Carlisle mengajak Elise menikmati pemandangan gunung Olympic dari kota Forks. Walau langit ditutupi oleh awan mendung namun tidak menutupi keindahannya.
Elise naik ke atas mobil Carlisle dan menidurkan dirinya begitu saja, dia tidak menunggu persetujuan Carlisle melainkan langsung memejamkan matanya.
Carlisle yang melihat Elise tertidur dengan damai tersenyum, ia juga ikut membaringkan tubuhnya di sisi Elise. Sedetikpun Carlisle tidak mengalihkan pandangannya dari Elise. Sesekali ia akan merapikan rambutnya yang tertiup angin.
Ada ketertarikan yang tidak bisa dijelaskan dalam mata Carlisle dan dia mulai berharap waktu berjalan begitu lambat.
Matahari sudah hampir tenggelam namun tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan bangun, jadi Carlisle berusaha membangunkannya.
"Lise, bangunlah," ucap Carlisle mengelus pipinya dengan lembut namun tak ada tanggapan.
"Sayang bangunlah kita harus pulang," katanya lagi. Elise hanya membalik tubuhnya menghadap Carlisle namun tidak membuka matanya ia kembali tidur.
Masih mengusap pipi Elise dengan lembut Carlisle berbisik tepat di telinganya, "Kita harus pulang,"
"Aku ingin tidur," rengek Elise yang masih memejamkan matanya.
Gemas dengan tingkah laku Elise Carlisle mengecup keningnya, memutuskan untuk menggendongnya.
Sepanjang perjalanan dari waktu ke waktu Carlisle terus memandangi wajah Elise. Dia sebenarnya ingin menggenggam tangan Elise namun takut membuat gadis itu terbangun. Jadi ia mengurungkan niatnya.
Mereka sampai di depan rumah Charlie, di sana sudah berdiri Charlie dan Bella yang tampak khawatir karena Elise belum juga pulang.
Carlisle menyerahkan Elise pada Charlie, menjelaskan bahwa mereka sedang sesi konsuling sebelum akhirnya Elise tertidur. Bella masih belum mengetahui siapa sosok di depannya dia hanya fokus pada Elise yang kini berada di gendongan Charlie.
Dengan perasaan enggannya Carlisle pulang. Dia menatap rumah itu cukup lama sebelum akhirnya meninggalkan pekarangan.
Mereka makan malam tanpa Elise. Selama beberapa menit mereka makan dalam diam. Namun diam yang nyaman. Tak satupun dari mereka terusik keheningan itu. Dalam beberapa hal, mereka sangat cocok hidup bersama.
"Jadi, bagaimana sekolahmu? Apa kau sudah dapat teman baru?" Charlie berkata setelah mengulur waktu.
"Well, aku mengambil beberapa kelas bersama gadis bernama Jessica. Saat makan siang, aku duduk bersama teman-temannya. Lalu ada anak laki-laki, Mike, yang sangat bersahabat. Semuanya kelihatan lumayan baik."
'Dengan satu pengecualian mencolok' batinnya.
"Itu pasti Mike Newton. Dia anak yang baik, keluarganya baik. Ayahnya memiliki toko perlengkapan olahraga di luar kota. Karena banyak backpacker datang kesini, dia cukup berhasil."
"Apa kau mengenal keluarga Cullen?" tanya Bella ragu-ragu. "Mereka... anak-anaknya... agak berbeda. Sepertinya mereka tak bisa beradaptasi dengan baik di sekolah."
Charlie mengejutkan Bella karena ekspresinya tampak marah.
"Orang-orang di kota ini," gumamnya.
"dr. Cullen ahli bedah genius dan dia bisa saja memilih bekerja di rumah sakit dimana pun di dunia ini, dengan gaji sepuluh kali lipat daripada yang didapatkannya disini," lanjutnya, suaranya makin keras. "Kita beruntung memilikinya, beruntung dia mau tinggal di kota kecil. Dia aset bagi komunitas kita, dan perilaku anak-anak mereka baik dan sopan. Aku memang pernah ragu ketika mereka pertama pindah kesini, dengan anak-anak remaja adopsi itu. Kupikir mereka akan menimbulkan masalah. Tapi mereka sangat dewasa, aku belum mendapat satu masalahpun dari mereka. Sesuatu yang belum pernah dilakukan anak-anak yang orangtuanya telah tinggal di sini selama beberapa generasi. Dan keluarga itu hidup seperti keluarga biasa, pergi kemping setiap 2 akhir pekan sekali. Tapi hanya karena mereka pendatang baru, lalu orang-orang menggunjingkan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SAGA X OC
Fanfiction[Carlisle x OC] Sejak kehidupan pertamanya sekalipun Elise tidak pernah takut akan kematian namun saat sebuah van melaju kencang ke arahnya saat itulah untuk pertama kalinya dia takut tidak bisa hidup di hari esok. Membayangkan bagaimana terlukanya...