Jungwon sedang berada di bus untuk menuju restoran seafood tempat bekerjanya selanjutnya. Selama di perjalanannya, pikirannya melalang buana memikirkan keluarganya. Sudah lama sekali Jungwon tidak bertemu dengan adik dan ibunya itu. Terakhir kali sekitar tiga tahunan yang lalu. Sungguh Jungwon sangat merindukan mereka. Jungwon pernah meminta izin Jay untuk pulang ke kampung halamannya guna melepas rindu dengan keluarganya, namun Jay tak pernah mengijinkannya. Semua tingkah Jungwon dibatasi oleh Jay dan semua harus mendapat izinnya terlebih dahulu karena Jay adalah suaminya.
Tiba-tiba handphone Jungwon berdering menampilkan nama ibunya yang menelpon. Tumben ibunya menelpon sore – sore begini, biasanya selalu malam ketika Jungwon selesai bekerja. Tanpa ragu Jungwon langsung mengangkatnya. Ibunya langsung berbicara memberikan kabar buruk yang seharusnya tidak Jungwon tahu, namun apa boleh buat Jungwon harus mengetahuinya karena ibu Jungwon memerlukan bantuan Jungwon.
"Nak...." Suara ibunya terdengar begitu pelan di selingi isakan tangis yang terdengar di telinga Jungwon.
"Iya bu....Ibu menangis?" tanya Jungwon sedikit panik kala mendengar isakan halus sang ibu.
"Ibu kenapa? Cerita sama Jungwon." Ucap Jungwon menenangkan ibunya.
"Wonie, adikmu Riki kecelakaan dan harus dirawat di rumah sakit."
Mendengar itu Jungwon terkejut, "Bagaimana bisa? Bagaimana keadaannya?" tanya Jungwon penuh khawatir tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Ibu tidak tahu detailnya nak, tapi orang - orang bilang jika saat Riki pulang sekolah menyebrang di lampu merah, ia ditabarak oleh pengendara yang sedang mabuk." Tutur ibunya di ikuti isakan kecil.
"Tulang belikat Riki patah dan harus di operasi saat ini juga, sedangkan pria tua yang menabraknya mengalami luka yang cukup parah hingga belum bisa dimintai pertanggung jawaban." Jelas ibunya.
Jungwon speechless mendengarnya. "Bu bolehkah aku melihat keadaan Riki." Tanya Jungwon dengan wajah penuh kekhawatiran menatap handphonenya yang kini di alihkan ke video call.
Terlihat Riki yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan perban penuh darah menutupi bahunya. Riki tampak tidak sadarkan diri.
"Biaya rumah sakit dan pemulihannya sekitar seratus juta. Dan ibu tentu saja tidak punya uang sebanyak itu Jungwon." Tutur ibunya dengan raut sedih. "Bisakah suamimu menolong keluarga kita Wonie, ibu mohon dari mana ibu mendapat uang sebanyak itu."
Jungwon tentu saja paham situasi ibunya. Riki harus segera di tangani, adiknya itu harus sembuh dan sehat, Jungwon akan mencoba meminta bantuan Jay agar suaminya itu mau memberikan uang tambahan untuknya menolong keluarganya.
Setelah pulang bekerja dari restoran seafood, Jungwon memberanikan diri untuk meminta uang pada Jay.
"Hyung bolehkah aku meminta uang?" tanya Jungwon menghampiri Jay yang masih berkutat di meja kerjanya.