ALONE

201 12 1
                                    



Jungwon benar-benar masih bertahan dengan kesehariannya, usia kandungannya yang semakin tua tak membiarkan dirinya untuk bermalas-malasan seperti kebanyakan ibu hamil lainnya. Jungwon masih butuh uang untuk mencukupi biaya kebutuhan keluarganya di desa dan untuk biaya persalinannya ke depan. Jay tak menerima kehamilannya, Jungwon yakin pria itu tak mau repot-repot mengeluarkan uangnya untuk biaya persalinan Jungwon. Jungwon sudah hapal dengan sifat Jay. Jay itu pelit, ngasih uang bulanan aja pas-pasan, disuruh bantu adiknya Jungwon yang sedang kritis di rumah sakit aja gak mau, apalagi ngeluarin banyak uang untuk persalinan dan kehidupan anaknya. Jay tak ingin hartanya berkurang banyak untuk hal yang tidak ia sukai.

Jadi Jungwon tidak pernah mengambil cuti seharipun selama ini. Jungwon akan cuti tidak bekerja jika kehamilannya sudah mencapai delapan bulan.

Lima bulan, perutnya sudah terlihat besar, Jungwon semakin lama cepat merasakan sakit pinggang, dan mudah kelelahan. Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya dalam mencari uang. Jungwon harus kuat, Jungwon harus bisa bertahan.

Hingga Jungwon mulai menyadari sesuatu, beberapa hari ini dia jarang merasakan pergerakan bayinya, berbeda dengan bulan ketiga kehamilannya, bayinya itu sangat aktif berbeda dengan akhir-akhir ini. Jungwon nyaris tak merasakan pergerakannya sama sekali. Takut kenapa-napa dengan bayinya, malam ini sepulang bekerja dari restoran, dirinya menyempatkan mampir untuk memeriksakan kandungannya. Seharusnya Jungwon periksa kandungan di trimester ke dua yaitu bulan ke enam, namun karena terlalu khawatir, sebelum bulan ke enam tidak papa kan?

Klinik itu hampir tutup mengingat hari menjelang larut, namun Jungwon memohon pada penjaga klinik tersebut untuk memeriksanya sebentar, bahkan Jungwon udah cepet-cepet ke sini agar tidak kemalaman. Sang dokter akhirnya meng-iyakan permohonan Jungwon.

Jungwon berbaring di ranjang klinik ketika sang dokter akan meng-usg kandungannya.

"Kenapa dia tidak bergerak dok?" tanya Jungwon memandang layar monitor yang menampakkan bentuk dari bayinya. Raut wajahnya jelas cemas, semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan janinnya.

"Dia baik-baik saja, hanya saja perkembangannya sedikit terhambat, kamu jangan sampe kecapekan, jangan stress juga, itu gak baik buat bayi kamu. Jangan maksain diri ya. Aku akan beri vitamin lagi agar dia kembali sehat." Dokter itu agaknya tahu mengenai keadaan kehidupan Jungwon.

Jungwon tidak bisa membantah, keadaan bayinya yang kurang sehat itu gara-gara kesalahan dia sendiri, tapi kalau Jungwon tidak bekerja, dari mana ia dapat uang?

Setelah perginya Jungwon, klinik tersebut langsung tutup, Jungwon berjalan menuju halte terdekat. Tanpa terasa hari sudah larut, tak ada bis yang akan lewat, Jungwon jadi bingung harus pulang bagaimana. Duduk di halte sembari menelpon Jay, namun Jay tak mengangkat telponnya.

Jungwon ingin Jay menjemputnya. Panggilannya tak di respon, pesan yang ia kirimkan tak dijawab membuat Jungwon semakin bingung harus bagaimana. Udara terasa begitu dingin menusuk kulit, Jungwon mengeratkan pakaiannya agar sediki hangat. Memesan taxy online terlalu mahal bagi Jungwon yang sudah terbiasa hidup hemat. Apalagi maraknya kasus penculikan dan pemerkosan oleh sopir taxy membuat Jungwon tak berani menggunakan jasa taxy online.

Bagaimana cara ia pulang malam ini?

