Tepat tengah malam Carlisle tiba. Elise tidak membuka matanya sampai dia merasakan Carlisle berada di sisinya. Dia tidak mengatakan apapun hanya menarik tubuh Carlisle agar dia bisa lebih mudah mendekapnya.
Carlisle menggeser tubuhnya lebih dekat. Tangannya membawa gadis itu kepelukannya hingga dia bersandar di lengannya. Dengan lembut dia mengecup bibir gadisnya. Saat wajahnya bersiap mundur ke belakang, lengan Elise terangkat menghentikan pergerakannya. Elise membuka matanya menatap mata biru Carlisle, tersenyum manis padanya.
Dalam satu gerakan Elise mencium bibir Carlisle, melumatnya dengan rakus. Carlisle yang mendapat ciuman tiba-tiba kewalahan dengan hasrat Elise. Dia membiarkan gadis itu naik ke atas tubuhnya tanpa melepas pagutan mereka. Masih dengan melumat bibirnya tangan Elise bergerak melepas dua kancing atas kemeja Carlisle. Dengan sensual gadis itu mengusap dadanya, membuat dia menggeram.
Tangan Carlisle memeluk pinggang Elise, menekannya lebih kuat agar gesekan tubuh mereka memberinya kenikmatan. Tidak puas sampai di sana tangannya turun ke bawah, meremas pinggul Elise hingga suara tajam dari lepasnya pagutan mereka terdengar. Disusul oleh lenguhan tertahan Elise.
Berpura-pura tidak tahu benda di bawah sana mengeras Elise lanjut menghisap bibir Carlisle. Dia paling menyukai menghisap bibir Carlisle bahkan lebih banyak daripada saat dia menyentuh lidahnya. Rasanya seperti sedang menghisap permen karet. Bedanya tidak peduli berapa lama itu berada di dalam mulut rasa manisnya tidak pernah menghilang.
Carlisle yang tahu seberapa candu Elise pada bibirnya membiarkan ciuman mereka tetap seperti itu. Meski ingin namun Carlisle tetap membiarkan Elise menikmati apa yang dia senangi. Sesekali dia akan ikut menghisap bibir Elise atau sekedar memainkannya dengan lidah.
Sangat lama mereka tetap berada pada posisi itu dan tampaknya Elise tidak ingin menyudahinya dalam waktu dekat. Tidak ingin merusak kesenangan Elise, tangan Carlisle hanya memeluk pinggangnya. Mati-matian dia menahan hasrat gila untuk menyetubuhi gadis di atasnya.
Puas dengan kegiatannya, Elise melepas pagutannya. Dia bisa melihat jembatan saliva mereka terputus setelahnya. Elise tersenyum senang pada bibir merah Carlisle yang sudah bengkak.
"Sudah puas?"
Elise menggeleng dengan cemberut lucu, "Aku masih merindukanmu, sangat."
Carlisle juga merasakan hal yang sama dengan Elise jadi dia tersenyum, tangannya mengusap lembut wajah Elise, "Aku juga merindukanmu tapi kau harus kembali tidur saat ini."
Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari pagi, sudah sangat larut memang. Menghela napasnya kasar Elise menatap tak setuju pada Carlisle lalu dia membuat kesepakatan, "Aku akan tidur tapi kau harus mengantarku ke sekolah besok!"
Prediksi cuaca besok masih secerah hari ini. Dia sulit mengabulkannya. Senyum cerah Carlisle berubah menjadi senyuman sedih, "Besok masih cerah."
Yang artinya mereka perlu menunggu malam untuk bertemu. Elise mendengus kesal, dia lalu menjatuhkan dirinya dalam pelukan Carlisle. Untuk pertama kalinya dia benci langit cerah.
Carlisle yang mengerti suasana hati gadisnya mengusap kepala Elise perlahan. "Lusa, aku berjanji lusa akan mengantarmu."
"Kalau begitu aku akan sabar menunggu."
"Sekarang tidurlah. Selamat malam, babe."
oOo
Seperti prediksi Carlisle, hari ini matahari bersinar dengan cerahnya seperti kemarin. Bedanya kali ini Carlisle tidak langsung menghilang, dia masih berbaring di samping Elise. Wajahnya bersinar dengan kemilau di bawah sinar mentari yang merayap melalui celah gorden.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SAGA X OC
Fanfiction[Carlisle x OC] Sejak kehidupan pertamanya sekalipun Elise tidak pernah takut akan kematian namun saat sebuah van melaju kencang ke arahnya saat itulah untuk pertama kalinya dia takut tidak bisa hidup di hari esok. Membayangkan bagaimana terlukanya...