Tangan itu mengambil kertas berwarna merah. Memilih siapa yang hatinya inginkan. Mengabaikan yang orang lain katakan.
"Aku menerima watanabe Haruto, Ayah."
Sang ayah tampak mengulum senyumnya. Ada raut kecewa di wajah yang sudah mulai keriput itu.
"Kau yakin dengan keputusanmu Sunoo?"
Kim Sunoo mengangguk. Sang ayah hanya dapat mendoakan kehidupan yang bahagia bagi anaknya.
Ia tak dapat ikut campur mengenai masa depan anaknya.
Pernikahan yang membuat semua orang tampak gelisah itu akhirnya selesai. Kim Sunoo masih dengan wajah ceria, sementara sang suami, Watanabe Haruto tampak tersenyum angkuh.
Semua keadaan berjalan begitu baik. Walau sejak awal Sunoo tau, Haruto hanya memanfaatkannya.
Tapi, ia telah di butakan oleh cinta. Kenyataan yang tak dapat ia sangkal. Kim Sunoo menyukai Haruto sejak awal.
Sunoo terduduk di balkon kamarnya. Dadanya sesak, seolah ia di hantam oleh benda tumpul berkali-kali. Tidak berdarah namun meninggalkan rasa sakit yang amat dalam di hatinya.
Baru 3 hari mereka menikah, keluarga Sunoo sudah hancur.
Bisnis ayahnya di ambil alih oleh Haruto, dan semua keluarga Sunoo di kirim ke luar negeri.
Meninggalkan Sunoo sendirian di dalam rumah bak istana megah ini. Lebih tepatnya terkurung di balik keindahan semu.
Sunoo menatap kosong hamparan tanah kosong di depannya. Ia tertawa. Namun justru air matanya keluar semakin deras.
Sunoo adalah istri dari pemilik rumah. Namun ia di tempatkan di ruang paling pojok di rumah itu. Dalam pandangannya hanya terdapat tanah tandus yang begitu kosong.
Bahkan tumbuhan liar sekalipun enggan tumbuh di tanah itu.
Seburuk apakah tanah itu?
Sunoo kembali tertawa, apa ini salahnya?
Padahal ia sudah yakin, Haruto bukanlah pria yang jahat.
Sejak awal Haruto tak pernah menyentuhnya, ia masih perjaka. Namun pandangan malam pertamanya tidak.
Ia ingat betul Haruto membawa seorang wanita ke dalam kamar pribadinya. Menghabiskan malam yang panas dengan wanita itu.
Mungkin karena Sunoo adalah seorang pria. Oleh sebab itu Haruto tak mau menyentuhnya. Ia juga tak dapat memberikan keturunan pada Haruto.
Sunoo menganggap itu tak masalah.
Namun, apa yang dapat di permasalahkan oleh dirinya? Apa hak nya?
Sunoo mendengar suara tembakan berkali-kali. Seolah sedang terjadi pembataian di dalam rumah itu.
Pintu kamarnya yang selalu tertutup kini terbuka lebar. Si pelaku pendobrakan pintu menatap Sunoo dengan amarah.
Ia bukan Haruto, siapa pria itu?
Pria yang mempunyai mole di samping hidungnya dan bawah matanya, wajahnya yang tampak mempesona.
Namun tatapannya begitu dingin dan angkuh. Pria itu mengarahkan pistol ke arah Sunoo yang kini mendekatinya.
"Mundur atau aku akan menembak kepalamu." Ucap Sunghoon
Sunoo tersenyum, tak menghiraukan apa yang Sunghoon katakan. Ia terus maju. Hingga ujung pistol itu tepat di keningnya.
Matanya tertutup seolah meminta Sunghoon segera menarik pelatuknya.
Sunghoon mengerutkan dahinya. Berpikir siapa pria ini? Kenapa ia ada di ruangan yang terbelakang ini? Dan kenapa ia minta untuk di bunuh?