EPISODE 33 : NYARIS SAJA

336 54 8
                                    

Dari kaca jendela mobil, Carlisle bisa melihat langit yang mulai gelap. Awan-awan telah berkumpul lagi di langit barat, membuat matahari terbenam lebih awal. Yang artinya dia bisa berjalan-jalan di luar bersama Elise tanpa takut akan terkena terpaan sinar matahari. Namun sisi timur masih bersih meski langit mulai kelabu dengan semburat merah jambu dan jingga, twilight.

Suara alarm terdengar keras dari jam tangan Elise. Carlisle bernapas lega saat tangannya terbebas dari hukuman. Tubuhnya terasa tak bertenaga setelah dia berkali-kali mengejang. Matanya berkabut tertutup hasrat, dia bergairah namun memilih menahannya karena tahu dia akan kehilangan kendali jika hewan buas di dalam dirinya diberi kesempatan. Lagi pula dia sedang dalam masa hukuman.

Pandangannya kini beralih pada Elise, dia menoleransi hewan buasnya untuk berfantasi namun hanya sekedar itu. Carlisle kembali memejamkan matanya mengatur pikirannya, dia lalu melihat Elise. Penasaran dengan bunyi apa yang memanggil gadisnya. Saat itulah dia menyadari jam tangan yang dikenakan Elise bukan hanya sekedar jam tangan.

"Ada apa?"

Suaranya terdengar bagaikan alarm bahaya. Reaksi cemas Elise juga membenarkan dugaannya. Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Elise melepas jam tangannya, memberikannya kepada Carlisle.

"Ikuti titik merah di jam itu."

Itu adalah jam tangan yang selalu Elise pakai. Dia pernah memperhatikannya saat menemani Elise tidur, menebak-nebak keistimewaan apa yang dimiliki jam tangan itu. Dia sampai pada kesimpulan karena pemberinya dan sepanjang malam Carlisle tersiksa oleh rasa cemburu pada siapapun yang memberikan jam tangan itu.

Saat ini jam tangan itu ada di tangannya, dia memperhatikan bahwa komponen jam tangan Elise telah berubah. Angka-angkanya tersamarkan oleh sebuah peta kecil di atasnya. Dia jadi berpikir ulang tentang alasan mengapa jam tangan ini istimewa, Carlisle diliputi perasaan malu sungguh konyol pikirannya sebelumnya.

Carlisle tidak sempat bertanya, karena terlalu malu. Tangannya bergerak menghidupkan mesin, kakinya menginjak pedal gas hingga ke lantai. Mobil Mercedes itu langsung melaju dengan kecepatan tinggi.

Mengikuti arah yang ditunjukkan radar itu, Carlisle memotong jalan melewati jalan alternatif yang tidak disediakan jam tangan itu. Carlisle menghiraukan bunyi klakson yang mengutuknya mengemudi di atas kecepatan normal. Dia tidak tahu apa yang tengah terjadi namun nalurinya mengatakan bahwa dia harus secepat mungkin sampai ke titik merah.

Suara decitan mobil Carlisle terdengar memekakkan telinga begitu memutar arah bahkan suaranya mengalahkan bunyi alarm Elise. Kali ini lebih banyak klakson namun baik Elise maupun Carlisle tidak mempedulikannya sebab suara itu telah tertinggal jauh di belakang.

Begitu Carlisle menerobos paksa lampu merah, suara alarm terhenti sebab titik merah telah berada dalam jangkauan radar. Tapi meski begitu Elise masih tetap was was sebab saat ini mereka sedang melewati jalanan sepi.

Mereka memasuki kawasan industri, jauh dari distrik perbelanjaan yang ramai. Parahnya penerang jalan di tempat ini mati dan tak ada yang berusaha untuk memperbaikinya. Satu-satunya penerangan hanya berasal dari lampu mobil Carlisle. Elise mengutuk segala hal yang dilakukan Bella hingga membawa gadis itu ke tempat yang tidak seharusnya dikunjungi turis.

Mereka melintasi bagian belakang gudang-gudang yang suram, tampak tak terawat meski masih digunakan. Masing-masing bangunannya dilengkapi pintu untuk bongkar-muat truk. Sisi selatan jalan tidak bertrotoar, hanya pagar kawat dengan kawat berduri untuk melindungi sejenis tempat penyimpanan mesin.

Satu blok lagi mereka sampai. Saat berbelok, di ujung jalan ada sebuah sedan biru berjalan ke arah sebaliknya. Dari lampunya Elise bisa melihat Bella dengan dua orang pria yang mengikutinya. Cengkraman Elise lebih kuat pada seat belt-nya. Elise tahu mereka bukan hanya sekedar pencuri.

TWILIGHT SAGA X OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang