9| Keberanian Leonora

1.2K 63 3
                                    

Hari demi hari berlalu, suasana hari Shawn menjadi sangat ringan karena kedatangan mangsa baru, Shawn dan temannya selalu mengganggu Joshua anak baru di kelas mereka, bahkan tindakan mereka sudah keluar batas, tapi apakah ada orang yang mencegahnya? Jelas saja tidak, siapa yang berani menentang Shawn.

Para dosen dan pengurus kampus seakan tutup mata dan telinga, mereka tidak mau tahu mengenai apa yang sebenarnya dilakukan oleh Shawn dan juga temannya. Setiap hari kelas selalu menjadi angker dan mengerikan bagi Joshua.

Hari itu tepatnya di senin yang pagi, terlihat Shawn yang tumben sekali sudah duduk di kursinya dengan tertawa dengan temannya. Seperti Paul, Christopher dan Charles.

Mereka yang asik berbincang, mendadak dari bibir pintu muncul seseorang dengan pakaian yang sangat rapi, dari ujung kepala hingga kaki, wajah yang terus menunduk itu melangkah dengan perasaan takut.

Paul yang duduk di kursinya menatap lurus ke depan, lalu dia menggerakkan jarinya untuk menyentuh lengan Shawn dengan memberikan isyarat khusus. Shawn melirik ke arah samping kiri, menatap Joshua yang baru datang.

Akan tetapi, Shawn hanya diam dengan tatapan tenang. Hingga Joshua langsung meletakkan tasnya di atas meja dan duduk dengan perlahan. Pandangan Shawn masih menjurus pada tubuh Joshua. Hingga dengan sengaja Shawn melemparkan pulpen merahnya hingga jatuh ke lantai.

"Hei, Cupu! Ambilkan pulpenku," kata Shawn dengan pandangan yang mengintimidasi.

Karena mendengar suara Shawn, membuat Joshua memalingkan wajahnya, dia tergagap karena ketakutan. Joshua tidak berani membantah perintah dari Shawn.

"I..ii... Iya, ba...baik," katanya dengan nurut.

Akan tetapi saat Joshua hendak bangkit entah mengapa kursi yang dia duduki menempelkan pada bokongnya. Hal itu membuat Joshua semakin panik. Dia mencoba untuk melepaskan diri tapi tetap tidak bisa.

"Hoi! Cepat ambilkan!" teriak Shawn yang tepat berada di belakangnya, suaranya yang lantang memenuhi pendengaran Joshua.

Karena ketakutan, dengan sekuat tenaga Joshua bangkit dan terdengar suara 'krek' celananya robek hingga memperlihatkan pakaian dalam pendek motif merah muda.

Melihat hal itu tentu saja siswa lain langsung tertawa dengan terbahak, riuhnya suara itu membuat Joshua sangat tidak nyaman. Dia malu, marah dan semakin takut. Tapi Joshua hanya diam.

"Apakah kau seorang perempuan? Kenapa celana dalammu sangat menjijikkan? Kau ini bahkan tidak mengerti identitas sendiri ya," cela Paul dengan diiringi tawa yang menggema.

Shawn hanya tersenyum dengan licik dan menyimpan kepuasan tersendiri akan tindakannya. Wajah Joshua memerah seperti kepiting, dia pun mengambil tasnya dan beranjak pergi keluar kelas.

Joshua berlari menuju toilet tanpa peduli akan banyaknya orang yang pasti memperhatikan dirinya. Joshua masuk ke dalam toilet dan mengunci pintu, sepasang mata coklatnya menatap kaca besar di hadapannya. Ia menangis di sana dengan terisak.

"Mom...." Rengek Joshua yang sudah tidak tahan lagi dengan segala perbuatan Shawn dan temannya.

Joshua terdiam menatap kaca dan membayangkan Shawn, sungguh betapa jahatnya pemuda itu memperlakukan dia dengan sangat buruk, hanya karena dia bukan dari kalangan orang kaya, dan dia hanya mahasiswa yang masuk ke kampus elit karena beasiswa? Pantaskah mendapatkan perlakuan semacam ini?

Joshua yang terlihat cupu dan penakut, memang pasti akan menjadi bual-bualan mahasiswa nakal di setiap kampus, memang tidak bisa dihindari bagi Joshua yang tidak memiliki kekuasaan apa pun dapat hidup tenang selamanya.

Joshua segera mengusap air matanya yang menyentuh pipi, dia teringat kembali dia membawa jaket di dalam tasnya, untung saja.

"Aku harus masuk kelas, ini masih pagi Aku tidak boleh absen," gumamnya seraya mencari-cari jaket di dalam tas abu miliknya.

KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang