BAB 16 AKU BUKAN KRIMINAL

10 0 0
                                    

Memasuki gerbang sekolah, Bia merasakan hal tidak menyenangkan menyergap. Pandangan tidak enak ia terima dari beberapa orang yang ia temui.

Bia menggeleng, berusaha tidak peduli pada mereka yang melempar pandangan jijik. Masuk kedalam kelas, Bia mengambil posisi duduk tanpa mengatakan apapun. Sebenarnya tidak ada yang berbeda dari hari-hari yang biasa ia lalui. Hanya saja, Bia merasa hari ini lebih berat dari biasanya. Ia merasa semua orang sedang memerhatikannya.

BLUK!

Sebuah koran yang terlempar menghantam kepala Bia. Lalu terjatuh tepat di atas meja.

Ia tahu seseorang sengaja melakuannya. Namun Bia tak membalas, enggan membuang tenanganya. Bia melirik benda itu.

Sebuah berita dengan gambar Ayah Bia tercetak jelas di sana. Kronologi dijabarkan dalam berita harian itu. Kini terjawab sudah pertanyaan dalam batin Bia.

Sekelebat ingatan bagaimana Ayah terluka, pakaian compang-camping tidak karuan yang beraroma tidak sedap, semua terjawab dari berita itu.

'Berusaha menghindari amukan massa, pria bertubuh tambun itu berusaha melarikan diri. Namun sialnya pelaku terjungkal kedalam parit.'

Tangan Bia mengepal di atas pangkuan.

"Memalukan!" Cacian terlontar dari Adel.

Bia mengangkat kepalanya. Tatapannya tajam, menatap beringas pada Adel yang sejak tadi memandang jijik padanya. Tanpa banyak bicara, Bia mengambil alih koran yang tergeletak di atas meja. Tangannya menggenggam erat benda itu.

"Hey teman-teman hati-hati ya ada anak pencuri di sini. Awasi barang-barang kalian!" Seru Adel pada seisi kelas.

BLUK!

"Aw! Sialan kau!" Umpat Adel.

Ia memengangi kepalanya. Ya, kini giliran dirinya yang merasakan hantaman keras sebuah koran di kepalanya. Tentu saja Bia sebagai pelakunya. Setelah sejak tadi berusaha tidak peduli, pada akhirnya Bia gagal menahan amarahnya.

Kepalanya mendidih. Sementara telinganya terasa panas mendengar celoteh Adel.

Adel menatap kesal pada Bia. Sementara yang ditatap balik memberi tatapan tajam. Rahang Bia mengeras berusaha menahan emosi. Tangannya mengepal kuat, menampilkan otot-otot di punggung tangannya.

"Tidak usah sok berani menatapku begitu ya! Terima ini!" Gertak Adel.

Ia kemudian mengambil langkah lebar mendekati Bia. Lalu tanpa permisi menjambak rambut Bia.

Tak terima, Bia balik mencengkeram rambut Adel. Tak sungkan meluapkan kekesalannya melalui jambakan kuat yang diberikan.

Kini rambut keduanya acak-acakan. Tak berhenti di sana, mereka berdua mulai saling dorong-mendorong satu sama lain.

BRAK!

Keduanya menoleh.

Kotak jajan Bia yang semula diletakkan di atas meja lantas terjatuh ketika tubuh Adel tanpa sengaja menyenggolnya.

Tutup kotak itu terbuka. Hal itu lantas membuat tak sedikit jajan yang terpental keluar dari sana . Begitu juga dengan gula-gula halus yang kini berserakan.

Geram melihat itu, Bia semakin mengeraskan jambakannya setelah sebelumnya sempat memberikan jeda.

"AKU TIDAK AKAN MELEPASKANMU!" Teriak Bia tak mau kalah.

"Hei! LEPASKAN!" Teriak Adele yang tak diindahkan oleh Bia.

"MULUTMU BAU BANGKAI BIAA!!" Sekali lagi Adel berteriak.

SUARA BIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang