Sunoo kembali. Ia tengah terlentang di kasur. Seolah yang baru saja dia alami adalah mimpi.
Matanya menelisik di setiap ruangan. Mencari seseorang.
Sunoo segera bangkit, kemudian mengambil ponselnya. Mencari Jay.
"Ayo kita pergi." Ajak Sunoo
Jay mengangguk, tanpa banyak bertanya mengikuti Sunoo. Keduanya berjalan ke pintu.
Namun, Jake tiba-tiba muncul.
"Kalian mau kemana?"
Jay menatap Sunoo, karena ia sendiri tidak tau kemana mereka akan pergi.
"Rumah Haruto." Jawab Sunoo segera menarik tangan Jay
Jake segera menahan tangan Sunoo. "Apa kau sudah izin dengan Sunghoon?"
Tatapan Sunoo berubah dingin dan menusuk. Seolah pernyataan yang di ajukan Jake sangat tidak bermutu baginya.
"Apakah Sunghoon meminta izin padaku ketika Sooha di sini saat aku tidak ada?"
Jake terdiam, perlahan ia melepas genggamannya. Membiarkan Sunoo pergi bersama Jay.
Sepanjang perjalanan Sunoo merasa khawatir. Hanya ada satu cara yang ia pikirkan sejak tadi.
Bagaimana pun. Semuanya tergantung Junkyu.
🕛🕛🕛🕛🕛
"Siapa?!"
Asahi tak menjawab. Wajahnya terlihat khawatir dan gelisah.
Melihat Junkyu yang kini mondar mandir. Ia terlihat takut dan cemas.
"Haruto masih berada di rumah kan?" Tanya Junkyu sembari melirik ke atas.
Asahi mengangguk sebagai jawaban. Junkyu memegang pergelangan tangan Asahi.
Tatapannya memohon bahkan hampir menangis.
"Asa, Kau tahan Haruto. Biarkan aku menemuinya."
Asahi menggeleng. "Bukankah seharusnya anda menahan tuan Haruto dan biarkan aku mengusirnya?"
Junkyu ikut menggeleng. "Biarkan aku melihatnya. Aku mohon. Sekali saja. Aku mohon"
"Tuan Haruto dan orang tua anda tidak akan senang dengan hal itu. Anda tau, bahwa orang tua anda tidak akan segan melukai Noa."
Junkyu melepas genggaman tangannya. Kemudian ia menatap ke arah pintu utama."Sekali aja. Aku mohon." Ucapnya lirih air matanya sudah di ujung
"Siapa yang membuatmu hampir menangis sayang? Kenapa kau memohon pada pengawalmu? Bukankah kau harus bicara padaku kalau ada masalah?"
Junkyu melebarkan matanya. Enggan menoleh ke sumber suara. Perasaannya menjadi semakin kalut.
Haruto berjalan menuruni tangga dan terus menatapnya. Seolah kalau Haruto berpaling, Junkyu akan menghilang.
Junkyu menunduk ketika Haruto berada di depannya. Ia ingin bertemu dengan Noa, namun ia sendiri tak dapat melangkah keluar tanpa seizin Haruto.
"Siapa yang ada di luar?"
"Aku."
Pintu utama terbuka, menampakan Sunoo yang baru saja datang. Di belakangnya terdapat Jay juga satu pria yang tampak asing namun Junkyu sangat mengenalnya.
Sunoo berjalan masuk, di ikuti oleh Jay dan pria itu.
Niki dan Jungwon yang baru saja datang tampak kebingungan. Mereka berdua segera berada di belakang Haruto.
"Kenapa kau di sini?" Tanya Haruto
Sunoo melirik ke arah Junkyu. Dimana pria itu kini menatap pria asing di belakang Sunoo.
Noa, pria yang kini menatap sendu ke arah Junkyu.
"Untuk menemui kalian. Ada hal yang harus ku bicarakan."
Haruto mendekati Junkyu. Merangkul bahunya mesra. "Baiklah, silahkan duduk."
Dengan tubuh yang menegang bahkan gemetar, Junkyu ikut duduk di samping Haruto, kini tangan Haruto berpindah ke pinggangnya.
