Akhir-akhir ini Sunghoon kerap kali melamun, tak mengira selama ini benih yang tak sengaja ia tebar akan tumbuh. Di saat dirinya sedang sayang-sayangnya dengan Sunoo kini Jungwon hadir memberikan fakta bahwa anak yang ia lahirkan adalah darah daging Sunghoon. Sunghoon harus bagaimana? Sunghoon harus pilih siapa? Sunoo istrinya yang ia cintai atau Jungwon yang pernah menjadi selingkuhannya namun membawa darah dagingnya. Sunghoon berada dalam dilemma besar. Jika Sunghoon memberitahukan perselingkuhannya pada Sunoo, Sunghoon tak akan bisa menerka reaksi Sunoo.
Sunoo mungkin kali akan marah besar, ataupun kecewa dan bersedih mengetahui suaminya selama ini berhianat. Sumpah Sunghoon belum siap untuk kehilangan Sunoo. Namun disisi lain Jungwon menderita, bekerja sekaligus merawat bayinya, banyak beban yang pemuda mungil itu tanggung sendiri. Sunghoon sudah tahu persis bagaimana perjuangan Jungwon selama ini. Setega itukah Sunghoon membiarkan Jungwon sendiri, padahal awalnya Sunghoonlah yang pertama kali terpikat pada Jungwon. Katakanlah Sunghoon khilaf waktu itu hingga pernah meniduri Jungwon dua kali.
Sunghoon mengusap rambutnya kasar merasa frustasi. Termenung sendiri di sofa rumahnya tanpa sadar sedari tadi Sunoo memperhatikannya.
"Hyung, kamu kenapa? Akhir akhir ini sering melamun." Sunoo menghampiri Sunghoon ikut duduk disamping Sunghoon sembari menggenggam tangan besar suaminya.
Sunghoon terbangun dari lamunannya, mulai menatap sang istri yang memasang wajah cemas. Sunghoon sedikit kikuk karena terpergok melamun, dengan cepat ia menjawab, "Ada masalah di kantor, kepikiran aja." Ucapnya singkat dengan senyum kecil.
"Memang masalah apa? Hyung gak bohong kan?" tanya Sunoo dengan ekspresi tak percaya.
"Kenapa kamu bilang seperti itu?" kini giliran Sunghoon yang menginterogasi Sunoo, takut-takut jika Sunoo mulai curiga padanya.
Sunoo menggeleng ribut, "Sejak kita pergi ke mall tempo lalu, hyung sering melamun. Apa penampilanku jadi jelek hingga Hyung cuekin aku akhir-akhir ini?" cemberutnya mengungkapkan isi hatinya.
Astaga Sunghoon kira Sunoo mencurigainya, ternyata tidak. Sunghoon ingin terkikik geli mendengarnya. tangan besar itu meraih helaian rambut pirang Sunoo untuk diusapnya.
"Siapa yang bilang rambut kamu jelek, justru kamu makin cantik sayang." Puji Sunghoon dengan senyum simpulnya.
Sunoo menjitak dahi Sunghoon, "Bohong! Kalo aku cantik kenapa Hyung gak nyentuh aku beberapa hari ini." Ungkap Sunoo dengan wajah cemberutnya, pikiran Sunghoon mengenai Jungwon hilang begitu saja karena gemas dengan tingkah lucu istrinya.
"Oh jadi istriku ini yang sekarang nafsuan" canda Sunghoon sembari menindih Sunoo yang kini tiduran di sofa.
"Siapa bilang!" elak Sunoo dengan menyingkirkan Sunghoon dari atas tubuhnya. Sunghoon kembali duduk dengan Sunoo yang tiduran di paha Sunghoon.
Omong-omong mengenai masalah kantor yang sedang Sunghoon hadapi, Sunoo jadi kepikiran Jungwon. "Hyung, Jungwon masih kerja ama Hyung?" tanya Sunoo menatap Sunghoon dari bawah.
"Aku gak nyangka dia bakal cerai ama Jay, kayaknya mereka terlihat baik-baik saja deh, kok tiba-tiba pisah." Lanjutnya kepikiran bagaimana kabar Jungwon sekarang. Sunoo tahu perihal perceraian Jay dan Jungwon itupun denger dari tetangga yang lagi ngegosip, kabarnya sih Jay suka bikin Jungwon nangis, itu yang dia dengar dari tetangga, secara detailnya Sunoo tidak tahu.
