BUG!
Tangan gadis itu memberikan respon cepat. Memberikan tinjuan keras pada pipi salah satu anggota OSIS laki-laki yang berdiri di hadapannya.
Tatapannya nyalang, sementara wajahnya merah padam. Bahunya naik turun mengikuti irama nafasnya yang tak beraturan.
"Bia! Apa-apaan kau ini?!" Sentak sang wali kelas saat melihat salah satu siswinya itu tiba-tiba saja membuat drama. Mengundang atensi seluruh penghuni kelas.
"Dia kurang ajar bu! Dia pegang bagian tubuh saya yang tidak seharusnya!" Bia menjelaskan dengan menggebu-gebu.
Tangannya menunjuk pada salah satu OSIS yang kini memegangi pipinya. Panas.
Anggota OSIS laki-laki itu tak berkutik. Ia menatap Bia dengan melongo."Mengarang lagi ya! Aldo ini OSIS. Jelas dia harus periksa semua murid kalau sedang razia seperti ini." Kata Ibu Elsa membela.
"Tap-tapi Bu, dia laki-laki. Seharusnya.."
"Cukup!" Ibu Elsa memotong kalimat Bia.
Ia menatap satu persatu ke semua murid yang ada.
"Ada yang mau bersaksi apakah yang dikatakan Bia itu benar? Ada yang lihat tidak Bia disentuh Aldo sembarangan?"
Seluruh murid menundukkan pandangannya. Sesekali sebagian dari mereka saling melirik satu sama lain. Tak satupun berani membuka mulut mereka.
"Sumpah demi Tuhan Bu. Saya tidak melakukan apapun. Saya di sini untuk melaksanakan kewajiban!" Ujar Aldo dengan serius.
Satu tangannya diangkat. Bersumpah pada semesta dan penghuninya bahwa ia tak melakukan apa-apa.
Bia menatap tajam padanya, lalu menggeleng.
"Lihat? Tidak ada yang salah Bia. Bisa tidak sehari tidak buat drama? Ha?!"
Ibu Elsa menghela nafas. Melipat kedua tangannya di depan dada, seraya menatap lurus pada Bia.
"Sekarang juga pergi ke ruang BK!"
Bia menggeleng. "Tapi Bu.."
"Tidak ada tapi-tapi. Ayo cepat!" Titah Ibu Elsa dengan tegas pada Bia.
Bia berdecak kesal.
Kepalanya digelengkan. Rahangnya mengeras, sementara sorot matanya melukiskan api kebencian pada siswa yang kini menyeringai di belakang sang Guru.
Tanpa mengatakan apapun, Bia lantas berbalik badan. Melangkah dengan gontai menuju ruang BK.
Tiba di depan pintu kayu, Bia mengetuknya dengan sopan sebanyak tiga kali. Sebuah suara menjawab dari dalam. Mempersilahkan dirinya untuk masuk.
Di dalam sana, seorang wanita berambut putih dengan kacamata yang menghiasi wajahnya tengah terduduk di depan meja kayu.
"Oh kita jumpa lagi ya Bia." Sapanya dengan akrab.
Jelas ini bukan pertama kalinya mereka bertemu di situasi serius seperti ini. Entah sudah yang ke berapa kalinya mereka tak ingat.
Tangan sang Guru menunjuk pada kursi kosong di hadapan. Meminta Bia untuk duduk dengan nyaman.
Ruangan ber-AC ini terasa dingin dan sunyi. Bia tidak suka.
"Aku dengar dari Ibu Elsa, kau berulah lagi."
Bia tak menjawab.
"Sudah banyak catatan merah. Mulai dari terlambat, jarang mengerjakan tugas, nilaimu hancur, bertikai dengan teman. Sekarang Aldo."
Ujar guru BK itu sembari menatap Bia. Gadis berambut pendek sebahu itu tertunduk. Beberapa luka terdapat di wajah dan punggung tangannya.
Namun itu bukan hal baru. Guru itu tahu pasti. Semua luka itu terjadi karena perangainya yang suka memberontak dan sering adu jotos dengan murid lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/371380596-288-k449473.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA BIA (TAMAT)
Teen Fiction"Bia, Ibu tahu, ini semua hanya keisenganmu untuk lari dari hukuman. Tapi hukuman tetaplah hukuman, Bia. Kau tidak bisa lari dari itu." Lanjut sang Guru menyadarkan Bia dari lamunannya. Sorot matanya penuh kekecewaan. Tangannya mengepal, mencengkera...