43. Kebablasan

2.1K 77 11
                                    

Welcome bulan Juli 🥳
Semoga bulan ini cerita ElgaZa bisa sampai seratus-ribu viewer.
Aminnnnnnnnn 🤲

Janlup vote dan komennya yah beb 💞💐💐

*********

Sejak tadi Zahra duduk dengan menatap ke arah jendela mobil, dengan tangan yang memijat pelan keningnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak tadi Zahra duduk dengan menatap ke arah jendela mobil, dengan tangan yang memijat pelan keningnya.

Elgara dibuat bingung dengan sikap Zahra. Dia meraih tangan Zahra dan mengelus pelan tangan mungil itu dengan jari telunjuknya.

"Kenapa, hm?" tanya Elgara dengan pandangan yang fokus ke depan.

"Nggak papa," jawab Zahra tanpa menatap Elgara.

Elgara melirik sekilas Zahra. Ia memarkirkan mobilnya dan menatap Zahra.

"Lo kenapa? Marah?"

Zahra menggeleng pelan, dia masih dengan posisi yang sama, menghadap ke jendela.

Elgara mengerutkan keningnya bingung. Apa dia berbuat kesalahan sehingga istrinya marah?

Dari pada berdebat dengan pikirannya sendiri, Elgara memutuskan untuk bertanya langsung kepada Zahra. Ia mendekatkan tubuhnya ke tempat duduk Zahra, dia memegang pundak Zahra dan membalik tubuh istrinya hingga menghadap padanya.

"Lo---"

Elgara menutup kembali mulutnya saat Zahra mendorongnya hingga dia kembali duduk di tempatnya.

"Kamu bau, Gara! Ndak ku suka bau alkohol. Sudah natau mi kalau ndak ku suka bau minuman, masih saja bertanya!" cerocos Zahra dengan logatnya.

Elgara terdiam di tempatnya. Mencerna ucapan Zahra, istrinya itu berbicara dengan sangat cepat dan suaranya tidak terlalu jelas karena Zahra berbicara dengan tangan yang menutup hidungnya. Setelah mengerti, Elgara malah tersenyum lebar.

Zahra terpaku melihat Elgara yang tersenyum seperti itu. Baru kali ini dia melihat Elgara yang tersenyum lebar, dan... itu membuat jantung Zahra berdetak lebih cepat.

"Maaf, gue lupa. Jangan marah, sayang...," tutur Elgara dengan tatapan hangat.

Mata Zahra membulat sempurna saat mendengar Elgara yang memanggilnya dengan panggilan sayang.

Elgara jadi gemas melihat istrinya yang menatapnya seperti itu. Ia mengulurkan tangannya dan mengelus pelan pipi tembem Zahra.

"Kedip, Ra," ucap Elgara.

Zahra tersadar dari lamunannya. Ia langsung mengalihkan pandangannya ke jendela, menghindari tatapan Elgara.

"Pipi lo merah, Ra. Lo blushing lagi?" tanya Elgara. Padahal, dia sudah tahu jawabannya.

"Ng--ngak," jawab Zahra dengan terbata-bata.

"Bohong dosa loh, sayang," ujar Elgara.

"Say---"

ElgaZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang