Tok, tok, tok~
" siapa lagi sih.... gak tau jam apa ya... udah malam gini, rusuh aja... " gerutu yeji terganggu saat menikmati film kesukaan.
Berjalan dengan malas ke pintu depan, bersiap mengubur siapapun yang datang jika tidak memiliki alasan yang masuk akal ataupun mendesak.
" lo! Ngapain lo kesini sih sung... jatah obat lu belum waktunya habis... " omel yeji menunjuk jisung tepat di hidung laki-laki itu setelah ia mengetahui siapa perusuh ketenangannya saat pintu terbuka lebar.
" hehehehe... ampun nunna... urgent banget ini... obat gue ilang... kayaknya jatuh dijalan... gue butuh nih, bentar lagi mau konser soalnya... " rengek jisung menyingkirkan jari tengah yeji yang menunjuknya.
" ceroboh banget lu jadi orang, lu tau kagak tuh obat butuh effort! " omel yeji membiarkan jisung untuk masuk ke rumah.
" tinggal buat aja pun... " ujar jisung membuatnya mendapat jitakan sayang dari yeji.
" buat sono sendiri! "
" hehehe.. ampun nunna jangan marah, plis buatin ya... " rengek jisung menggandeng lengan yeji, menggoyangkannya ke kanan dan kekiri seperti anak kecil yang meminta jajan pada ibunya.
" ogah, dah malam ini... capek gue... malas... besok pagi aja... " ujar yeji membuat jisung melongo tidak percaya.
" kok jahat! Bayar dua kali lipat deh! " ujar jisung mengeluarkan dompetnya.
" lo pikir gue mata duitan?!! Lima kali lipat! " ujar yeji membuat jisung memberikan dompetnya sekaligus pada yeji.
" noh, ambil semua sama dompetnya! Ngeselin amat... " gerutu jisung membuat yeji tidak dapat menyembunyikan senyumnya.
" lagian elu, bukannya datang sorean... malah tengah malam... gak ada tata krama lo, gue lihat-lihat... "
" tata krama sama orang modelan lu untuk apaan dah nunna... kita kenal dari jaman orok, ya kali pake sopan santun.. canggung... udah sono, buatin obat gue... " titah jisung seenak jidat mengobrak-abrik isi kulkas yeji, mencari cemilan.
" gak ada malunya lo ya... " ujar yeji berkacak pinggang.
" gue masih pake baju utuh kok, ngapain malu... kalo telanjang baru... "
" heran gue bisa berteman ama modelan kek lu... " misuh yeji.
" namanya takdir, siapa bisa ngubah? Oh iya... mana ryujin.. adek lu itu masih hidup apa kagak sebenarnya, kagak pernah kelihatan... " tanya jisung membuat hati yeji serasa dicubit.
" nikah sirih sama crushnya... " bohong yeji di selingi candaan.
Ia tidak bisa menceritakan hilangnya ryujin, apalagi sang ibu yang sudah berubah menjadi monster.
" yang bener aja kalo ngomong... "
" kenapa? Patah hati lu karena ditinggal nikah? " ujar yeji membuat jisung sinis.
" idih, kalo bener gue mau minta pajak... pajak nikah... " ujar jisung membuat yeji tidak tahan melemparkan sendal padanya.
" gak ada orang nikah di mintain pajak nikahan ya setan! Bukan fisik lu aja yang sakit, otak lu juga! "
" idih... hidup di hutan lo? Kata siapa nikah gak pake pajak? Kampungan... iuh... " julid jisung membuat yeji menatapnya garang.
" udahlah, capek gue ngomong ama lu... gue gak mau buatin obatlu... "
" jangan ngambek dong, gitu aja ngambek... gue butuh obat loh... nanti kalo gue tiba-tiba kumat penyakit paniknya begimana? Konser loh... " ujar jisung kesal.
" emang kapan sih konser lu... "
" setengah bulan lagi... " jawab jisung membuat yeji merotasikan matanya malas.
" masih lama pun... berisik aja... "
" ih, gak lama itu loh.... cepat dong buatin... " rengek jisung.
" gue gak buat, gue kasih lu suntik aja... " ujar yeji membuat jisung mengernyitkan dahinya bingung.
" suntik apa? "
" rabies... suntik mati... " jawab yeji membuat jisung ingin membasmi wanita dihadapannya.
" bercanda... muka lo jelek banget, kek monyet... suntikan vitamin doang... tapi gue yakin lu gak bakal sibuk sama penyakit lu lagi... " ujar yeji membuat jisung memiringkan kepalanya bertanya-tanya.
" emang ada vitamin begitu? "
" ada... ( vaksin zombie... ) ayo, duduk di sofa... aku ambil obatnya dulu... " ujar yeji beranjak untuk mengambil vaksin.
Yeji mengingat saat dimana ia menyuntikkan vaksin pada teman jisung, dan tidak ada reaksi apapun. Hingga ia akan memberikan jisung dosis normal, berbeda dengan yugyeom yang hanya mendapatkan sedikit dosis.
.
.
.
.
." kamu berhasil?!! " pekik seungmin girang.
" benar tuan, saya berhasil menemukan vaksinnya... saya juga sudah membuat virus dan vaksin lain... "
" apa sudah kamu uji coba? " tanya seungmin yang dibalas gelengan oleh ryujin.
" saya ingin uji coba virus dan vaksin tersebut pada monster yang anda kurung.. tapi saya ragu karena dirinya sudah terinfeksi banyak obat... saya butuh yang masih murni manusia... " ujar ryujin membuat seungmin mengangguk paham.
" baiklah, mufasa! "
" iya pak? Ada apa? " tanya mufasa yang bergerak cepat ketika namanya di panggil.
" pergilah, bawa beberapa manusia yang sudah saya cuci otak tadi siang kemari... 5 orang saja... "
" baik pak... " ujar mufasa segera mengerjakan perintah.
" kamu sudah mengerjakan pekerjaan hebat... " puji seungmin mengelus lembut surai ryujin.
" terima kasih... saya senang jika tuan senang... "
" tapi kamu tau jika hasil mu gagal kan? " ujar seungmin membuat ryujin menatapnya bingung.
" kamu akan kubunuh... " ujar seungmin dengan senyum liciknya.
" bercanda... aku masih membutuhkan otakmu... tidak semudah itu aku membunuhmu, jangan pasang wajah sedih begitu... " ujar seungmin melihat hasil karya ryujin.
" saya akan berusaha semaksimal mungkin dalam pekerjaan yang tuan perintahkan... "
" itu harus... " ujar seungmin menatap cairan di tangannya dengan teliti.
( ini harus berhasil, waktuku tidak banyak... jika ini tidak berhasil.. semua akan gagal... ) inner seungmin khawatir.
" tch, aku belum berlatih koreo dan lagu lagi... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Corp, 2 ( SKZ )
Mystery / Thrillersequel Oh God Zombie! Awal mula virus tersebar..