Tercemar

382 50 5
                                    

Seperti biasa, pagi ini sama seperti hari-hari sebelumnya. Sana tersenyum melihat pacarnya yang cantik itu masih tertidur pulas.

Tok tok tok

"Sana chan."

Dengan hati-hati Sana melepaskan diri dari pelukan Tzuyu. Dia penasaran, kenapa tumben pagi-pagi gini Momo datang ke rumah Tzuyu.

"Kenapa?"

"Tzuyu masih tidur?"

"Masihh, lo laper ya?"

Momo hanya nyengir sambil menganggukan kepalanya dengan cepat. Tebakan Sana benar, karna kebiasaan kembarannya itu tiap pagi memang bangun tidur langsung cari makan.

"Tapi gue males masak Mo, lo kenapa gak makan di rumah?"

"Justru karna di rumah gak ada bahan makanan, jadi gue kesini aja nyamper lo. Yuk beli makan ke luar, gue pengen bubur."

"Ishh biasanya juga lo ajak Hyewon."

"Ayolah San, lo minggu depan udah berangkat ke Jepang loh."

Mengingat itu membuat suasana hati Sana kembali sedih. Rasanya baru banget dia bisa deket sama Tzuyu, bahkan sama kedua adiknya juga.

Dan ini akan jadi pertama kalinya juga Sana pisah dari kembarannya.

"Oke, tunggu sebentar gue bersih-bersih dulu."

Momo lebih dulu menarik lengan Sana supaya gak masuk lagi ke kamar. "Alah lama, lo cuci muka sama sikat gigi aja bisa 30 menit sendiri."

"Ya minimal biarin gue pake bra dulu lah anying."

*

"Goblokk ah gak abis pikir gue. Ini lo ngajak beli bubur apa jalan sehat sih?!"

"Dihh jangan salahin gue lah, siapa suruh abang yang jualan di tempat biasa malah tutup."

Karna tukang bubur terdekat ada di depan komplek perumahan, mereka berdua memutuskan untuk jalan kaki daripada naik mobil.

Tapi memang hari sial gak ada di kalender, ternyata tempat tukang bubur langganan Momo hari ini gak jualan. Dengan terpaksa juga Sana ngikutin kembarannya itu muter-muter jalan kaki nyari tukang bubur.

"Anjirlah kok gak ada tukang jualan sih, biasanya banyak anjir."

"Ya mana gue tau."

"Apa jangan-jangan karna gue perginya sama lo ya, pada kabur tukang jualannya."

"Jadi lo secara gak langsung bilang gue pembawa sial?"

"Eh gue gak ngomong ya, tapi lo nya sendiri yang mengakui."

"Anjing. Terus ini gimana anjir?"

Sana beneran lelah, dia udah lama gak jalan kaki sejauh ini.

"Udah lanjut dulu aja, di depan udah bagian cfd. Pasti banyak yang jualan."

"Ya berarti tukang jualan depan komplek pada pindah ke cfd oon. Dahlah Mo gue capek banget."

Lagi-lagi, Sana terpaksa ikutin kemauan Momo. Demi bubur.

Belum sempat mereka lanjut jalan, ponsel Sana berbunyi dengan kencang.

"Waduh ayang gue nelfon."

Wild [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang