Jungwon gak bisa pulang ke kampung halamannnya begitu saja. Disini dirinya masih mempunyai dua kontrak pekerjaan di dua tempat, Jungwon tidak bisa langsung meninggalkannya begitu saja. Penghasilan dari dua tempat tersebut lumayan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan masih punya sisa untuk ia tabung.
Jungwon masih belum ingin pulang ke kampung, bagaimana reaksi ibunya nanti kalau tahu dirinya sudah bercerai, dan bagaimana nanti perasaan ibunya jika tahu kehidupan Jungwon disini tidak bahagia, ibunya itu pasti akan sangat bersedih. Jungwon hanya ingin keluarganya tidak khawatir. Maka dari itu dirinya memutuskan untuk tidak pulang.
Jungwon akan mencari tempat tinggal murah disekitar tempatnya bekerja, itu bisa mengurangi pengeluarannya.
Apartemen susun tidak besar dan murah didapatkannya dengan mudah, Jungwon tidak tahu kenapa bisa semudah itu, tapi orang yang menawarkan apartemen itu hanya bilang, "Berkah ibu hamil."
Jungwon tersenyum kecil mendengarnya, semoga saja mulai dari sini Tuhan memberikan kemudahan untuknya menjalani hidupnya sendiri bersama anaknya nanti.
Jungwon mendapatkan kamar di lantai dua nomor tujuh, apartemen ini memang hunian untuk unit-unit kecil dan kamarnya pun tidak banyak, Jungwon harus bersyukur dia tidak mendapatkan kamar di lantai teratas yaitu lantai empat. Karena pasti capek sendiri kan naik turun tangganya, terlebih ia hidup sendiri tanpa ada seseorang yang membantu kehidupannya. Jungwon harus kuat, Jungwon harus sabar menjalani kehidupannya.
Hal pertama yang ia lakukan dikamarnya bukannya berbenah-benah, Jungwon langsung merebahkan punggungnya pada Kasur yang tersedia disana. Tubuhnya masih terasa lelah dan sakit, apalagi pukulan-pukulan Jay benar-benar tidak main-main. Rasa perih dipipinya juga masih begitu ngilu. Jungwon ingin beristirahat sebentar untuk mengembalikan kesehatan tubuhnya dari lelah dan kejam nya dunia.
***
Tiga hari, Sunghoon di buat cemas akan ketidakhadiran Jungwon dikantornya, pemuda itu tidak memberikan kabar apapun, bahkan ketika Sunghoon menelpon nomornya pun tidak diangkat. Sebenernya Jungwon sesakit apa? Sampai tidak masuk tiga hari.
Tidak hanya Sunghoon yang mencemaskan Jungwon, pria lain pun ada yang sama, Soobin mengetuk-ngetukkan kakinya gusar karena tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Dua hari terakhir ini pikirannya kalut tidak melihat kehadiran Jungwon. Jangan lupakan intensitas lelaki tiang itu, setelah tahu Jungwon hamil, Soobin tak pernah lagi mengganggunya, karena Soobin tahu Jungwon sudah menjadi milik orang lain, apalagi bukan sifat Soobin untuk mengganggu seseorang yang dalam kondisi lemah. Soobin tidak ingin keusilannya pada Jungwon mengganggu kehamilannya. Namun tak dipungkiri jika Soobin masih menyukai Jungwon.
Saat jam istirahat, Soobin mencari Mina untuk menanyakan keadaan Jungwon, namun Mina hanya menjawab singkat jika Jungwon masih sakit.
Alis bertaut mengkerut pada wajah Mina, "Kenapa semuanya menanyakan Jungwon padaku?, dia bilang hanya sakit biasa karena faktor kehamilannya." Ucap Mina yang heran akan aksi Sunghoon dan Soobin yang menayakan perihal kondisi Jungwon padanya.
"Semua?, maksudnya?" tanya Soobin menginterupsi.
"Pak Sunghoon juga kemarin menanyakan keadaan Jungwon pada saya." Jelas Mina.
Ah Sunghoon..., Soobin jadi mengingat kalau Sunghoon itu tetangganya Jungwon, Sunghoon pasti jauh lebih tahu mengenai kabar Jungwon.
Ketika Soobin menanyakan perihal Jungwon pada Sunghoon, Sunghoon hanya diam saja, karena Sunghoon pun tak tahu mengenai kondisi Jungwon saat ini. Namun tak dipungkiri raut cemas Sunghoon begitu ketara.
"Apa yang kau tahu tentang Jungwon?, katakan sesuatu Sunghoon, kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Soobin berturut-turut. Mulai emosi karena Sunghoon tak langsung menjawab pertanyaannya.
"KATAKAN!" kerah kemeja Sunghoon ditariknya, Sunghoon yang tidak terima diperlakukan seperti itu mendengus kasar, "Aku juga tidak tahu dia kenapa, dasar sialan, aku hanya melihat dia terluka malam itu." Murka Sunghoon dengan nada sedikit meninggi. Mereka sekarang sedang berada di wc pria, jadi tidak ada orang yang akan mendengar pembicaraan mereka.
"JUNGWON TERLUKA SAMPAI TIDAK MASUK TIGA HARI, KENAPA KAU TIDAK MENOLONGNYA MALAM ITU?" Soobin mengusak wajahnya kasar, rasa khawatirnya kian menjadi. Dibalik sifatnya yang jahat dan suka usil, ketahuilah jika Soobin menyimpan kelembutan di hatinya.
Sunghoon terdiam, pikirannya kalut memikirkan nasib seseorang yang begitu rapuh namun kuat. "Andai aku tahu dia dimana saat ini."
"Kau tetangganya, tidak kah dia di rumahnya?."
"Aku tidak yakin dia di rumah, karena suaminya mungkin saja membencinya."
"TIDAK BERGUNA!" Soobin mengakhiri pembicaraannya, tak ada informasi penting yang bisa ia dapat dari Sunghoon. Pada akhirnya kaki jenjangnya pergi keluar toilet meninggalkan Sunghoon yang termenung sendiri.
"Andai aku menolongnya malam itu." Sesal Sunghoon menyadari egonya yang terlalu tinggi itu kini menyakitinya.
Choi Soobin
Vs
Park SunghoonDipilih dipilih.
Jangan lupa vote dan komen.