Junkyu terus menatap ke arah Noa yang juga menatapnya.
Sunoo menelan salivanya gugup. Ia tadi bertemu pria asing ini di luar. Pria ini di usir dan tampak linglung, untung saja Sunoo bertanya namanya. Oleh sebab itu, pria ini boleh masuk karena di ajak Sunoo.
Noa.
Seseorang yang Sunoo ketahui adalah kekasih Junkyu sebelum di paksa menikah dengan Haruto.
"Apa yang mau kau bicarakan?" Tanya Haruto sembari mengeratkan tangannya.
Sunoo melihat ke arah tangan Haruto yang berada di pinggang Junkyu. Kemudian ia tersenyum miris.
"Apa kau bertemu Sooha akhir-akhir ini?"
Haruto dan Junkyu tampak bingung dan ragu. Pertanyaan Sunoo sedikit mengalihkan perhatian Junkyu dari Noa.
"Kenapa?"
"Aku hanya bertanya."
Junkyu melirik ke arah Haruto. Pria itu tampak berpikir.
"Aku bertemu dengannya 4 hari yang lalu."
"Kenapa dia menemui mu?"
Haruto tersenyum miring melihat ekspresi Sunoo yang tampak gelisah.
"Apa kau sudah bertemu dengannya? Ku rasa kau berada di posisi yang sulit saat ini "
"Maksudmu?"
"Sooha menemuiku dan meminta maaf. Dia berkata tak akan mengganggu kehidupanku lagi. Lalu ketika aku bertanya apa yang akan di lakukannya. Dia berkata bahwa ia masih mencintai Sunghoon. Bahkan berharap agar kau mati. Dia akan merebut Sunghoon apapun yang terjadi."
Sunoo melebarkan matanya. "Bagaimana bisa!! Kau seharusnya menghalangi Sooha!! Bukankah kau mencintainya?!" Seru Sunoo
Haruto tertawa kemudian menyenderkan kepalanya pada kepala Junkyu. "Aku telah memilikinya. Aku lebih suka mempertahankan apa yang telah menjadi milikku."
Haruto menekankan kata terakhirnya. Melirik Noa yang kini menunduk ragu.
"Lebih baik kau pergi. Urus saja rumah tanggamu sendiri." Saran Haruto dengan nada meremehkan
Sunoo menggeleng. "Junkyu, apa kau benar-benar mencintainya? Bukankah kau mencintai orang lain? Kau tidak bahagia bersamanya kan? Katakan padaku!"
Haruto mulai kesal. Ia memerintahkan Niki untuk membawa pergi Junkyu.
Melihat itu Sunoo segera berdiri, berniat menahan Junkyu.
"Junkyu!" Panggil Noa
Tubuh Junkyu menegang. Ia berbalik menatap Noa. Bahkan tanpa sengaja menyentak tangan Niki.
"Aku harap kau bahagia." Ucap Noa kemudian pergi keluar
Sunoo melongo, bagaimana bisa pria itu menyerah begitu saja? Ini tidak bisa di biarkan.
Setelah itu Junkyu justru berlari masuk ke atas. Terdengar Isak tangis di setiap langkahnya.
Sunoo menyipitkan matanya. Menatap Haruto yang kini duduk dengan wajah tanpa dosa.
"Aku akan pastikan Junkyu bersama dengan orang yang di cintainya. Dan kau bersama dengan Sooha."
Haruto tersenyum miring, "Kenapa kau memaksaku untuk bersama Sooha? Apa kau takut suami mu di rebut olehnya?"
"Bukan, aku melakukannya untuk menyelamatkannya."
Sunoo segera menarik tangan Jay namun kemudian ia berbalik. "Kalau kau tidak bisa bersama dengan orang yang kau cintai. Jangan memisahkan dua orang yang saling mencintai."
Sunoo melirik ke arah Jungwon kemudian melanjutkan perjalanannya. Ia kesal. Sangat kesal.
Padahal ia berharap Noa akan meminta Junkyu untuk kembali padanya. Tapi apa yang barusan Sunoo lihat itu?