Hari minggu, Bella yang belum mengerjakan PR-nya menghabiskan akhir pekannya dengan duduk di depan meja belajar. Elise duduk di jendela menemani Bella mengerjakan tugas, sesekali mereka akan membicarakan banyak hal salah satunya kenangan di Phoenix.
Mereka juga mulai membandingkan pria mana yang lebih tampan dan mereka sepakat bahwa Forks unggul dalam poin ini. Senyum Elise semakin lebar ketika dia melihat Carlisle di antara pepohonan yang menjulang tinggi.
"Kurasa aku harus pergi," putus Elise yang sontak membuat Bella menghentikan pekerjaannya.
"Lagi?"
"Aku sedang mengerjakan proyek baru, senang bahwa mereka tertarik membahas rencana bisnisku," jelas Elise mencium pipi Bella. "Katakan pada Charlie bahwa aku akan pulang terlambat."
"Perlu ku antar ke bandara?" tanya Bella khawatir karena dia tahu sejauh apa perjalanan dari Forks ke Port Angeles.
"Tidak perlu, sudah ada yang menjemput," tunjuk Elise pada sebuah sedan hitam yang terparkir cukup jauh dari perkarangan rumah mereka.
"Hati-hati di jalan, jangan lupa bawa oleh-oleh," ujar Bella yang telah kembali fokus pada pekerjaannya.
Di luar gerimis, Carlisle tidak membiarkan gadisnya kehujanan jadi dia menjemput Elise dengan payungnya.
Mobil Carlisle melaju meninggalkan pekarangan rumah Charlie. Ada sedikit kemajuan, Carlisle kini tidak merasa ragu lagi setiap kali ingin menggenggam tangan Elise.
"Jadi apakah dokter bedah tampan kita ini sangat senggang akhir-akhir ini?" tanya Elise yang menikmati menggoda Carlisle.
"Aku hanya merindukanmu."
"Bukankah kemarin kita sudah bertemu?"
"Aku selalu merindukanmu setiap kali tidak bisa melihatmu dan itu membuatku sulit mengendalikan diri."
Elise tersenyum mendengar penuturan Carlisle, itu terdengar sangat manis.
"Baiklah. Apa yang akan kita lakukan hari ini untuk menebus perasaan rindu kekasihku?"
"Mau main ke rumahku?"
"Kau punya rumah?" tanya Elise yang membuat Carlisle tertawa.
"Tentu saja, memangnya kau pikir kami tinggal dimana?"
"Sumpah, aku berpikir kau tinggal di gua," jawab Elise yang mengundang tawa Carlisle lebih keras. Namun bukannya merasa terganggu Elise menikmati tawanya. Suara Carlisle seperti morphine.
"Kami sudah tidak se-primitif dulu, kami mulai mengikuti perkembangan manusia untuk memudahkan hidup berbaur dengan mereka."
"Dengan kata lain, kau pernah?"
Carlisle mengangguk. Dia mulai menceritakan tentang kehidupannya. Dulu ia juga seorang manusia namun karena suatu hal dia berubah menjadi vampir.
Carlisle lahir sekitar tahun 1640 di London, pada masa pergolakan agama dan politik. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Ayah Carlisle yang seorang pendeta Anglikan memimpin perburuan manusia serigala, penyihir, dan vampir, mengklaim bahwa mereka berusaha untuk membersihkan dunia dari kejahatan dan dosa.
Seiring bertambah usia ayahnya, Carlisle mengambil alih penggerebekan. Dia kurang nyaman dalam membunuh seperti ayahnya, tapi dia cukup pintar untuk menemukan sekelompok vampir sungguhan yang menghuni selokan London. Di umurnya yang ke dua puluh tiga tahun Carlisle memimpin perburuan mengejar mereka, dan dalam kekacauan yang terjadi, dia diserang dan dibiarkan berdarah di jalan oleh vampir.
Mengetahui apa yang akan dilakukan ayahnya, Carlisle bersembunyi di gudang kentang untuk transformasi yang menyakitkan, lalu dia muncul tiga hari kemudian sebagai vampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SAGA X OC
Fanfiction[Carlisle x OC] Sejak kehidupan pertamanya sekalipun Elise tidak pernah takut akan kematian namun saat sebuah van melaju kencang ke arahnya saat itulah untuk pertama kalinya dia takut tidak bisa hidup di hari esok. Membayangkan bagaimana terlukanya...