Jungwon akhir-akhir ini merasa senang karena Sunghoon yang kembali dekat dengannya, Sunghoon jauh lebih memperhatikan keadaannya. Disela-sela waktu senggang mereka, sembunyi-sembunyi menghabiskan waktu bersama. Entah itu saat makan siang, pagi-pagi sebelum bekerja atau sepulang bekerja masih ada sedikit waktu untuk menyapa. Jungwon begitu bahagia kala Sunghoon memperhatikannya dengan binar cinta. Tapi disisi lain, Jungwon ingin tidak menuruti egonya, hal ini sama saja jika Sunghoon melakukan perselingkuhan. Lalu bagaimana jika Sunoo tahu? Pemuda manis itu akan kecewa dengan tingkah suaminya diluar rumah. Apalagi jika tahu yang menjadi selingkuhan Sunghoon adalah Jungwon, mantan tetangganya sendiri, mau ditaruh dimana urat malu Jungwon jika Sunoo tahu. Jungwon jadi tidak ingin pemuda baik itu tersakiti.
"Aku antar ke Resto naik mobil." Tawar Sunghoon pada Jungwon ketika jam bekerja kantor telah usai, Jungwon menimang-nimang ajakan Sunghoon.
"Aku naik bus aja ya, kamu pasti juga capek kan? Aku gak papa." Ucap Jungwon sopan agar Sunghoon tak tersinggung.
"Ayo aku anterin, ini juga sekalian aku pulang." Kukuhnya sembari menarik tangan Jungwon untuk masuk ke mobilnya. Namun Jungwon gak bergerak sedikitpun dari tempatnya.
"Aku beneran gak papa, aku naik bus saja ya? Kamu harus cepet pulang, kasihan Sunoo nunggu kamu." Kalimat itu terasa begitu menyinggung di telinga Sunghoon.
"Maksud kamu apa Won?. Aku kira kamu bakalan senang kalo aku perhatiin." Sunghoon menghela nafas lelah, ngebiarin Jungwon sendiri salah, bersama dengan Jungwon juga salah, mana yang harus Sunghoon lakukan?.
"Udah kamu pulang aja gih. Besok kita ketemu lagi." Hanya itu yang terdengar dari mulut Jungwon. Dari pada saling beradu argumentasi lebih baik Sunghoon menurut apa kata Jungwon.
Jungwon melamun di bus yang ditumpanginya, "Aku ini bodoh ya, pengen ngerebut milik orang, sesakit apa nanti Sunoo jika tahu selama ini suaminya menjalin hubungan dengan orang lain. Sunoo itu tetangga yang baik, selalu ramah dan pernah nolong kamu won. Kok kamu jadi gini, malah pengen rebut suaminya." Jungwon mencubit pahanya sendiri untuk menghukum dirinya yang jahat pada orang lain.
Jungwon mendapatkan keringanan bekerja di restoran setelah absen tidak bekerja selama tiga hari karena sakit. Bos nya menaruhnya diposisi kasir agar Jungwon tidak terlalu capek. Jungwon tersenyum senang melakukan pekerjaannya melayani pengunjung yang membayar makanan mereka.
Hingga ada seorang wanita yang telah selesai makan dan membayar tagihannya, Jungwon menyebutkan nominal yang harus wanita itu bayar. "Seratus delapan puluh lima ribu."
Wanita itu mengangguk dan membayar dengan uang dua ratus ribu rupiah, Jungwon menerima dan memberi kembalian uangnya, namun wanita tersebut tiba-tiba saja menerima telepon dan langsung bergegas keluar. Sepertinya ada hal penting dan buru-buru.
Jungwon yang belum sempat mengembalikan kembaliannya, bergegas keluar meja kasir untuk mengejar wanita tersebut, dan benar wanita itu sedang menerima telepon dari seseorang di luar restoran.
Setelah sekiranya wanita itu selesai menelpon, Jungwon bergerak untuk mengembalikan uang yang seharusnya ia berikan pada wanita itu.
"Maaf Nyonya, anda melupakan kembalian anda." Ucap Jungwon sambil menyerahkan beberapa lembar uang kembalian.
Wanita itu berbalik menghadap Jungwon, wajahnya tampak terkejut. "Oh maaf, aku terburu-buru tadi, kamu baik sekali mengejarku untuk mengembalikannya." Ucapnya sembari menerima uang kembaliannya.
"Tidak papa, itu memang uang anda." Tutur Jungwon dengan senyum ramahnya.
"Sekali lagi terima kasih, semoga anak yang kau kandung akan mendapatkan keberuntungan karena kebaikan ibunya." Jawab wanita itu dengan senyum kecil dibibirnya, tak menyangka ada orang sejujur Jungwon.