Setelah dua puluh menit kemudian, Leonora terlihat nyaman di sana, dia pun merasa sudah cukup waktu yang dia habiskan, dan kini dia harus kembali.
Dia bangkit dari duduknya, setelah membayar uang di kasir wanita itu melangkahkan kaki jenjangnya dan membuka pintu toko. Melipir ke jalan kosong dengan hati-hati.
"Ternyata malam ini begitu nyaman, tapi aku menjadi agak bosan. Hmm … lebih baik jalan-jalan sebentar sambil cari angin segar, lagipula besok aku tidak ada jadwal mengajar," gumamnya dengan pandangan yang tenang. Dia hendak menghabiskan malamnya saat ini untuk menenangkan pikiran.
Cuaca diluar cukup dingin. Untung saja Leonora mengenakan jaket tebal. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, dan menatap indahnya malam yang dipenuhi dengan bintang, terang akan kerlap-kerlipnya.
Leonora mendesah tenang, dia tidak tahu sudah berapa kakinya mengayun. Hingga dia tiba di taman yang luas dengan rumput hijau subur, beberapa pohon rindang tertanam di setiap sudut jalan. Kursi taman yang tersusun rapi dengan beberapa orang duduk seraya tertawa, sibuk berbincang di sana.
Leonora tetap melangkahkan kakinya hingga dia duduk di pinggiran taman, memilih satu kursi putih yang kosong, menatap danau di hadapannya dengan menunjukkan bangunan megah di depan sana. Sekitar sepuluh menit dia dapat duduk tenang, merasa nyaman.
Memalingkan wajahnya menatap pasangan kekasih yang asik bercengkrama dan tertawa dengan riang. Ia mengulas senyum manis di bibirnya.
"Apakah sangat menyenangkan memiliki seorang kekasih?" lamunannya meng-angkasa. Bertanya dalam pikirannya sendiri.
Ia merasakan sepi dengan suara angin lirih mendesak telinganya. Ketenangan yang mulai merayap menembus sukmanya.
***
Sementara itu, di tempat lain terlihat segerombolan pria yang berjalan dengan tergesa-gesa. Yup, mereka adalah, Paul, Charles, Christopher.
Mereka melewati lorong kecil, dan masuk ke dalam lift. Saat ini mereka berdiri tegap di kamar nomor 13, Apartemen seorang wanita yang belum beberapa lama keluar. Leonora, qpartemennya dijamah oleh beberapa pria yang diutus Shawn untuk mendatangi dirinya.
Christopher menekan bel untuk membuat Leonora keluar dan menemui mereka. Akan tetapi sudah beberapa kali ia mencoba tapi tetap tidak ada sahutan dari dalam. Layaknya apartemen kosong tanpa penghuni.
Shawn mendapatkan alamat itu dari data Leonora yang ada di kampusnya dan mengutus teman-temannya. Tapi, sepertinya wanita itu tidak ada di dalam, karena pintu terkunci rapat.
Paul menatap Christopher dan mereka saling diam. "Leonora tidak ada di dalam? Lalu bagaimana?" tanyanya dengan tatapan tajam.
"Sudahlah, telpon saja Shawn, katakan yang sebenarnya," balas Charles menanggapi.
Mereka tahu pasti mereka akan kena amuk. Paul meminta Christopher untuk menghubungi Shawn. "Telpon dia, Christopher," ucapnya memerintah.
Christopher terlihat enggan, tapi dia mengerti dengan tingkah laku dari kedua temannya yang tidak berani kena amarah Shawn nantinya.
Mau tidak mau Christopher harus mengalah karena permintaan mereka. Christopher segera melekatkan ponselnya di telinga.
Hingga panggilan terhubung, Christopher mengeraskan volumenya dan menjauhkan ponsel dari pandangannya.
"Leonora tidak ada," kata Christopher yang mengadu.
Saat itu Shawn tengah berada di club malam, dengan suara ngebass dia langsung memberikan jawaban, "Lalu?" tanyanya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++
RandomHancur sudah hidupnya. Setengah usia ia habiskan untuk menderita? Adilkah? Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seorang pemuda, Leonora tidak menyangka hal itu akan menjadi awal kehancurannya. Berhadapan dengan pemuda seperti Shawn Howard; m...