"Jungwon dia udah gak kerja lagi dikantor." Jawab Sunghoon. Itu artinya Sunghoon tak tahu perihal kondisi Jungwon menurut Sunoo. Padahal Sunghoon tahu segalanya.
Daripada memikirkan orang yang gak penting, lebih baik Sunoo tiduran di kamar, jujur saja dirinya mulai mengantuk karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Heh... mau kemana?" tanya Sunghoon lantaran istrinya itu pergi begitu saja dari belaiannya. "Ngantuk tahu, mau tidur sendiri dikamar, kamu tidur aja di sofa." Gerutunya dengan mata setengah terpejam.
"Mana bisa, aku ikut." Di ikuti Sunghoon yang beranjak dari Sofa untuk ikut tidur menemani Sunoo.
***
Di sebuah ruang tamu dengan kondisi pencahayaan yang tamaran. Seseorang tengah berdiam diri termenung selama beberapa jam. Pria itu tidak beranjak sejak tadi, hanya melamun menatap kekosongan yang ada di depan matanya. Beberapa bulan terakhir ini hidupnya terasa kacau dan hampa setelah perceraiannya dengan sang istri. Jay menatap rumahnya yang terlihat cukup berantakan dengan tatapan kosongnya. Jika kalian kira Jay bisa hidup tanpa Jungwon meski mempunyai banyak kekayaan. Nyatanya pria itu hidup seperti mayat berjalan, kehidupannya mulai berubah.
Jika biasanya Jay hanya memberikan sedikit uangnya pada Jungwon, rumahnya bisa terlihat rapi dan bersih, makanan sehat dan enak terhidang setiap hari. Kebutuhan biologisnya pun bisa puas tercukupi. Namun semenjak kepergian Jungwon, Jay merasa sekelilingnya berubah total. Menyewa seorang pembantu untuk membersihkan rumahnya Jay harus menggajinya tidak sedikit, hasil yang didapat pun tak mumpuni sesuai keinginan Jay. Menyewa jalang untuk memenuhi kebutuhan biologisnya tak membuat Jay puas. Pria itu begitu menyukai Jungwon. Apapun yang ia lakukan dengan Jungwon selalu membuatnya puas, termasuk penganiayaan yang ia lakukan tempo lalu. Jay menginginkan Jungwon untuk memenuhi fetishnya.
Tidak ada orang lain yang bisa menggantikan Jungwon. Jay mengepalkan tangannya sendiri, merasa bodoh karena melepaskan Jungwon begitu saja dari rumahnya. Jay kira Jungwon tak akan bertahan hidup sendiri diluar sana dan akan kembali padanya. Nyatanya tidak, pemuda mungil itu berhasil bertahan dengan bayinya, padahal Jay sudah membuatnya dipecat dari tempat sumber penghasilannya. Meski Jungwon terpuruk sekalipun, pemuda itu masih memiliki akal untuk bertahan. Tempo lalu Jay membuntuti Jungwon, Jungwon ternyata bekerja sebagai housekeeping di salah satu apartemen elit. Dengan menggendong bayinya dan berjalan bersama seseorang, Jungwon tersenyum lebar menatapnya.
Mungkinkah Jungwon selama ini berselingkuh, Jay cukup ragu dengan bayi itu. Makanya Jay tak mau menerima kehamilan Jungwon. Jay harus apa sekarang agar Jungwon bisa kembali padanya, semua yang ada dalam diri Jungwon sangat Jay sukai, terutama rengekan dan rintihannya, raut wajah menggemaskannya selalu ingin Jay hancurkan untuk memenuhi kepuasan batinnya. Jiwa psikopath Jay muncul begitu saja jika memikirkan Jungwon yang cantik mengemaskan. Jay akan memikirkan cara agar Jungwon mau kembali ke rumahnya, meski dengan cara licik sekaligus.
"Tunggu saja Jungwon, aku akan menjemputmu."
Aaa... Silahkan berpendapat.
Jangan lupa vote dan komen.