BAB 17 HANYA FELIX SEORANG?

9 0 0
                                    

"Bia!" Panggil Felix.

Yang dipanggil enggan menoleh. Ia tahu pasti siapa yang mengekor di belakangnya.

Langkah kaki mereka terhenti pada taman sekolah. Bia mengambil posisi duduk sembari menunggu jam pelajaran pertama usai.

Felix yang sedari tadi mengekor turut ambil posisi di samping Bia.

Diperhatikannya rambut Bia yang berantakan, wajah datar yang ditampilkan, namun Felix menangkap jelas kesedihan dari sorot mata Bia.

Tak ada kata apapun terucap dari keduanya. Tak ada pertanyaan apapun yang dilontarkan Felix. Ia yakin, temannya itu sedang tidak baik-baik saja. Suasana terasa canggung bagi Felix, namun Bia tidak peduli.

Tangannya bergerak membuka kotak jajan.

Diambilnya donat gula dari sana, lalu Bia mengambil satu gigitan besar.

Dikunyahnya donat itu dengan kasar. Baru mendapat tiga kali kunyahan, Bia kembali mengisi mulutnya dengan satu gigitan besar lagi. Tak mau menunggu hingga donat itu terkunyah halus, ia langsung menelannya dan begitu seterusnya.

Bibirnya kini terlihat kotor dengan beberapa gula halus menempel di sana. Sementara pipinya mengembung dijejali timbunan donat di dalam mulut. Sementara itu, pandangannya menatap kosong pada rumput.

Felix cukup terheran-heran dibuatnya. Belum lagi wajah datar Bia yang sejujurnya membuat nyali Felix menciut.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Felix ragu.

"Makanlah perlahan. Mau ku belikan minum?" Felix menawarkan.

Namun tetap saja. Tak ada jawaban dari lawan bicaranya. Bia tetap bungkam. Entahlah mungkin karena sedang sibuk mengunyah? Begitu pikir Felix.

Ia mengerti. Maka saat ini, Felix memilih bungkam dan ikut menatap kosong pada rumput.

"Jangan katan apapun. Aku sedang tidak ingin apa pun." Ujar Bia dengan datar setelah sejak tadi memilih membisu.

Mendengar itu Felix lantas menoleh sejenak. Lalu sedetik kemudian kembali menundukkan pandangannya. Felix berdeham, merasa bersalah telah mengganggu Bia dengan memberikan beberapa pertanyaan.

Diliriknya lagi, gadis disampingnya itu sudah menghabiskan dua donat gula dan dua gorengan dengan cepat.

"Tidak ada racun atau obat di dalam sini." Ujar Bia masih dengan kondisi yang sama.

Untuk sepersekian detik, Felix terdiam. Menerka-nerka apa yang dimaksud Bia, sebelum akhirnya ia menanggapi.

"Oh iya tentu saja. Aku percaya." Ujarnya sembari mengangguk yakin.

Sementara itu, Bia menghentikan pergerakan rahangnya. Ia menoleh pada Felix.

"Kau tidak terganggu saat aku berbicara sekarang?" Tanya Bia dengan sedikit mendekatkan wajahnya pada Felix.

Bia menyadari ujung hidung Felix bergerak sepersekian detik. Lalu mengerjap beberapa kali.

Bola mata Felix kemudian bergerak ke samping, berpikir sejenak. Ia kemudian balik menatap Bia. Lalu menggeleng cepat.

"Tidak. Aku tidak terganggu. Kau bisa ceritakan apapun padaku."

Mendengar itu, Bia lantas kembali menjauhkan posisi dari Felix. Ia kini menatap dalam pada jajan itu. Lalu mengambil satu untuk diberikan pada Felix.

Meski sempat bingung, namun Felix pada akhirnya mengambil alih jajan itu dari tangan Bia. Baru saja hendak menggigitnya, isak tangis Bia pecah.

Felix tampak cemas untuk pertama kalinya melihat Bia menangis. Bahu gadis itu bergetar. Ia tertunduk sembari menggigit jajan selanjutnya.

SUARA BIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang