Keinginan Sana

538 46 5
                                    

"Eh hallo sayangg, kamu nunguin ya?"

Sana gemas sendiri sekarang. Rasa lelahnya langsung hilang seketika.

"Mana Papa kamu sayang?"

"Apa sih Papa Papa, aku kan cewek juga."

Tzuyu yang masih memakai apron keluar menyambut Sana dengan wajah di tekuk. Dia kesal karna Sana selalu menyebutnya Papa.

Sana langsung menghampiri orang kesayangannya itu "Akunya pulang kerja kok malah di ambekin sih?"

"Ayangg aku udah bukan anak kecil, jangan uyel-uyel aku."

"Ya kamunya gemesin." Sana lanjut mencubit gemas pipi Tzuyu.

"Masa aku di panggil Papa. Giliran kamu sendiri aja di panggil Mama, gak adil banget."

"Yaudah apa mau tukeran?"

Mata Tzuyu melirik Sana dari atas sampai bawah, dia berusaha melihat sisi mana yang mendukung untuk Sana di panggil Papa.

"Kamu gak cocok sih tapi."

Sana tersenyum penuh kemenangan "Nah yaudah. Kamu lebih cocok. Yuk sayang gendong dulu nak."

"Padahal bukan anak sendiri, tapi udah main mamah papahan."

Guk! Guk!

"Iyaa sayang emmm kangen yaa sama Mama."

Tzuyu hanya bisa menghela nafas melihat Sana yang sekarang sudah membawa Boo kedalam gendongannya.

"Ini kenapa sih ribut-ribut?" Momo yang baru pulang kerja hanya bisa menatap pasangan Satzu dengan bingung.

Guk! Guk! Guk!!

"Eh Boo sini sayang, sodara kamu mana nak?" Momo langsung mengambil alih Boo dari gendongan Sana.

Melihat tunangannya cemberut, Tzuyu berusaha menahan tawanya. "Kan apa gue bilang, bukan anak sendiri juga."

"Yuk kita ke atas, ketemu Dubu."

Sana langsung menatap Tzuyu dengan puppy eyesnya, tapi Tzuyu pura-pura gak lihat.

"Chewyyy, mau anak."

"Mau anak anjing? Nanti aku cariin ya."

"Anak beneran."

"Ngaco kamu. Udah ayo mending makan dulu, aku udah masakin kesukaan kamu." Tzuyu menarik lembut lengan Sana, tapi perempuan cantik itu gak mau bergerak sama sekali.

"Sayang, ayo."

Sana masih diam.

Karna aksi ngambek Sana yang tiba-tiba, Tzuyu mau gak mau jadi harus lakuin hal ini.

Tzuyu langsung menggendong Sana, membuat perempuan cantik itu langsung teriak panik.

"AKU KAGETT TZUYUUU! KENAPA TIBA-TIBA SIHH."

"Ya kamu diem aja. Aku udah masakin kamu banyak makanan loh yang." gak cuma ngegendong, Tzuyu juga curi kesempatan untuk cium bibir Sana.

Setelah sampai di meja makan, Tzuyu menurunkan Sana di bangku dengan hati-hati.

"Selamat makan sayang, aku tinggal sebentar ya."

"Mau kemana?"

"Cari Dobby."

"Gak usah, disini aja suapin aku."

"Manja nya mulai."

Biarpun dia ngebatin, tapi tetap aja Tzuyu ngeiyain permintaan Sana.

*

"Sayang sini duduk." Tzuyu menepuk-nepuk tempat di sebelahnya saat melihat Sana baru selesai mandi.

"Kenapa yang?"

"Maaf ya, aku gak pernah kepikiran untuk punya anak beneran. Aku takut gak bisa jaganya, gak bisa ngerawatnya. Tapi aku tanya sama kamu, apa yang tadi kamu bilang itu beneran? Kamu beneran mau anak?"

Sana menatap dalam mata Tzuyu. Dia bisa melihat jelas ada kekhawatiran di mata tunangannya. "Aku mau, tapi kamunya kan gak mau."

"Kalo kamu mau aku bisa cariin pendo—"

"Enggak usah Tzu, punya anak itu kesepakatan bersama. Tanggung jawab bersama juga. Aku gakpapa kok kalo kamu gak mau, aku juga sadar kalo komitmen untuk jaga anak itu ya seumur hidup kita."

"Tapi tadi katanya kamu mau punya an—"

"Sttt, iya sayang. Aku cuma ngomong aja, gak bener-bener ngeharusin kita punya anak. Mending sekarang kita bikin anak dulu aja."

Sana langsung merangkak naik ke atas Tzuyu, membuat posisi Tzuyu jadi setengah tiduran.

"Bilang aja horny."

"Udah lama kita gak lakuin karna sama-sama sibuk kerja. Aku kangen, pengen ini."

Jari telunjuk Sana mulai menggoda bibir Tzuyu.

"Pengen ini juga."

Jarinya terus turun, menyentuh apa yang dia mau sesuai ucapannya tadi.

"Sama... Ini."

Tatapan liar Sana mulai mengobrak abrik hati Tzuyu.

"Ayo jangan biarin aku nunggu." ucapan Sana menyadarkan Tzuyu dari lamunan kotornya.

"Gak akan aku biarin kamu nunggu lagi sayang."

Tzuyu langsung membalik posisi mereka. Sana tersenyum puas, Tzuyu nya udah jago sekarang.

Suara decakan mulai bergema di kamar mereka, tanpa perduli ada Boo dan Dobby yang terus menatap mereka berdua dengan heran.

"Aku gak pernah salah udah jatuhin hati aku ke kamu Tzu." ucap Sana di sela-sela ciumannya.

"Makasih ya waktu sekolah dulu kamu tahan banget aku jutekin."

Tangan Tzuyu membuka satu persatu kancing piyama Sana.

"Sekarang ayo kita lanjutin."

Sambil membawa tangan Sana keatas kepalanya, Tzuyu kembali mencumbu orang yang 10 tahun ini menempati hatinya.

***

Udah ya beneran udah selesai nih bonusnya😭

Wild [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang