Mobil Mercedes Carlisle melaju kencang bahkan terlalu cepat di antara kabut yang kian menebal. Tebalnya kabut membuat Elise perlu mengernyit untuk melihat mobil Edward di depan sana namun bagi Carlisle ini bukan apa-apa. Dia masih bisa melihat dengan sangat jelas apa yang ada di depannya.
"Jadi, apa rencanamu hari ini?" tanya Carlisle melirik gadisnya. Tangan kanannya kembali ditaruh di atas paha Elise setelah dia memutar roda kemudi, lalu mengusapnya dengan lembut.
Dulu menyentuh gadisnya seperti ini selalu menjadi kekhawatiran yang tak berujung. Dia berpikir tidak akan bisa mengendalikan diri begitu tangannya berada di sana namun setelah mencobanya beberapa kali ternyata kekhawatirannya tidak terbukti apapun.
"Mengerjakan tugas, mungkin. Ada yang perlu aku selesaikan." Elise memperhatikan mata madu Carlisle, lalu dia tersenyum memberi isyarat. "Tapi itu bisa berubah sewaktu-waktu."
Ya, jika Carlisle berencana menghabiskan waktu bersama Elise akan meluangkan waktunya. Tidak masalah jika itu Carlisle. Apalagi dia tidak pernah tahu kapan dia harus bepergian seperti dulu. Jadi sebisa mungkin dia ingin memuaskan dirinya bersama Carlisle.
Carlisle mengangguk mengerti, wajahnya penuh perasaan bersalah karena dia tahu arti dari kalimat terakhir Elise. Gadisnya sedang meminta waktunya. Sungguh Carlisle ingin sekali menghabiskan waktunya bersama Elise lebih sering daripada biasanya hanya saja pekan ini jadwalnya benar-benar padat.
"Aku akan langsung menemuimu setelah pulang."
Elise mengernyit dia. "Maaf, langsungnya itu kapan ya?"
"Pukul delapan," bisik Carlisle yang langsung membuat Elise menggeram. Itu sama saja seperti biasanya kan.
Elise tidak mengatakan apapun karena dia tahu Carlisle punya kesibukannya sendiri. Dia harus merasa cukup bisa melihat prianya hampir setiap malam ya walau jarang bisa melihatnya di pagi hari, tapi itu harus disyukuri kan.
"Aku akan mencoba meluangkan lebih banyak waktu," janji Carlisle. Sebenarnya dia bisa saja merenggangkan jadwalnya namun akhir pekan ini dia akan mengambil cuti piknik jadi dia harus memajukan semua jadwalnya. Alice telah melihat melalui visinya pekan ini matahari akan bersinar terang. Jadi dia perlu bertanya pada Elise mengenai rencana mereka ke Seattle.
"Apakah kau benar-benar ingin pergi ke Seattle?"
Elise mengangkat satu alisnya, "Ada apa?"
"Cuaca akan cerah hari itu."
Mengangguk mengerti Elise menghela napasnya. "Tapi kau tetap akan menghabiskan waktumu bersamaku kan?"
"Ya, selama destinasi kita diubah. Aku bisa menemanimu."
"Aku tidak punya tempat yang bisa kupikirkan," aku Elise setelah jeda cukup lama. Dia tidak begitu mengenali Forks jadi dia tidak punya ide apapun tentang perjalanan mereka.
"Mau main ke rumahku? Terakhir kali kita tidak jadi pergi."
Benar, hingga kini Elise belum pernah mengunjungi rumah Carlisle. Terakhir kali mereka berencana ke sana harus berbelok arah karena permintaan Elise. Jadi Carlisle sangat berharap Elise datang ke rumahnya mengenal keluarganya labih dekat.
Tawa indah Elise menggema hingga Carlisle tidak bisa mengalihkan pandangannya. "Kau tidak merencanakan sesuatu kan?"
"Hah? Sesuatu? Sesuatu seperti apa?"
"Kau tidak akan tiba-tiba mengunciku di bawahmu kan?" tanya Elise yang langsung membuat Carlisle berfantasi. Dia bahkan tanpa sadar memijat paha Elise lebih kuat daripada sebelumnya.
Butuh waktu cukup lama sampai dia sadar fantasinya semakin liar. Carlisle menggeram marah hingga kaca mobilnya bergetar. "Dummy!"
Tawa Elise pecah sepenuhnya melihat seberapa kacau Carlisle hanya dengan satu kalimatnya. Dia tidak bisa membayangkan akan semengerikan apa Carlisle begitu mereka memulai. Mungkin akan lebih buas daripada Nick.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SAGA X OC
Fanfiction[Carlisle x OC] Sejak kehidupan pertamanya sekalipun Elise tidak pernah takut akan kematian namun saat sebuah van melaju kencang ke arahnya saat itulah untuk pertama kalinya dia takut tidak bisa hidup di hari esok. Membayangkan bagaimana terlukanya...