6

501 71 8
                                    


Sunoo sudah menunggu di kamarnya sejak tadi pagi. Tapi sudah lebih dari 3 jam dia menunggu. Jake tak kunjung menghampirinya.

Bahkan Jay sudah menghilang sejak tadi pagi. Rasanya kesal. Seharusnya ia bisa berangkat dari tadi.

Ini semua juga salahnya karena meminta Jake untuk pergi pagi ini. Karena ia tak dapat tidur nyenyak semalam.

Merasa Jake tak akan menemuinya dalam waktu dekat. Sunoo segera beranjak dari kursi menuju pintu.

Damn.

Pintunya di tutup rapat. Alias di kunci dari luar.

"Jay!! Buka Pintunya!! Heh Jake kampret!! Sialan lu!! Buka pintunya!!"

Sunoo mencoba mengetuk dan berteriak, namun nihil. Sunoo benar-benar kesal. Ini sudah 10 hari.

Ceritanya masih tidak jelas. Bahkan kini alurnya kacau.

Ia memiliki 35 hari, dan sudah 10 hari terlewati sia-sia. Dengan 8 hari ia bisa kembali kedunianya. Berarti ia tinggal punya 17 hari di dunia ini.

Apa yang akan terjadi kalau ia tak keluar dari buku ini dalam waktu yang di tentukan?

Sial, Sunoo jadi takut sendiri.

Apa konsekuensinya? Dan apa yang harus ia lakukan untuk memperbaikinya?

Memang benar ini salahnya. Kini Junkyu menikah dengan Haruto itu karena dirinya yang merusak jalan cerita.

Tapi Sunoo juga tak mengetaui apa yang terjadi sebenarnya saat itu, apa ini tetap salahnya?

Sunoo melihat ke sekitar ruangan. Matanya menatap pintu balkon yang sejak kemarin terkunci.

Dengan senyum aneh ia mengambil kursi rias yang tadi di dudukinya. Kemudian mengangkat kursi itu menuju Balkon

Sunoo menarik nafas dalam. Kemudian menatap pintu itu sebagai musuh.

"Gue merasa bersalah banget sama Junkyu. Dan sebelum gue bisa memastikan dia baik-baik saja. Gue nggak akan bisa tenang."

Sunoo menutup matanya. Kursi itu sudah ia angkat. Ada perasaan bersalah besar dalam benaknya. Dan itu mengalahkan rasa takutnya.

Ini hari ketiga pernikahan Junkyu dan Haruto.  Sunoo takut apa yang akan terjadi nantinya.

Apalagi Sunoo tak mengetahui dimana Sunghoon. Entah apa alasannya seharusnya ada pertumpahan darah yang akan terjadi kan? Tentunya itu dalam cerita aslinya.

Itu yang membuat tangan Sunoo dengan kekuatan penuh melempar kursi itu.

Prang!!!!!

Brakk!!

Bersamaan dengan hancurnya pintu kaca itu, pintu kamar terbuka lebar.

Sunoo menatap seperpian kaca yang hancur itu dengan wajah tanpa ekspresi.  Hatinya tak nyaman dan otaknya tiba-tiba ngeblank.

Seolah tubuhnya membeku di tempat. Pikirannya kacau. Kesadarannya seperti di renggut.

Sementara itu Sunghoon, Jake, dan Heeseung yang baru saja membuka pintu terkejut di tempat mereka.

Jake menelan ludahnya kasar. Ia tak menyangka kemarin bukan sekadar ancaman dari Sunoo.

Sunoo menoleh ke belakang. Menatap ke arah mereka bertiga. Tatapan mata menyedihkan dan hampa.

Sunghoon menatap Sunoo dengan ekspresi khawatir. Ia Melihat tangan Sunoo yang mengeluarkan darah segar.

Sunoo merasakan kepalanya pusing kembali. Sebuah ingatan terlintas lagi. Sunoo menutup matanya kuat.

Saat itu Sunoo berjalan ke arah balkon kamarnya. Menatap ke luar dengan harapan yang tak tersisa.

Menoleh ke dalam kamarnya. Dimana kaca seukuran tubuhnya telah hancur. Memantulkan dirinya di setiap pecahan kaca.

Pintu sebelah kaca itu terbuka. Menampakan seorang pria yang menatapnya seolah menghakimi.

Tangannya yang memegang pecahan kaca itu mengalirkan darah. Namun air matanya justru mengalir lebih deras.

Sunoo membuka matanya dengan cepat. Tanpa sadar air matanya mengalir. Ia memegangi dadanya yang sesak.

Ingatan milik Sunoo yang dulu, kembali menghampirinya.

Gambaran itu begitu menyakitkan.

Sunoo merasa tubuhnya yang kaku mulai melemas. Dengan sekuat tenaga ia berjalan ke arah Jake.

"Haruto..." lirihnya dengan ekspresi sendu

Sunoo menelan kalimatnya. Kemudian melihat sekitar. Ia seolah tersadar, Apa yang baru saja di lakukannya?

Sungguh beberapa menit yang lalu tubuhnya bergerak sendiri.

Sunoo menatap ke arah Sunghoon yang menatapnya kecewa. Bukan hanya Sunghoon bahkan Jake dan Heeseung pun sama.

Apa yang ia ucapkan tadi? Kenapa ia tiba-tiba memanggil nama Haruto. Apa ia sudah gila?

Jangan bilang Sunoo yang asli mengambil kesadarannya tadi?

Sunoo mundur beberapa langkah. Ia mulai ketakutan. Bahkan ketika Sunoo yang asli mengambil alih tubuh ini, ia tak kembali ke dunianya. Lalu apa yang akan terjadi nantinya?

Sunoo terduduk di tempatnya dengan wajah kalut. Kakinya melemas, ia tak memiliki tenaga.

Sampai mana akhir cerita ini?

Kenapa ia di beri kesempatan selama 35 hari?

Semakin ia memikirkannya semakin gila rasanya.

Ceritanya sudah ia kacaukan. Lalu apa lagi ? Ending apa yang di harapkan?
Apa yang akan terjadi di hari ke 35 nantinya??

Ini seperti labirin tanpa ujung. Menakutkan.

Sunoo melihat ke arah balkon dimana ia telah menghancurkan pintunya.

"Kalau aku melompat dan mati, apa aku akan kembali ke duniaku?" Gumamnya.

Sunoo menoleh ke arah Sunghoon berada. Matanya terbuka lebar kala mengingat bahwa momen ini sama persis seperti sebelum Sunoo dalam buku mati.

Ini hari ketiga pernikahan Haruto dan Sunoo dalam buku. Dan kini momen tragis itu seolah terulang.

Sunoo melirik ke arah pinsol di dekat saku celana Sunghoon.

Tubuhnya gemetar ketakutan. Sunoo tampak seperti orang yang hampir gila sekarang.

Sunoo menangis kencang, dadanya terasa sesak. Ia tak dapat mengendalikan rasa ketakutan ini. Ia kehilangan kendali.

Apa yang sebenarnya terjadi. Sunoo terus menangis sembari menatap ketiganya.

Ketiganya menatapnya dengan wajah kebingungan juga aneh.

Sunghoon dengan perlahan mendekati Sunoo yang tampak kalut dan tak dapat mengendalikan diri itu.

Sunghoon segera memeluk Sunoo kala Sunoo mulai memukuli dadanya. Pelukan itu begitu erat namun menenangkan.

Merasa tubuh Sunoo tak lagi memberontak, Sunghoon melonggarkan pelukannya. Kemudian menatap ke wajah Sunoo yang berada di dadanya.

"Park Sunghoon. Maaf." Lirih Sunoo, kemudian ia pingsan.

Sunghoon membeku di tempatnya. Permintaan maaf itu? Untuknya? Apa yang salah?

Kenapa Sunoo meminta maaf? Kesalahan apa yang telah di perbuatnya? Apa karena memecahkan pintu kaca? Atau bertindak gila?

Atau menyebut nama pria lain?

Atau untuk semuanya?

Pikiran Sunghoon kini menjadi kalut. Wajahnya tampak berpikir keras. Permintaan maaf itu seolah mengisyaratkan sebuah perpisahan.

Apa maksudnya?

CHAOTICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang