EPISODE 30 : TERSELESAIKAN

346 52 4
                                    

Tepat ketika Edward yakin tidak ada siapapun yang tersisa di rumah keluarga Swan, dalam satu kedipan mata dia telah berada di depan motorhome Elise. Sebelum tangannya bisa mengetuk pintu, Carlisle sudah lebih dulu membukanya, mempersilahkan Edward masuk.

Edward memperhatikan Carlisle dengan seksama. Pria itu masih dengan piyama sutranya, tangannya memeluk bantal dan jangan lupakan rambut pirangnya yang berantakan. Selama ratusan tahun Edward mengikuti Carlisle, untuk pertama kalinya dia melihat pria itu dalam keadaan kacau. Berita baiknya Carlisle berhasil menahan hasrat gilanya walau dengan akhir yang tidak diinginkan.

"Seberapa dalam aku menyakitinya?" tanya Carlisle begitu Edward masuk ke dalam. Dia tidak repot-repot mempersilahkan Edward untuk duduk toh pria itu akan langsung duduk selama dia mau. Jadi Carlisle menjatuhkan tubuhnya pada sofa panjang dekat mini bar, tidak lagi bergelung di atas kasur.

"Menurutmu sedalam apa jika dia sampai membandingkanmu dengan mantan kekasihnya?"

'Sial!' rutuk Carlisle dalam benaknya.

Itu buruk. Sangat buruk malah. Dia membenamkan wajahnya di bawah bantal. Jika seandainya bisa dia ingin mengubur dirinya di dalam tanah. Memikirkan kebodohannya dia menggeram frustasi, tidak tahu lagi harus bagaimana saat menemui Elise nanti.

Sebelumnya dia sangat sombong, berpikir jika dia berhasil menaklukkan haus darah akan aroma darah manusia maka dia juga mampu mengatasi hasrat gilanya pada Elise. Namun hari ini semesta menertawakannya, dia dipukuli oleh kenyataan bahwa dia tidak sehebat itu menahan binatang buas di dalam dirinya.

Edward memandangi Carlisle. Dia bisa mendengar pikiran-pikiran gila yang mati-matian Carlisle cegah untuk keluar namun tetap saja keluar. Walau bagaimanapun Carlisle adalah seorang pria, dia telah menahan dirinya untuk tidak melewati batas. Godaan yang dia alami pagi ini benar-benar menghancurkan benteng pertahanan terakhirnya. Di saat kewarasannya terkikis habis nyatanya Carlisle lebih memilih bersikap kejam pada dirinya sendiri.

"Carlisle aku tidak mengerti... kurasa Elise tidak akan mempermasalahkannya," ujar Edward mencoba menghentikan ketakutan Carlisle. Namun justru itu membuat Carlisle kembali gila dalam fantasinya.

Geraman Carlisle semakin kencang ketika dia kembali pada pikiran pertamanya. Dia kemudian berdecih merasa jijik dengan pikirannya sendiri. "Dia mungkin tidak tapi aku iya."

"Hah?"

Melempar bantalnya dengan kesal, untuk pertama kalinya Carlisle menatap Edward dengan jengkel. "Di saat hasratku lebih unggul daripada kewarasanku, kau pikir binatang itu akan memperhatikan keselamatan Elise? Tidak, Edward! Dia justru akan mengejar kepuasannya sendiri tidak peduli apa yang terjadi pada mangsa di bawahnya," jelas Carlisle begitu emosional. Geraman frustasinya menunjukkan seberapa seriusnya masalah kali ini.

Saat pikirannya sampai pada kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada Elise napasnya mulai memburu. "Sungguh aku akan mengutuk diriku sendiri jika sampai aku melukainya. Dan jika... jika saja itu benar-benar terjadi dan aku penyebab... kematian Elise, aku tidak akan ragu membakar diriku sendiri di atas tiang pancang."

oOo

Hari ini Elise dan Bella berangkat ke sekolah tidak terlalu pagi, sampai-sampai nyaris tak ada waktu untuk bergegas ke kelas. Dengan hati mencelos mereka mengitari parkiran yang penuh, mencari tempat yang masih kosong. Bella memarkir truk di baris terakhir kemudian bergegas lari ke kelas bahasa Inggris. Mereka tiba terengah-engah, tapi berhasil sampai sebelum bel berbunyi.

Sama seperti kemarin the Cullen's tidak hadir di mana pun. Kali ini hanya Bella yang tampak kusut, Elise bersikap seperti biasanya karena dia sudah tahu alasan ketidakhadiran mereka. Namun bukan berarti jejak emosi tadi pagi telah hilang sepenuhnya. Dia masih dalam mode tidak ingin diganggu.

TWILIGHT SAGA X OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang