Jungwon mengistirahatkan dirinya di cleaner Room saat waktu telah memasuki jam istirahat. Rasanya akhir-akhiir ini tubuhnya terasa begitu lelah. Jungwon jadi cepat merasa capek padahal sebelumnya tidak seperti ini. Kepalanya juga sering pusing tanpa sebab padahal Jungwon tak memiliki masalah apapun kecuali hubungan rumah tangganya yang terasa ambigu.
Jungwon memijat tengkuknya, rasa pegal menyerangnya.
"Capek banget..." eluhnya. Kepalanya terasa pusing dengan pandangan matanya sedikit terlihat kabur, badannya pun terasa lemas. "Aku kenapa ya? Kok akhir-akhir ini rasanya lemes banget." Monolognya sendirian. Selang beberapa menit Mina datang setelah istirahat cari makan di luar. Melihat Jungwon yang duduk sambil mijit-mijit tubuhnya sendiri membuat Mina heran.
"Kamu kenapa Jungwon? Kamu sakit?." Tanya Mina dengan alis bertaut heran. Dua tahun bekerja bersama Jungwon baru pertama kali ini dirinya melihat Jungwon sakit.
"Gak tahu, lemes banget, capek biasanya juga aku gak kayak gini. Apa aku kena darah rendah ya." Ucap Jungwon memikirkan kemungkinan yang terjadi padanya.
"Mungkin aja, kamu harus periksa ke dokter Won, wajah kamu juga sedikit pucat, dari pada nanti sakitnya tambah parah lebih baik periksain." Saran Mina memberikan pendapat.
"Iya Mina kamu bener, nanti kalau pulang aku mampir ke klinik deh." Ucap Jungwon yang masih mijit-mijit tubuhnya.
Setelah pulang bekerja dari kantornya, lekas-lekas Jungwon pergi ke klinik terdekat untuk memperiksakan kondisinya, dirinya harus cepat karena tidak punya banyak waktu, setelah itu dirinya harus bekerja di restoran seafood bukan?
Jungwon melangkahkan kakinya masuk ke dalam klinik, beruntung klinik tersebut sedang sepi memudahkan Jungwon untuk langsung di periksa. Seorang dokter wanita paruh baya menyambutnya dengan senyum ramah terpatri di bibirnya.
Langsung saja Jungwon menyebutkan keluhan yang ia rasakan dan dengan seksama sang dokter mendengarkannya.
Gejala yang dialami Jungwon memang mirip dengan gejala darah rendah, namun ketika wanita itu memeriksa darah dan tekanannya,dia bilang Jungwon tidak papa, tekanan darahnya normal dan sel darah merah yang terkandung dalam tes darahnya pun normal. Itu berarti Jungwon tidak sakit.
Wajah Jungwon mengkerut heran mendengarkan penjelasan dokter itu. Lalu yang dirasakan Jungwon itu apa? Jika Jungwon tidak sakit?
Sang dokter lalu harus memeriksa lagi tubuh Jungwon untuk menemukan jawaban, hingga wanita paruh baya itu sadar setelah melihat usg perut Jungwon.
"Kamu hamil." Ucapnya langsung yakin apa yang dialami Jungwon.
Jungwon menganga tidak percaya mendengarnya. "Saya bisa hamil dok?" tanya Jungwon lagi sedikit shock mendengar penuturan dokter itu.
"Memang jarang sekali ditemukan laki-laki bisa hamil, tapi percayalah ada laki-laki yang bisa hamil." Jelas dokter itu yang masih melihat monitor usg kandungan Jungwon.
"Usianya hampir mencapai dua bulan." Tambahnya lagi.
Jadi selama ini rasa pusing dan lemas yang dialami Jungwon itu karena faktor kehamilannya. Jungwon termenung membisu mengetahui apa yang terjadi dengannya.
"Jangan kecapekan, itu tidak baik untuk perkembangan janinmu." Ucap dokter itu lagi membuyarkan lamunan Jungwon.
Namun Jungwon harus bekerja, bagaimana dia tidak kecapekan jika harus bekerja di dua tempat sekaligus untuk menghidupi kebutuhan keluarganya.
"Tapi dok, saya masih harus bekerja." Tuturnya dengan wajah cemas dan juga takut.
Dokter itu diam sejenak, kemudian hanya berkata, "Aku akan memberikan vitamin agar kandunganmu lebih kuat."
Mulai saat ini Jungwon harus berhati-hati saat bekerja karena dirinya sedang hamil. Jungwon tidak ingin anak yang ada dikandungannya kenapa-napa.
***
Setelah sampai rumah, Jungwon bingung harus memberi tahu perihal kehamilannya pada Jay atau tidak lantaran suaminya itu masih mendiaminya, perang dingin antara dirinya dan Jay masih belum berkhir. Jungwon ragu memberitahunya, namun Jay harus tahu lantaran anak yang dikandungnya anaknya Jay kan?
Jungwon setengah berbaring diranjang kamarnya, tangan kecilnya mengelus perutnya yang masih datar, tak lama Jay datang tanpa memperhatikannya sama sekali dan tidur di sebelah Jungwon. Jay langsung menutup matanya mencoba terlelap setelah menyelesaikan pekerjaanya tadi di depan monitor.
Jungwon tahu Jay belum terlelap, pria itu hanya menutup matanya, bibirnya tanpa ragu berkata, "Jay Hyung sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah." Ucap Jungwon sambil menoleh ke arah Jay.
Jay perlahan membuka matanya, sedikit bangkit dari tidurnya sembari menatap manik lekat Jungwon. "Kamu bilang apa tadi?" ucapnya dengan wajah mengkerut.
Jungwon mengulangi ucapannya, "Kamu akan jadi seorang ayah, aku hamil hyung." Ucap Jungwon dengan tatapan sendu, entah Jay akan menerima kehamilannya atau tidak.
Pria jangkung itu mengalihkan pandangannya dengan rahang mengeras. "Gugurkan saja." Ucapnya cepat membuat Jungwon terkejut.
"Hyung dia anakmu, kau tega ingin dia mati." Jungwon menutup mulut dengan telapak tangannya, matanya berkaca-kaca mendengar keputusan suaminya.
Jay kembali menoleh pada Jungwon, kedua tangan besarnya mencengkram kedua bahu Jungwon. "Aku tak ingin mempunyai anak, kamu gugurkan atau pertahankan itu terserah kamu. Tapi ingat ini... aku tak akan peduli."
Cengkraman diilepaskan, pria itu kembali merebahkan dirinya lagi untuk terlelap. Sedangkan Jungwon mematung disampingnya.
Jungwon kira dengan kehamilannya, suaminya itu bisa berubah, nyatanya sama saja. Jungwon tidak tahu harus bagaimana, jika Jay tidak menerima kehamilannya lantas Jungwon harus apa?
***
"Mina, ternyata aku hamil." Beri tahu Jungwon pada Mina ketika mereka hendak bekerja. Mina sudah tak terkejut lagi tahu Jungwon hamil lantaran Mina tahu Jungwon telah menikah. Jungwon tak banyak memberitahukan statusnya pada orang lain. Hanya teman terdekatnya atau rekan kerjanya saja yang tahu, salah satunya adalah Mina.
Gadis itu tersenyum kecil sembari menatap perut kecil Jungwon. "Aku turut senang mendengar kabar kehamilanmu. Bukankah itu sebuah anugerah, laki-laki bisa hamil, tidak semua wanita bisa hamil, tapi kamu diberi anugrah itu Jungwon." Ucap Mina kagum pada Jungwon.
Jungwon hanya tersenyum kikuk mendengarnya, "Benarkah itu anugrah?" tanya Jungwon sekali lagi dengan tatapan tak percayanya pada Mina.
"Tentu saja, banyak wanita diluar sana yang menginginkan seorang anak, tapi Tuhan gak ngasih. Sedangkan kamu udah dikasih sama Tuhan. Kamu harus bersyukur Won." Jelas Mina dengan senyum lebar dan mata berbinar.
Jungwon tersenyum kecut mendengarnya, padahal dia berencana untuk menggugurkannya saja, tapi mendengar penuturan Mina, niatnya itu ia urungkan.
Jeng jeng jeng...
Jangan lupa vote dan komen.