Elise menghirup dalam-dalam aroma Woody yang biasa dipakai ayahnya. Dia memeluknya semakin erat sangat erat sampai-sampai George mengeluh Elise akan mematahkan lehernya. Tapi siapa yang peduli, Elise hanya ingin memeluk pria ini. Jadi dia mengabaikan semua rengekan George.
"Babe? Ada apa?"
Begitu Elise melepas pelukannya, George memperhatikan Carlisle yang berdiri tepat di belakang mereka. Ini untuk pertama kalinya Carlisle bertemu George, sebab sewaktu George datang ke rumah sakit Carlisle sedang berada di bagian Neurologi jadi mereka tidak sempat berkenalan.
George adalah orang pertama yang mengulurkan tangannya. Sangat tak terduga, dia jarang berinisiatif menjadi yang pertama dalam bersosialisasi. Reaksi terkejut George sangat terbaca begitu kedua tangan mereka bertemu. Namun pria itu tidak mengatakan apapun, dia hanya menghubungkannya dengan cuaca yang memang sangat dingin hari ini.
"Bisakah aku meminjam kekasihmu sebentar? Aku ingin membawanya jalan-jalan seharian ini," jelas George yang membuat Carlisle mengerutkan keningnya dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia.
Kekhawatiran Carlisle bisa dimengerti apalagi dia sama sekali tidak tahu hubungan keduanya. Tidak ada yang mau menjelaskan namun dari interaksi mereka berdua jelas mereka sangat dekat. Carlisle jadi berpikir mungkinkah pria ini adalah mantan kekasih Elise namun mengingat umur pria ini dia berpikir mungkin dia adalah pamannya. Tapi seingatnya baik Lando maupun Catherine keduanya tidak punya saudara laki-laki jadi Carlisle tidak bisa memikirkan hal positif tentang hubungan keduanya.
Carlisle ingin sekali sangat ingin mengatakan tidak namun dia juga harus memikirkan keinginan Elise. Dia tidak bisa bertindak tidak masuk akal jadi dengan berat hati Carlisle mengangguk. Dia mempercayai Elise dan semoga kenyataan tidak mengkhianatinya.
"Silahkan, tapi tolong pastikan keamanannya."
Tawa George menggema. Dia tidak tersinggung dengan perkataan Carlisle, dia mengerti pria ini sedang cemburu padanya dan George menikmati perasaan itu. Jadi dia langsung menarik Elise ke sisinya. Lebih dekat daripada sebelumnya.
George tersenyum ramah lebih ramah daripada dokter gigi anak. "Kau bisa tenang saja. Ini bukan kali pertama aku menjaganya." George senang memprovokasi Carlisle, dia menikmati tiap detiknya.
Carlisle yang sadar sedang diprovokasi hanya mengangguk. Dia tidak ingin bersikap kekanakan mengingat berapa lama dia telah hidup.
"Hati-hati di jalan," ucap Carlisle dengan senyum menawannya. Elise tidak tahu tapi bagi Carlisle sangat sulit mengucapkan kalimat perpisahan itu tanpa meninggalkan jejak kesedihan.
Sebelum Carlisle pergi Elise memberikannya ciuman. Sebuah ciuman yang membuat Carlisle mengangkat satu sudut mulutnya dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia. Ciuman ini memberinya jaminan bahwa Elise masih miliknya.
George merasa kalah telak, dia memperhatikan Carlisle sampai mobil pria itu menghilang di kejauhan. Sebelumnya dia sudah dengar berita kencannya Elise namun dia tak pernah tahu jika hubungan keduanya sudah sejauh ini. Dia mengenal Elise sejak gadis itu lahir tidak mudah menemukan hal-hal yang menarik minatnya jadi George tanpa sadar penasaran hal istimewa apa yang dimiliki Carlisle hingga Elise memilih pria itu.
Elise mengenali sikap menilai George dia jadi tersenyum geli, ayahnya tidak pernah berubah. Tampaknya dalam keadaan apapun jiwa kompetitif ayahnya selalu tersentil. Dulu dia tidak pernah melihat dengan sudut pandang lain jadi dia tidak pernah tahu sisi ayahnya yang ini. Saat ayahnya memperlakukan Nick dengan sinis, Elise berpikir ayahnya hanya ingin mengganggu hubungan mereka. Itu sebabnya dulu dia begitu membenci ayahnya.
"Kau masih belum mengatakan bagaimana kau melakukannya," peringat Elise begitu dia duduk di kursi penumpang.
Itu benar. George belum menjelaskan bagaimana mobil itu bisa berada di tangannya. Dia memandangi putri sahabatnya, wajah penasarannya selalu memberi dia perasaan menang. Sesulit itu memang menarik minat Elise.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SAGA X OC
Fanfiction[Carlisle x OC] Sejak kehidupan pertamanya sekalipun Elise tidak pernah takut akan kematian namun saat sebuah van melaju kencang ke arahnya saat itulah untuk pertama kalinya dia takut tidak bisa hidup di hari esok. Membayangkan bagaimana terlukanya...