Yeji benar-bebar fokus dalam menemukan vaksinnya, kurang tidur dan selalu telat makan. Ia bahkan terpaksa menutup kliniknya agar pekerjaannya tidak terganggu.
Kecuali pasien darurat, tentu ia tidak bisa membiarkannya begitu saja.
" ketemu... akhirnya ketemu!! " pekik yeji girang setelah berhasil membuat vaksin.
" tes... tes... harus di tes... " ujarnya mengambil beberapa cairan virus ke dalam suntikkan, dan juga beberapa cairan vaksin.
" kalo gagal setidaknya rumah ini udah ku segel, agar tidak ada yang masuk... " ujarnya menyuntikkan cairan virus ke dalam dirinya sendiri dengan tangan gemetaran.
Takut, ia sangat takut..
Namun ia harus..
Perasaan panas menjalar di seluruh tubuhnya, seolah ada ribuan jarum yang menusuk di setiap inci tubuhnya hingga pori terkecil sekalipun.
Detak jantungnya berdetak cepat, membuatnya kesulitan bernapas. Belum lagi rasa sakit yang menghantam kepalanya.Dengan tangan gemetaran, juga pandangan buram. Yeji berusaha sekuat tenaga menyuntikkan vaksin tersebut terhadap dirinya.
Menusuk asal, yang penting tepat menusuk ke nadi darahnya.
Yeji berharap penuh dengan vaksin ciptaannya, namun ia sepertinya harus menerima fakta pahit.
Cairan vaksin yang masuk ke dalam tubuhnya justru membuat dirinya merasakan sakit yang lebih menusuk.
Membuatnya mengerang sakit, berteriak kencang sebagai bentuk keluhan.
Kakinya sendiri tidak kuat menopang dirinya untuk tetap berdiri tegak, meringkuk di lantai keramik dingin berharap dapat menghilangkan rasa panas di tubuhnya yang sialnya tidak berguna.
( bertahanlah yeji, kau tidak boleh mati hari ini... ) inner yeji berusaha mempertahankan kesadarannya.
ARRGHHG!!!.
.
.
.
.
." pak, kami sudah membawa hampir seluruh anak jalanan... " ujar mufasa bersama juyeon dkk di belakangnya.
" kerja bagus... kalian urus mereka... beri makan, mandikan mereka... aku tidak mau ada bau busuk di tempat ini... kecuali bau busuk darah dari kesenangan atas kematian... " ujar seungmin membuat juyeon dkk cukup merasa tegang.
sosok di hadapannya mereka tidak bisa di remehkan begitu saja.
Dont judge book bye the cover...
" setelah mereka bersih, bawakan mereka ke lab 4 satu per satu.... tunggu saya disana... "
" baik pak, ada lagi? " tanya mufasa pada seungmin yang masih berpikir keras.
" oh! Juyeon dkk, aku tau keahlian bela diri kalian bagus... pergilah ke tempat dohyun... berlatihlah bersamanya setelah para gelandangan itu selesai kalian urus.. "
" berlatih juga menggunakan senjata... mufasa akan mengajari kalian nanti... mufasa, kau tidak masalah jika harus mengurus para gelandangan itu dulu lalu melatih mereka? "
" tidak masalah pak... " jawab mufasa santai.
Ia sudah terbiasa dengan kerja keras, apa itu rasa lelah?
Ia tidak mengetahuinya...
" bagus, pergilah kerjakan tugas kalian... jika ada apa-apa langsung beri kabar... saya ada di lab utama bersama 00... pekerjaan saya belum selesai disana... "
" baik pak, ayo... " ajak mufasa pada juyeon dkk.
" huft, wanita itu tidak sepintar rumornya... sampai sekarang tidak bisa menemukan vaksin? Bodoh sekali... sepertinya kali ini aku harus serius menggunakan otakku... " dumel seungmin beranjak ke lab utama.
.
.
.
.
.Yeji berusaha menetralkan nafasnya yang masih tersendat akibat efek sakit dari obat buatannya.
Menatap dirinya sendiri pada cermin besar di dalam ruangan, dimana kalian bisa melihat wanita itu tersenyum bangga.
Bagaimana tidak?
Ia berhasil menemukan vaksinnya...
Dirinya tidak berubah menjadi monster setelah melewati rasa sakit yang terasa seperti maut.
" hehe... berhasil.. " gumamnya lemah.
Permisi~
Apakah ada orang?~
" aish, manusia bodoh mana yang masih mampir ke klinik dengan tanda papan tutup tertempel.. Sepertinya aku harus membuat tanda yang lebih besar agar tidak banyak manusia buta huruf! " dumel yeji setelah mendengar ketukan pada pintu.
" SEBENTAR!! " teriak yeji berusaha untuk berdiri dari duduknya.
" sedikit lama, tidak masalah... " ujarnya meraih alat make up untuk merapikan rambut dan juga wajah pucatnya.
......
Kriet~
" siapa? " tanya yeji mengernyitkan dahi melihat sosok yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
" ah, permisi... apa anda seorang dokter? Saya yugyeom, teman han jisung... pasien disini... " ujar yugyeom membuat dahi yeji semakin berkerut.
" teman jisung? Untuk apa mencarinya kemari? Ini bukan rumah sakit besar... dia tidak di rawat inap disini... " ujar yeji membuat yugyeom tersenyum lebar.
" saya bukan mencari jisung, tapi kedatangan saya kemari untuk berobat.... dan jisung lah yang merekomendasikan tempat ini... "
" apa kau tidak lihat tulisan tutup ini? " ujar yeji menunjuk tulisan close di pintu.
" kalian orang kota kenapa harus susah-susah pergi ke desa terpencil hanya untuk berobat? Apa kalian waras? Di kota besar banyak dokter hebat... dengan fasilitas memadai, belum lagi obat-obatan lengkap dari jenis ringan hingga berat... malah pada nyasar kesini... " omel yeji namun membuka lebar pintu klinik.
" ayo masuk... "
" maaf mengganggu... " ujar yugyeom segan.
( galak bet buset nih dokter... lagian siapa sangka sih lu buka klinik di desa terpencil... gue aja berasa nyasar pas dijalan.. ) inner yugyeom menggerutu.
......
" jadi apa keluhanmu? "
" begini... saya sebagai idol... butuh tenaga yang lebih banyak... saya mudah sakit... " ujar yugyeom membuat yeji menganggukkan kepalanya paham.
" mudah sakit ya.... tenaga... " gumam yeji mengetukkan ujung jari telunjuknya ke meja, berpikir obat apa yang bagus untuk diberi.
( jika eternal corp benar adanya ingin membuat kekacauan dengan virus, bukankah lebih baik aku memberikannya vaksin saja? Itu akan menyelamatkan hidupnya untuk kedepan... )
" aku akan memberikanmu suntikan vitamin, namun reaksinya akan sedikit menyakitkan? Kau mau? " tanya yeji.
" obat apa jika saya boleh tau? "
" vitamin khusus buatanku... sudah ku konsumsi, jadi aman... jangan takut, aku bukan dokter gadungan... aku berlisensi... " ujarnya menunjukkan penghargaan dokter yang tertempel apik di dinding.
" jika aku gadungan, jisung sudah sejak lama menjebloskanku ke penjara... "
" jika obat itu terbukti bagus... maka... boleh deh... " ujar yugyeom berusaha untuk percaya dengan sosok dokter di hadapannya.
" oke tunggu sebentar... " ujarnya beranjak untuk mengambil obat.
( lebih baik dia kuberi vaksinnya saja dengan dosis sedikit... )
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Corp, 2 ( SKZ )
Mystery / Thrillersequel Oh God Zombie! Awal mula virus tersebar..