"Kenapa Jay Hyung masih menggangguku meski kita udah gak ada hubungan apa-apa?" monolog Jungwon sambil ngelus perutnya di kamar. Jungwon masih punya sisa tabungan, tapi kalau dirinya tak bekerja, tabungannya itu akan habis untuk kebutuhan hidupnya, apalagi Jungwon juga harus kirim uang untuk keluarganya. Meski keluarganya akhir-akhir ini gak mengeluh masalah keuangan, Jungwon tetap harus kirim uang sebagai bentuk baktinya pada sang ibu.
Gimana cara cari uang dalam keadaan dirinya hamil enam bulan, Jungwon masih bisa bekerja, namun siapa yang mau nerima orang hamil untuk diperkerjakan? Kebanyakan orang akan mencari orang yang segar bugar untuk diperkerjakan, bukan orang bunting yang sebentar lagi bakal cuti lahiran. Gak akan ada yang mau nerima.
Tapi Jungwon gak akan nyerah begitu saja, besok dirinya akan tanya-tanya pada tetangga apartemennya siapa tahu ada yang membutuhkan tukang besih-bersih atau art. Jungwon masih bisa kerja kayak gitu, Jungwon gak akan kehabisan akal.
Paginya Jungwon turun untuk jalan-jalan pagi, itu lumayan untuk merenggangkan tubuhnya setelah bangun tidur dan bagus juga untuk kesehatan janinnya, ada beberapa tetangga yang akan berangkat bekerja, ada juga yang sedang olah raga pagi kayak Jungwon, dan Jungwon mencoba menyapanya.
"Selamat pagi..."
"Oh kamu yang penghuni baru itukan? Yang ada di lantai dua." Sepertinya wanita paruh baya itu mengenal Jungwon.
"Benar, maaf Nyonya saya boleh bertanya?" Jungwon berbicara sesopan mungkin.
"Panggil saja bu Mira, tidak perlu seformal itu. Kita kan bertetangga, aku tinggal di samping apartemenmu."
"Ah terima kasih Bu Mira, jadi begini saya pengen tanya apakah ada tetangga atau orang yang butuh pekerja atau jasa bersih-bersih gitu?" tanya Jungwon to the poin.
"Kamu pengen kerja disaat usia kandunganmu mulai tua?" terkejutnya wanita itu mengetahui keinginan Jungwon.
"Iya, soalnya lagi butuh uang." Jungwon senyum cengengesan.
"Kamu hidup sendiri? Suami?"
Pertanyaan itu yang paling Jungwon hindari, tapi mau bagaimana lagi, orang-orang pasti akan menayakan statusnya.
"Kebetulan orang yang ngehamilin saya lelaki bajingan bu." Ucap singkat Jungwon, gak usah dijelasin wanita itu akan paham.
"Kasihan sekali kamu, tapi aku punya kenalan katanya juga cari ART buat beresin apartemennya."
"Beneran bu?" Jungwon udah seneng girap-girap.
"Coba deh kamu datangin aja apartemennya nanti sore, ketika dia udah pulang kerja, siapa tahu dia mau nerima kamu."
"Makasih bu Mira, gak sia-sia aku nanya ibu."
***
Jungwon udah dandan rapi dan sopan buat datang ke apartemen yang dimaksud bu Mira tadi pagi. Terletak di kompleks kawasan elit, letaknya pun tak jauh dari lokasi apartemen Jungwon saat ini, berjalan kaki sepuluh menit, Jungwon udah sampai di gedung itu. Jungwon segera menuju ke nomor apartemen yang bu Mira sebutkan.
"Kalo tidak salah no. 36 dilantai lima." Jungwon mengamati nomor setiap unit. "Ketemu!." Serunya.
Dengan perlahan Jungwon mencet bel. "Semoga dia udah pulang."
Pintu dibuka, menampilkan seorang lelaki yang muncul dari balik pintu.
"Siapa?" tanyanya heran karena tidak kenal.
"Saya Jungwon, bu Mira bilang anda sedang mencari ART" ucap Jungwon dengan senyum ramahnya.
Lelaki tersebut tampak berfikir sejenak, mereka masih ada di ambang pintu, dan Jungwon sama sekali tidak disuruh untuk masuk atau gimana.
"Oh bu Mira, orang yang gak sengaja ngobrol ama aku satu minggu yang lalu. Kamu mau ngapain?"
"Kalau anda berkenan saya bisa menjadi ART atau house keeping jika anda butuh."
Pria itu menatap tubuh Jungwon, "Dengan kondisimu yang hamil tua?" sebelas alisnya bertaut naik.
"Saya masih bisa bekerja jika anda berkenan." Memperkerjakan orang yang sedang hamil adalah sesuatu yang berat. Heeseung sendiri tak akan tega melihat seseorang yang seharusnya istirahat menjaga janinnya harus banting tulang mencari uang.
"Kau butuh uang? Berapa yang kau butuhkan? Aku bisa mencari orang lain."
Jungwon kecewa mendengarnya, dirinya menawarkan diri baik-baik tapi orang tersebut malah mengasihaninya, Jungwon tidak mau dipandang tidak berguna.
"Ijinkan saya bekerja untuk anda tuan, saya janji gak akan ngecewain anda. Saya mohon." Ungkap Jungwon dengan penuh pengertian.
"Bener kamu sanggup kerja?" tanya Heeseung lagi. Jungwon ngangguk mantap.
"Besok datanglah jam enam pagi sebelum saya berangkat bekerja."
"Bener? Anda menerima saya?, terima kasih tuan, sekali lagi terima kasih, saya akan bekerja sebaik mungkin." Ucap Jungwon penuh syukur.
Paginya dengan semangat Jungwon datang lagi ke apartemen milik Heeseung. Pukul enam pas sesuai kata Heeseung, Jungwon sudah ada didepan pintunya. Heeseung mempersilahkan Jungwon untuk masuk apartemennya.
Apartemen yang besar dengan seorang penghuni yang menempatinya, dapat Jungwon lihat apartemen ini tidak ada bedanya dengan kapal pecah, baju berserakan di kursi meja, bungkus mie intan yang menumpuk di tempat sampah hingga menggunung, lantai yang terasa berdebu.
Heeseung sendiri sudah rapi dengan setelan kerjanya. Pria itu sudah bersiap akan pergi bekerja rupanya.
"Kau lihat sendiri bukan? Bersihkan saja apa yang terlihat tidak pantas di matamu." Ucapan itu begitu dingin, bahkan Heeseung gak basa-basi sedikitpun dengan Jungwon.
Jungwon meneguk ludahnya kasar, semoga dirinya betah menghadapi pria dingin itu. "Kira-kira tuan, anda pulang jam berapa?" tanya Jungwon, setidaknya Jungwon harus memberesi apartemen ini sampai rapi hingga sang pemilik pulang.
"Jam lima sore aku sudah ada disini."
"Baik, saya akan membersihkannya."
Setelah itu Heeseung langsung pergi begitu saja sembari menyambar tas kerjanya.
Jungwon memulainya dengan memungut pakaian-pakaian yang berserakan itu. Kalo dikumpulkan ternyata bisa menjadi gunung. Lalu mencucinya di mesin cuci. Mesin cuci itu tampak baru, bahkan plastic pembungkusnya masih menempel di beberapa bagian, namun sepertinya Heeseung tidak pernah memakainya. Jungwon mencuci semua pakaian itu lalu mengeringkannya. Barang-barang yang bececeran Jungwon tata di tempatnya, buku buku tak jelas di atas meja ia susun di rak buku di samping ruang tamu. Lantai yang berdebu ia sapu dan pel agar kinclong. Jendela, lemari yang kotor ia sulak agar tidak berdebu, pakaian yang telah mengering ia setrika dan dilipat rapi.
Jungwon cukup cekatan mengerjakannya, hingga Jungwon saat akan menata pakaian-pakain itu di kamar Heeseung, Jungwon berpikir sejenak, bolehkah ia masuk ke kamar pria itu? Tapi Jungwon janji tak akan mengecewakannya, kalo kamarnya kotor dan Jungwon gak bersihin nanti salah. Pada akhirnya Jungwon masuk ke kamar itu, kamar dengan nuansa abu-abu itu tidak kalah mengerikannya dengan ruang tamu. Kalo tahu begini Jungwon bisa sekalian tadi bersihinnya.
Ya sudah gak papa, Jungwon bisa lagi memberesi ruangan ini. Mata Jungwon melotot kala melihat segepok uang di atas dashboard tempat tidur Heeseung, sepertinya Heeseung lupa menyimpannya. Dengan segera Jungwon mengambil uang itu untuk ia taruh di dalam lemari Heeseung. Jungwon kembali melanjutkan aktifitasnya.
Dari tempat lain, Heeseung tersenyum kecil melihatnya, apartemennya itu tentunya ia fasilitasi dengan cctv, dengan begitu ia bisa memantau kerja housekeeping barunya itu. Uang segepok itu memang sengaja Heeseung taruh di sana agar mengetes kejujuran Jungwon. Namun yang Heeseung lihat Jungwon gak mengambilnya sama sekali, pemuda itu justru menyimpannya di lemari Heeseung agar uang itu tidak hilang.
"Dia bagus juga."
Akhirnya Heeseung keluar juga,,,
Jangan lupa vote dan komen.