2| bagaikan singa yang hendak menerkam

4.1K 97 0
                                    

Leonora terdiam sejenak dan wajahnya mendadak kaku, sepasang matanya menjurus pada seorang pria yang menatapnya dengan tatapan tajam. Dunia seketika terasa berhenti berputar dan keadaan menjadi sangat hening dia rasakan. Retina coklat sedari tadi menatap dirinya, entah apa yang terjadi, tapi langsung membuatnya tidak mampu berbuat apa-apa.

Padahal saat ini jarak mereka cukup jauh, tapi seakan bidikan pria itu menghunusnya, badannya langsung bergetar dengan perlahan. Sebuah kertas yang dia pegang pun sudah hendak terlepas dari genggaman.

Di saat yang bersamaan, pria itu menampilkan sebuah seringaian mengerikan. Alisnya yang tebal dan mata tajamnya seakan bicara, dendam dan kebencian itulah yang tergambar di dalam diri Shawn.

Leonora langsung tersadar kembali. Dia menggelengkan kepalanya seraya menghela napas untuk mengontrol diri. Mencoba untuk kembali fokus. "Siapa namamu?" tanyanya dengan suara yang tegas.

Dia berdiri tegap membelakangi papan tulis. Jam dinding terus bergerak menguras waktu pembelajarannya. ‘Apa yang sebenarnya aku khawatirkan? Mengapa rasanya aku takut sekali saat bertemu dia.’ Leonora cukup bingung, dia bersikap semestinya. Lagipula, saat ini dia adalah dosen di kampus tersebut, seharusnya pemuda itu juga berlaku semestinya seorang Mahasiswa.

Pemuda itu enggan membuka mulut, seolah sedang mempermainkan Leonora, pemuda itu juga seperti tidak menganggap keberadaan Leonora di sana. Membuat Leonora merasa jengkel, dia tidak menyangka akan ada berandalan yang masuk ke dalam kelasnya.

Leonora mendekati meja pemuda itu dan membuka buku absensi. "Aku bertanya siapa namamu? Kenapa tidak menjawabnya, aku sedang berbicara kepadamu," ujar Leonora lagi dengan masih mencoba untuk sabar.

Pemuda itu—Shawn, masih saja seperti sebelumnya, perasaan itu tidak akan hilang, dendam dan benci yang mendalam, Leonora menatap matanya beberapa saat tapi segera dia memalingkan wajah.

"Tidakkah kau tahu ini sudah pukul berapa? Kau telat hampir setengah jam di dalam pelajaranku, mengapa baru sekarang kau masuk, apakah kau tidak ingin menjelaskannya?" Leonora terus saja bicara, walaupun tidak satu pun digubris oleh Shawn.

Pria dengan pakaian yang terlihat mahal itu bahkan menekuk salah satu kakinya di atas lutut. Seperti seorang bos besar. Leonora hampir marah karena itu dia mengepalkan tangan kanannya yang terhalang oleh meja di depannya.

Leonora hanya tidak ingin merusak harinya yang berharga dengan mengacaukan moodnya, dia juga sadar saat ini dia baru pertama kali mengajar, rasanya tidak nyaman jika langsung menghukum seseorang.

"Baiklah, untuk kali ini saya akan memaafkanmu, karena ini adalah pertemuan pertama kita dan hari pertama saya mengajar. Tapi tidak akan pernah ada lain kali, kau harus datang lebih awal sebelum pelajaran dimulai! Jangan harap dapat duduk di kursi itu, karena kau akan berdiri di luar!"

"Jika kau berniat untuk belajar." Perasaannya memang sedang kesal hingga membatik dengan tajam.

Meskipun memang terasa ada hawa yang menakutkan tetap saja telat dalam pelajaran bukan hal yang seharusnya lumrah. Siapa pun itu tanpa terkecuali, sekalipun dia adalah anak presiden tidak sebaiknya telat menjadi kebiasaan. Begitulah kekesalan Leonora, disamping kekhawatirannya.

Leonora menggerakkan bola matanya, menggeser pandangannya pada keempat teman Shawn. "Kalian berempat, siapa nama kalian?" tanyanya yang langsung menatap buku absensi siswa.

"Charles Martin." Seorang pemuda yang duduk di dekat kaca melirik Leonora dan membuka mulutnya, meskipun sepertinya dia juga enggan untuk menjawabnya.

"Paul Wilson," lanjut lainnya.

"Christopher Scott." Suara pemuda lain ikut bicara.

Dan yang terakhir adalah Jeffrey Lopez. Satu persatu mulai mengungkapkan nama mereka, Leonora menuliskan sesuatu di buku tersebut dan menandainya.

KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang