"Yeobo, aku mau ice cream yang disana". Tunjuk kuky pada kedai ice cream yang ada di sebrang jalan.
"Baiklah, tapi tunggu sebentar ya, ada yang menelfon". Ujar Seokjin sembari mengangkat sambungan pada ponselnya.
5 menit berlalu, tapi Seokjin belum juga selesai dan itu membuat kuky kesal. Dan akhirnya dia pergi sendiri, jalanan yang sepi membuatnya tidak memperhatikan kanan dan kirinya.
Brukkkkk
Cittttttt
Seokjin mengalihkan perhatiannya pada suara yang cukup menganggu telinganya. Dapat dia lihat seseorang melambung tinggi di udara akibat mobil menabraknya.
Dilihatnya disampingnya, tidak ada istrinya. Hatinya resah, Seokjin berlari kearah sang korban yang dia yakini jika itu istrinya. Sekuat tenaga Seokjin berlari untuk menangkap tubuh sang istri, namun..
Brukkk
Terlambat, tubuh itu sudah mengenai tanah yang beraspal. Darah keluar mengalir ke kakinya dan kepalanya. Seokjin terduduk disampingnya, melihat kedua mata yang sudah tertutup rapat.
Tangannya bergetar hebat hanya untuk menyentuhnya, otaknya masih mencerna apa yang terjadi.
"Arrkkkkk".
Hingga suara teriakan dari orang-orang membuatnya tersadar sepenuhnya. Seokjin langsung memeluk istrinya dan nangis meraung.
"Sayang! Sayang! Sayang, bangun. Ku mohon, jangan tinggalkan aku hiks, ku mohon". Rancaunya.
"Tuan, ambulance sebentar lagi datang". Ucap salah seorang yang menghubungi ambulance.
Seokjin tak menghiraukannya, hatinya hancur sehancur-hancur. Dia tidak mau di tinggalkan oleh sang istri.
"Tuan, apa istri anda sedang mengandung? Lihat, darah mengalir di kedua kakinya".
Seokjin menatap kedua kaki istrinya dan benar, darah segar mengalir begitu saja namun tidak ada luka pada kakinya.
Seokjin meletakkan tangan kanannya pada perut rata sang istri dan menangis kembali. Dia tidak tahu jika istrinya mengandung, jika itu benar.
"Tuan ambulance datang"!
Seokjin segera membawa tubuh kuky kedalam ambulan dan pergi kerumah sakit.
Tragedi itu tidak luput dari perhatian seseorang yang sudah tersenyum kemenangan di dalam mobilnya.
"Satu sudah di singkirkan, tinggal satu lagi". Ucapnya lalu pergi dengan mobilnya.
Kepergian mobil itu mendapat tatapan tajam dari 2 orang yang ikut berkerumun tadi.
"Mencurigakan". Gumamnya.
"Ayo kita lihat cctv". Ajak satunya dan di angguki oleh temannya.
*
Seokjin tidak bisa diam duduk di kursinya, dia terus mondar-mandir di depan ruang operasi. Rasa sesalnya begitu besar dan merasa bersalah pada istrinya.
"Seokjin".
Seokjin langsung berhambur memeluk tuan Jeon yang di ikuti oleh Ken dan sekretaris tuan Jeon. Ya, selamatnya Seokjin dan kuky sudah di ketahui oleh tuan Jeon. Dan tuan Jeon sendiri yang menghampiri keduanya di apartemen mereka.
Seokjin menangis tersedu-sedu di dalam pelukan tuan Jeon, mertuanya. Begitupun dengan tuan Jeon, dia menangis dalam diam. Dia harus menguatkan menantunya.
"Papi hiks kuky hiks hiks". Isaknya lemah.
"Kuky akan baik-baik saja. Kita harus banyak berdoa untuknya". Tuan Jeon menguatkan menantunya.
Ceklek
Pintu terbuka, Seokjin dan tuan Jeon langsung menghampiri sang dokter.
"Bagaimana dok"? Tanya Seokjin.
"Siapa-".
"Saya suaminya". Potong Seokjin.
"Saya papinya". Sahut tuan Jeon.
"Baiklah, ikut saya keruangan saya". Instruksi sang dokter lalu pergi di ikuti oleh Seokjin dan tuan Jeon.
*
Seokjin menatap wajah sang istri yang pucat dengan rasa sayang dan iba. Seokjin hanya berdiri tidak duduk di kursi. Tuan Jeon harus pergi karena masalah kantornya. Ken harus kembali kekantor melihat Seokjin yang pastinya tidak akan kembali.
Kedua tangannya mengepal kuat ketika perkataan sang dokter terngiang di ingatannya.
"Keadaannya lumayan parah, dan itu membuatnya koma. Kami tidak bisa memprediksi kapan istri anda akan terbangun. Dan untuk kandungannya, maaf kami tidak bisa menyelamatkannya". Ujar sang dokter.
Seokjin dan tuan Jeon terkejut akan kehamilan kuky, pasalnya mereka tidak tau begitupun dengan kuky.
"Ma-maksud dokter, istri saya mengandung"? Tanya Seokjin sedikit tak percaya.
"Benar. Kandungannya sudah memasuki 3 Minggu ini". Jawab dokter.
Seokjin sakit, begitu sakit. Dia tidak tau jika istrinya sedang mengandung buah hatinya. Sekarang, semuanya sudah terlambat. Dia kehilangan sang buah hati dan sang istri koma.
Seokjin membaringkan tubuhnya di samping istrinya dan memeluknya erat. Seokjin sengaja memilih ruang VVIP dan beadrest yang cukup untuk 2 orang.
Seokjin menangis di ceruk leher sang istri dan tangannya mengusap perut sang istri yang sudah tidak ada lagi buah hatinya.
"Maafkan aku sayang, maafkan aku yang tidak bisa menjagamu dan buah hati kita hiks, maafkan aku". Lirihnya dengan isakan.
Seokjin terus bergumam sampai dia tertidur tak sadar, bahkan suster masuk pun tidak mengusiknya.
Suster mengurungkan niatnya untuk memeriksa pasiennya dan memilih untuk pergi.
*
Paginya, Seokjin bangun dan pergi kekamar mandi sekedar untuk cuci muka dan gosok gigi. Setelahnya dia kembali kesamping istrinya, terduduk dengan tenang.
"Sayang, ku mohon, bangunlah, maafkan aku". Lirihnya.
Dokter masuk dengan beberapa suster untuk memeriksa istrinya. Seokjin sedikit menyingkir memberikan ruang. Setelah dokter selesai dan keluar, Seokjin kembali pada tempatnya semula.
Tok
Tok
Tok
Pintu di ketuk dari luar, sudah pasti itu adalah bawahannya.
"Masuklah". Titah Seokjin.
Dua orang berbadan besar masuk kedalam ruang rawat sang nyonya yang terbaring lemah.
"Maaf tuan, kami menganggu waktu ada".
"Katakan". Titah Seokjin tanpa mengalihkan perhatiannya pada sang istri.
"Tuan, kemarin setelah anda membawa nyonya kerumah sakit, kamu berdua mencurigai sebuah mobil. Lalu kami mengecek cctv dan benar, mobil itulah yang menabrak nyonya. Kami sedang melakukan pencarian terhadap mobil tersebut, tuan". Jelas salah satu dari mereka.
"Cari hingga dapat. Tidak akan ku biarkan dia hidup dengan bebas, jika perlu nyawa harus dibayar dengan nyawa. Dia sudah membunuh anakku, makan dia harus mati". Geram Seokjin.
Kedua bawahannya saling pandang, mereka tidak tau jika nyonya mereka sedang mengandung. Bahkan kini aura tuan nya seperti sebelum bertemu dengan istrinya. Kejam dan tanpa belas kasih jika sudah mengusik ketenangan hidupnya.
"Jika tidak ada lagi, kami undur diri tuan. Permisi".
Setelah kepergian kedua bawahannya, amarah Seokjin tidak kunjung reda. Biasanya yang akan meredakannya adalah istrinya, namun sekarang sang istri sedang terbaring lemah tak berdaya.
"Siapapun, tidak akan ku lepaskan"!! Geramnya dengan amarah yang membuncah di dadanya.
Terima kasih.
Papaiiiiii....
❤️💬
KAMU SEDANG MEMBACA
My little wife
RomanceSeorang gadis cantik sudah diperistri oleh seorang CEO tampan dan kaya raya di Korea Selatan. Bahkan dia menjadi pengusaha sukses yang ditakuti oleh para musuh. Namun, dia harus menikahi seorang gadis cantik yang masih kuliah. Dia menikahi gadis it...