Satu cara terlintas dipikirannya, meski Jungwon tak tahu itu akan berhasil atau tidak, tidak ada salahnya mencoba. Jungwon membuka grup Perusahaan di handphonenya, pernah tidak sengaja seorang karyawan memasukkannya ke grup tersebut, dan Sunghoon juga ada di grup itu.

Jungwon mencari nomor Sunghoon dan menelponnya, semoga saja Sunghoon mau menolongnya, hanya itu satu-satunya jalan yang Jungwon punya.

Dering telepon menyapa indra Sunghoon, dari nomor yang tidak di kenal, Sunghoon mengabaikannya, namun karena panggilan itu berulang dua kali tidak ada salahnya Sunghoon mengangkatnya. Di sampingnya Sunoo sudah terlelap karena kegiatan panas yang baru saja mereka lakukan.

Sunghoon keluar dari kamarnya untuk mengangkat panggilann itu.

"Siapa?" tanyanya begitu dingin.

"I-ini aku, Jungwon, Sunghoon bisakah kau menjemputku di halte dekat klinik Medisora, aku sudah menelpon dan mengirim pesan pada Jay Hyung namun tak kunjung juga di jawab. Tolong aku kumohon." Ucap Jungwon begitu lirih, dirinya kedinginan karena ini sudah terlalu malam untuk berkeliaran di luar ruangan.

Tanpa banyak bertanya, Sunghoon menjawab, "Dasar tidak tahu waktu, tunggu sekitar sepuluh menit lagi." Kemudian telepon ditutup sepihak oleh Sunghoon yang bergegas keluar menggunakan mobil. Sunoo tak akan tahu, karena istrinya itu tidur begitu nyenyak.

***

"Dingin..." jungwon memeluk perutnya sendiri sembari menunggu Sunghoon yang katanya mau menjemputnya.

"Aku mohon bertahan di perut mama ya sayang, dunia ini begitu kejam untuk kita berdua. Kamu pokoknya harus kuat ya. Mama Janji setelah kamu lahir nanti, mama bakal bikin kamu bahagia. Mama janji, bertahanlah sayang sampe lahir." Monolog Jungwon mengingat ucapan dokter tadi yang bilang keadaan janinnya kurang baik.

Sebuah mobil melaju begitu cepat membelah jalanan yang telah sepi. Dengan kecepatan maksimal Sunghoon mengendarainya bak pembalap professional yang melaju di arena balap. Hingga sampe di halte yang dituju, Sunghoon spontan berhenti, melihat Jungwon yang duduk di kursi halte sembari meringkuk.

Jungwon tersenyum kecil kala melihat kedatangan Sunghoon, bahkan tetangganya ini lebih baik dari pada suaminya.

Jungwon memilih duduk dibelakang, mengingat hubungannya dengan Sunghoon kurang baik, tak ada percakapan antara keduanya, yang ada hanya keheningan suara mobil yang melaju. Sunghoon yang fokus mengemudi sedangkan Jungwon melamun di belakang sendirian sembari mengusap-usap perutnya.

Jarak tiga ratus meter dari rumahnya, Jungwon sudah meminta berhenti, sebelum keluar dari mobil Sunghoon, Jungwon menyodorkan beberapa lembar uang untuk mengganti biaya bensin mobil Sunghoon. Namun pria jangkung itu langsung menolak dengan ketus, "Kamu pikir aku gak bisa beli bensin sendiri apa?"

"Tidak, bukan itu maksudku, aku hanya sedikit tidak enak telah merepotkanmu, setidaknya aku harus mengganti bensin yang telah kau keluarkan bukan?"

"Tidak perlu, simpan saja uangmu itu untuk bayimu." Lontaran itu begitu dingin hingga menusuk hati. Jungwon tersenyum kecil menanggapinya. Tak lupa ucapan terima kasih ia berikan karena Sunghoon sudah mau menjemputnya pulang.

"Terima kasih Sunghoon a, aku janji tak akan merepotkanmu lagi."


Aku kalo jadi Jungwon udah nangis duluan.
Jangan lupa vote dan komen.

Not True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang