"Kalau sampe kamu bawa tukang buah lagi, kepala kamu ibu ganti jadi buah semangka. Paham?"

Sudah macam kak gem saja.

"Rileks aja, lo yang terbaik Ntang."

Erik memberikan kata penenang untuk Lintang setelah wali kelasnya itu pergi, membuat Lintang tersenyum dengan manis dan sedikit semangat.

Tiba tiba saja, Fatur datang dan itu tentu membuat Lintang terkejut. "Lah, om ngapain disini?" Tanyanya dengan luar biasa bingung.

Fatur memberikan satu cup kopi yang sebenernya dulu adalah kesukaan Bintang, Lintang menerimanya dengan senang hati. Namun wajahnya masih menunggu jawaban Fatur, Fatur sendiri menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sebenernya ini sekolahan punya bokap gue, makanya gue kesini buat monitoring aja. Kan yang pegang adek gua, bisa dibilang dia ownernya sekarang."

Lintang ber oh ria, kemudian meminum kopi yang Fatur berikan. Satu teguk, dua teguk —Lintang melebarkan matanya, ekspresinya seperti tengah menemukan harta karun terlangka di dunia.

"Om, sumpah. Ini apaan enak banget?"

"Americano 8 shoots."

Fatur bergidik ngeri, sedangkan Lintang benar benar merasa terharu akan rasa yang mampir pada lidahnya.

Kini penampilan giliran Lintang dan kawan-kawan, kopinya ditenggak habis membuat Fatur melongo tak percaya. Bahkan tatapan mata yang masih merasa ngeri itu Ia pusatkan pada cup kopi dari Lintang, yang kini ditangannya.

"Giliran gue, doain om. Kalau lancar gua dibeliin ini sama om, kalau ga lancar om ngebeliin ini buat gua."

Fatur tersadar setelah punggung Lintang menghilang, "Lah, bedanya apaan jancok?

---

In the name of love, by Martin Garrix dan Bebe Rexha mulai diputar. Perhatian Lintang sebenarnya tidak ingin dipusatkan pada penonton, sebab dia tau hanya akan ada rasa kecewa yang akan sampai di hatinya.

Ia akan melihat wajah dari orang tua Nanda juga Erik, tatapan bangga serta antusias untuk keduanya, bukan untuknya. Namun, kini tatapan matanya tak sengaja jatuh ke arah Langit.

Yang duduk di bangku deretan tengah, ada Riki dan kursi kosong di kanan kirinya. Itu Langit, ayah angkatnya yang duduk di sana dengan senyum bangga dan tatapan antusias, menonton dirinya.

Lintang terkekeh pelan, tubuhnya bergerak seirama dengan lagu yang diputar. Kupu kupu beterbangan di perutnya, senyumnya tak bisa luntur, terus bertahan. Entah mengapa Ia bahagia sekali, rasanya -Ia menyukai Langit hadir.

Entah hadir sebagai Ayahnya untuk sekedar formalitas atau bukan, atau memang karena keinginannya, Lintang luar biasa senang.

Tatapan matanya tak bisa beralih terlalu lama, rasa antusias dari Langit terasa masuk membelai hatinya. Bahkan Riki dan Fatur yang kini telah bergabung, turut membuat perasaannya ikut tersentuh.

Langit dan Lintang | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang