Sunghoon pulang dengan sekantong penuh makanan seafood di tangannya. Sunoo menyambut kedatangannya dengan gembira. Sunghoon adalah sosok suami yang sangat pengertian menurut Sunoo. Sunoo semakin di buat gembira kala tahu Sunghoon membelikannya makanan seafood kesukaannya. Begitu beruntungnya Sunoo mempunyai suami seperti sunghoon. Sunoo sangat bersyukur.
Sunoo memakan makanannya dengan lahap hingga ia kekenyangan, berbeda dengan Sunghoon yang makan dengan sedikit melamun memikirkan sesuatu. Ia baru mendapat fakta jika Jungwon juga bekerja di salah satu restoran seafood di tengah kota. Kenapa Jungwon bekerja serabutan padahal ia memiliki rumah bagus dan suami kaya. Sepertinya hidup tetangganya itu tidak seperti yang terlihat.
Setelah menemani Sunoo hingga terlelap di kamar, malam itu Sunghoon tidak melanjutkan tidurnya. Pukul sepuluh malam, Sunghoon duduk di salah satu kursinya dekat dengan jendela yang mengarah ke rumah Jungwon. Sunghoon mengamati rumah besar tersebut, lampu rumah tersebut telah padam pertanda sang penghuni rumah telah terlelap, namun selang beberapa menit, Sunghoon melihat Jungwon datang. Sepertinya pemuda tersebut baru selesai bekerja. Jungwon terlihat masuk kedalam rumahnya. Semua lampu rumah tersebut kembali menyala, Sunghoon hanya terus memperhatikan lantaran terlalu penasaran dengan tingkah aneh sang penghuni.
Tampak dari jendela rumah besar itu, siluet bayangan seseorang sedang membersihkan jendela. Dari postur tubuhnya Sunghoon yakin jika itu Jungwon. Sunghoon terus memperhatikannya, beberapa menit kemudian Jungwon keluar rumah untuk membuang sampah di depan. Sepertinya pemuda tersebut tengah bersih-bersih rumah di waktu senggangnya, pikir Sunghoon yang sudah menyadari jika Jungwon bekerja di dua tempat yang berbeda dari pagi hingga malam.
Matanya terus menatap pada sosok yang masih berada di depan rumah, Jungwon terduduk di teras sembari bertelponan dengan seseorang. Selang beberapa menit dirinya masuk lagi ke dalam rumah. Sunghoon yang mengamati apa yang dilakukan pemuda tersebut semakin menjadi heran.
"Apa dia tidak lelah?"
***
Jungwon termenung duduk di bus ketika dirinya pulang bekerja dari restoran seafood. Pikirannya melayang karena baru saja dirinya bertemu dengan Sunghoon di tempat kerjanya. Tak banyak yang Jungwon katakan pada Sunghoon tadi, setelah menyerahkan pesanan Sunghoon, Jungwon langsung pergi begitu saja. Bukannya malu atau bagaimana, Jungwon hanya takut jika Sunghoon berfikir yang tidak – tidak mengenai dirinya.
Hingga lamunannya itu buyar kala mendapati bus yang ditumpanginya telah sampai pada halte dekat rumahnya. Jungwon segera turun dan berjalan sekitar tujuh menit untuk sampai ke rumahnya. Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Biasanya orang yang lelah bekerja dari pagi hingga malam ketika telah pulang ke rumahnya akan langsung mengistirahatkan tubuhnya atau bermalas-malasan. Berbeda dengan Jungwon, ia mempunyai kewajiban yaitu sebagai seorang istri, dirinya diharuskan untuk mengurus pekerjaan rumah yang terbengkalai karena seharian tidak ada yang mengurus.
Setelah menginjakkan kakinya didalam rumah, Jungwon langsung mengambil kemocheng dan sapu untuk membersihkan rumahnya. Rutinitas seperti ini sudah menjadi keseharian Jungwon setelah menikah, jika dirinya tidak mengurus rumah dengan baik maka Jay akan marah padanya. Jungwon melirik ke ruang kerja Jay, Jay tak ada di sana, itu berarti pria itu telah terlelap di kamarnya. Jungwon hanya menghembuskan nafas lelah lalu segera menyelesaikan aktifitas bersih-bersihnya. Setelah bersih-bersih rumahnya selesai, Jungwon segera membuang sampah di depan rumah, namun saat masih diluar rumah tiba-tiba handphone nya berbunyi. Itu Riki adiknya, jarang-jarang Riki menelponnya larut malam begini, pasti anak itu tidak bisa tidur.
"Kakak..." panggil Riki dari ujung telepon.
"Ya Riki, Tidak bisa tidur lagi..?" tanya Jungwon dengan suara lembutnya.
"Eum..." hanya deheman yang Riki keluarkan. "Kangen kakak, kakak apa kabar? Disana baik?" tanya Riki ingin tahu perihal kehidupan kakaknya setelah menikah.
Namun Jungwon hanya menjawab, "Kakak baik, kamu disana baik? Bagaimana dengan ibu?" Jungwon hanya ingin mengalihkan Riki dengan segudang pertanyaan agar Riki tak bertanya mengenai kehidupan rumah tangganya.
"Kakak..." suara Riki terdengar ragu. "Uang spp aku bulan kemarin belum ke bayar, lalu ada buku-buku yang belum aku lunasi..."
"Kakak tahu, kakak akan kirim uangnya besok, kamu gak perlu mikirin biaya sekolah kamu, kakak pasti akan kasih. Pokoknya kamu belajar yang rajin oke, buat kakak bangga." Ucap Jungwon menghilangkan kekhawatiran adiknya.
"Makasih ya kak, aku juga gak pengen ngerepotin kakak, tapi apa boleh buat. Kemarin ibu memaksa buat kembali lagi bekerja buat lunasin biaya sekolah aku, namun aku melarangnya, kakak tahu sendirikan kalau ibu lelah bekerja, penyakitnya akan kambuh."
"Iya kakak tahu kok, kamu udah ngelakuin hal yang benar. Pokoknya kamu gak usah khawatir, kakak yang bakal mikirin biaya hidup kamu sama ibu di sana. Pokoknya kamu disana jaga ibu sama belajar yang bener." Ucap Jungwon sedikit sedih jika memikirkan keadaan keluarganya.
Ibunya sudah tua, jika masih dipaksakan bekerja akan mudah sakit-sakitan. Sedangkan Riki adiknya itu masih SMP, Jungwon tidak mungkin membiarkan adiknya yang masih dibawah umur itu untuk bekerja memenuhi kebutuhannya, sedangkan ayahnya sudah meninggal ketika Jungwon masih SMP karena mengalami kecelakaan kerja. Alasan Jungwon bekerja serabutan dari pagi hingga malam tak lain adalah demi keluarganya.
"Makasih ya kak." Ucap Riki dari seberang telepon."
"Iya, kamu cepet tidur gih, besok sekolah lo." Tegur Jungwon mengakhiri telponnya.
"Iya,hehe." Kekeh Riki, lalu mematikan telponnya.
Setelah bertelponan dengan adiknya, Jungwon segera masuk ke dalam rumahnya, bergegas membersihkan dirinya yang masih berlumuran keringat lalu segera tidur.
Capek banget kalo jadi Jungwon pasti.
Jangan lupa vote dan komen.