Dengan perhatian Carlisle memberikan keranjang kecil kepada Elise, tahu jika gadisnya akan membeli.
"Apakah itu sudah selesai?" tanya Carlisle pada dua remaja yang berdiri tak jauh dari mereka. Salah satunya memegang scoops yang dibutuhkannya.
Seakan mengerti salah satu remaja memberikan scoops di tangan temannya pada Carlisle. Pria itu menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih," tulusnya sambil tersenyum.
Tidak lagi memperhatikan dua remaja yang sedang memekik kegirangan, Carlisle memberikan scoops-nya pada Elise.
Elise tersenyum geli ketika menerimanya. Dia mengabaikan pertanyaan Carlisle yang bingung dengan responnya, dia terus memasukkan lebih banyak coklat ke dalam keranjang.
Mereka beranjak ke rak selanjutnya, Carlisle yang masih penasaran terus bertanya tanpa henti. Dia sama sekali tidak membuat lelucon tapi gadisnya malah tertawa jadi dia bingung bagian dari dirinya yang mana yang menurutnya lucu. Mengambil sekotak coklat Elise menutup mulut Carlisle agar dia berhenti bertanya. Pria itu menggeram marah, menyingkirkannya. Tanpa berkata apapun dia melumat bibir Elise yang masih tersenyum mengejek.
Ciuman mereka tidak lama namun bagi Elise dunia terasa berhenti berputar. Dia melihat jejak kemenangan di senyum manis Carlisle. Terkadang Carlisle memang bisa menjadi menyebalkan dengan ketidak pekaannya. Karena hari ini Carlisle menjadi manusia dia berpura-pura kesakitan setelah Elise memukul perutnya.
"Ini sangat sakit," keluh Carlisle dengan wajah terlukanya.
"Oh benarkah? Biar kulihat," dengan tawa gelinya Elise mengusap perut Carlisle perlahan, "Sakit sakit pergilah," Elise mengeluarkan mantra yang biasa digunakan Lando padanya saat berumur tiga tahun.
Baru dia akan mengangkat tangannya tapi tangan besar Carlisle sudah lebih dulu menghentikannya, "Belum ini masih sakit," lagi pria itu memasang wajah kesakitannya. Pria itu membiarkan tangan Elise tetap di perutnya.
Elise tertawa geli, dia menarik tangan Carlisle, lalu menggigitnya hingga terlihatlah bekas gigitan di sana.
"Baby, kau kanibal ya?" gigitan Elise sama sekali tidak sakit jadi dia tertawa setelah melihat bekas gigitan di tangannya.
"Aku penghisap darah," jawab Elise sekenanya, "Berhati-hatilah aku bisa berubah menjadi kelelawar saat malam hari."
Tawa Carlisle semakin pecah. Tawa magnetisnya mengundang lebih banyak pasang mata untuk menatapnya.
Masih dengan tawanya dia menarik tubuh Elise yang berdiri tak jauh dari jendela, "Awas matahari kau akan terbakar," dia kemudian mendekap tubuh Elise, "Aku akan melindungimu dari matahari."
"Itu sih maumu memelukku," keluh Elise memukul lengan Carlisle, melepaskan dirinya dari pelukan pria itu. Kali ini pria itu tidak berpura-pura kesakitan dia justru tertawa.
Meninggalkan Carlisle yang masih tertawa di tempatnya, Elise kembali memilih-milih coklat yang akan dibelinya. Cukup banyak variasi coklat yang dia beli mengingat sebanyak apa teman-temannya sekarang.
"Untuk siapa saja?" tanya Carlisle di telinga Elise begitu pria itu tiba di belakangnya.
Elise meraih tangan Carlisle, melingkarkannya di pinggang. "Untuk Bella, Charlie, Angela, Jessica, Mike, Steven, Tyler, Lauren, Zac, Samantha, Lee Stephens, Louis... dan mungkin Jacob, dia bilang akan mampir jika SIM-nya sudah jadi."
Mengerutkan keningnya Carlisle bertanya, "Siapa Jacob?"
"Putra Billy Black."
"Kau dekat dengannya?"
"Dulu sekali, kita pernah bermain bersama. Saat di La Push kemarin aku bertemu lagi dengannya," jelas Elise yang membuat Carlisle mengeratkan pegangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SAGA X OC
Fanfiction[Carlisle x OC] Sejak kehidupan pertamanya sekalipun Elise tidak pernah takut akan kematian namun saat sebuah van melaju kencang ke arahnya saat itulah untuk pertama kalinya dia takut tidak bisa hidup di hari esok. Membayangkan bagaimana terlukanya...