Bella berjalan menembus udara dingin dan kabut tebal yang baru saja mulai turun. Rasanya menyenangkan, pertama kalinya dia menikmati tetesan hujan yang turun dari langit, itu bisa membersihkan wajahnya dari keringat yang lengket.
"Terima kasih," kata Bella ketika Edward mengikuti keluar. "Asyik juga bisa membolos Olahraga."
Berkat Edward, Bella mendapatkan izin untuk kelas gymnasium dari Miss. Copp, jadi dia akan langsung pulang setelahnya.
"Sama-sama." Pria itu menatap lurus ke depan, menyipitkan mata menembus hujan. Bella mengikuti arah pandangan Edward melihat mobil Mercedes yang tak lagi asing, saat rambut pirang keluar dari sana Bella akhirnya ingat mobil siapa itu. Itu Carlisle.
Edward tampak berbicara dengan Carlisle di depan kafeteria. Dia menjelaskan kejadian di kelas Biologi lalu Carlisle melirik Bella.
"Aku baik-baik saja," jelas Bella yang kurang nyaman dengan perhatian berlebihan. Dia sudah baik-baik saja, dia sangat mengenal tubuhnya.
Dari saku celananya Carlisle mengeluarkan sesuatu dan memberikannya pada Bella, "Itu bisa mengurangi rasa mualmu,"
Bella memandangi permen mint di tangannya, "Terima kasih," ini lebih baik daripada obat pahit.
Carlisle mengangguk, kemudian dia kembali melihat Edward. Mereka lanjut berbicara sampai akhirnya Edward berkata akan mengantar Bella pulang. Carlisle menatap Bella yang sudah berjalan lebih dulu ke parkiran. Edward yang melihatnya juga menggertakkan giginya kesal.
Tangan putih Edward langsung menarik belakang jaket Bella saat gadis itu akan berjalan menuju truknya, "Pikirmu kau mau kemana?" tanyanya marah.
Bella bingung. "Pulang."
"Apa tadi kau tidak dengar aku berjanji mengantarmu pulang dengan selamat? Pikirmu aku akan membiarkanmu mengemudi dalam kondisi seperti ini?" Suaranya masih marah.
"Kondisi apa? Lalu trukku bagaimana?" keluh Bella.
"Akan kusuruh Alice mengantarnya sepulang sekolah nanti." Sekarang ia menarik Bella ke mobilnya, lebih tepatnya menarik jaket Bella. Bella mengikuti dengan pasrah, hanya itu yang bisa dia lakukan agar tidak terjengkang ke belakang. Kalaupun dia jatuh, barangkali Edward akan tetap menyeretnya.
"Edward!" tangan Carlisle menghentikan langkah mereka, dia mengerutkan keningnya tak setuju dengan perlakuan Edward. "Lakukan dengan benar,"
"Maaf," suara Edward tercekat, dia melepaskan cengkramannya dari jaket Bella.
Bella berterima kasih pada Carlisle karena jika tidak dia akan berjalan terseret-seret sepanjang jalan yang basah hingga mereka sampai di tempat Volvo Edward di parkir.
Edward membukakan pintu untuk Bella mempersilahkannya masuk lalu berjalan ke pintu kemudi. Sampai Edward duduk di bangkunya Bella masih juga tidak masuk. Ia berdiri di sisi mobil masih marah. Hujan turun semakin deras dia bahkan tidak mengenakan tudungnya membiarkan hujan mengenai kepalanya langsung.
"Masuk, Bella,"
Bella tidak menjawab dia mencoba menghitung-hitung kesempatannya untuk sampai ke truk sebelum Edward menangkapnya.
"Aku tinggal menyeretmu," ancam Edward seakan bisa menebak apa yang direncanakan Bella.
Bella mencoba mengumpulkan sisa-sisa harga dirinya seraya naik ke mobil Edward. Usahanya tidak begitu berhasil, dia tampak seperti kucing setengah kuyup dan sepatu botnya berdecit-decit.
"Ini benar-benar tidak perlu," kata Bella.
Edward tak menyahut. Ia menekan tombol kontrol, menyalakan pemanas dan menyetel musik. Ketika mobilnya meninggalkan parkiran, Bella bersiap-siap menerornya dengan berdiam diri, wajahnya sudah cemberut sepenuhnya, tapi Bella lalu mengenali musik yang mengalun itu, dan rasa penasarannya mengalahkan niat dia semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SAGA X OC
Fanfiction[Carlisle x OC] Sejak kehidupan pertamanya sekalipun Elise tidak pernah takut akan kematian namun saat sebuah van melaju kencang ke arahnya saat itulah untuk pertama kalinya dia takut tidak bisa hidup di hari esok. Membayangkan bagaimana terlukanya...