Carlise memutar mobilnya ke garasi. Di beranda rumah dia bisa melihat Esme berdiri menunggunya. Alice pasti sudah mendapat penglihatan tentang kejadian malam ini. Edward yang sudah tiba lebih dulu harusnya sudah menceritakan kronologinya. Dia tidak mendapat ide apapun yang bisa membuat Esme menunggu kepulangannya.
"Edward menunggu di ruang kerjamu," ucap Esme begitu mereka berpapasan. Carlisle mengangguk mengerti dia baru akan berlalu namun sebuah tangan menghentikannya. "Dia terlihat tidak baik-baik saja, terlihat sangat gusar. Aku takut dia akan..."
"Sstt, itu hanya kekhawatiranmu. Edward tidak akan pergi lagi meninggalkan kita. Dia akan tetap di sini bersama keluarganya."
Tidak sulit mengerti apa yang dikhawatirkan Esme. Dia takut Edward akan pergi lagi ke Alaska seperti saat pertama kali dia bertemu dengan Bella. Esme takut Edward akan mendorong dirinya lebih keras lagi. Segala hal tentang Edward memang selalu membuat Esme sensitif, semua tahu siapa yang paling disayang Esme.
"Tolong, bantu Edward."
"Apapun."
Carlisle bergegas ke ruang kerjanya. Edward sedang menantinya, matanya hanya fokus menatap pintu.
"Carlisle, aku..." ucap Edward begitu pintu dibuka. Dia memandangi Carlisle yang duduk di depannya. "Aku menghadapi dilema, Carlisle."
'Ya, katakan Edward. Aku akan mendengarkan.'
"Begini, aku ingin... sangat ingin... membunuh orang-orang itu." Kata-kata Edward mulai mengalir, cepat dan penuh semangat. "Ingin sekali. Tapi aku tahu itu mungkin salah, karena itu kejam, bukan adil. Sepenuhnya amarah, tidak ada keadilan. Hanya saja, tidak mungkin meninggalkan pemerkosa dan pembunuh berkeliaran di Port Angeles, apalagi kejahatan itu dilakukan berulang tanpa rasa bersalah. Aku tidak mengenal manusia di sana, tapi aku tidak dapat membiarkan orang lain menggantikan tempat Bella sebagai korbannya. Wanita-wanita lain itu... itu tidak benar."
Senyum Carlisle yang terbit dan tidak disangka-sangka langsung menghentikan derasnya kata-kata Edward. Kehadiran Bella tampaknya telah menarik dua orang sekaligus menjadi pengasih.
'Cinta membawa pengaruh yang baik untukmu, ya kan? Kau menjadi sangat berbelas kasih. Sangat terkendali. Aku terkesan.'
"Aku tidak mengharapkan pujian, Carlisle. Tapi jika ibu berpikir hal yang sama denganku, maka itu baik-baik saja."
"Aku tahu kau tidak meminta pujian. Tapi aku tentunya tidak bisa menahan pikiran-pikiranku, bukan?" Carlisle tersenyum lagi kemudian melanjutkan dalam benaknya, 'Akan kuselesaikan hal itu. Kau bisa tenang. Tak akan ada yang menggantikan tempat Bella atau disakiti.'
Edward membaca rencana di benak Carlisle. Rencananya bukan hal yang diinginkan Edward, itu tidak memuaskan dahaganya terhadap kebrutalan. Tapi dia tahu itu tindakan yang benar.
"Akan kutunjukkan padamu, di mana dapat menemukan mereka."
"Ayo pergi."
Edward menyambar tas hitam Carlisle dalam perjalanan keluar. Edward sebenarnya lebih menyukai yang lebih agresif, seperti tulang tengkorak yang retak, tapi dia akan membiarkan Carlisle melakukan dengan caranya.
Mereka mengendarai mobil Volvo Edward. Alice dan Esme masih duduk di undakan. Alice tersenyum dan melambai saat mereka melesat pergi, sedangkan Esme dibuat penasaran. Dia hanya tahu mereka telah membuat keputusan setelah visi Alice melihat masa depan. Tapi dari senyum Alice, Esme tahu bahwa mereka tidak akan mengalami kesulitan dan itu sudah membuatnya cukup.
Perjalanan itu sangat singkat karena Edward melaju mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mereka tiba di jalanan yang gelap dan kosong. Edward mematikan lampu mobil agar tidak menarik perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SAGA X OC
Fanfiction[Carlisle x OC] Sejak kehidupan pertamanya sekalipun Elise tidak pernah takut akan kematian namun saat sebuah van melaju kencang ke arahnya saat itulah untuk pertama kalinya dia takut tidak bisa hidup di hari esok. Membayangkan bagaimana terlukanya...