Tujuh hari dalam seminggu telah dilalui oleh Leonora sebagai karyawan minimarket. Termasuk ribuan detik yang selalu diperhatikan dengan penuh harap agar tiap detik yang berlalu membawanya pada kehidupan yang lebih baik. Dan dia juga berharap agar pekerjaannya yang mengangkat-angkat, setidaknya bisa memberinya kehidupan di esok hari.
Walau berat dan terasa melelahkan, berulang kali dia selalu mengucap syukur setiap kali terbangun dari istirahat malamnya yang panjang, karena bisa bekerja di sana saat yang lain menolaknya dengan berbagai alasan.
Seperti pagi ini, dia terbangun dengan perasaan yang lebih bahagia dari biasanya. Dia beranjak setelah tiga menit melamun, menilik kalender yang terpajang di dinding dan jarinya bergerak melihat angka yang sudah ditandai dengan pena merah.
Ia tersadar, kini sudah tepat satu minggu dirinya bekerja di minimarket. Seperti sedang jatuh cinta pandangan pertama, dia bisa merasakan kebahagiaan yang lebih nyata dari sebelumnya. Inilah yang dimaksud dengan sikap Leonora yang penuh syukur dengan pekerjaannya.
"Semoga harimu berjalan baik," harap Leonora terhadap dirinya.
Setelah merasa puas dengan rasa syukurnya, seperti biasa dia mempersiapkan dirinya yang dirasa selalu menampilkan versi terbaik setiap hari. Leonora menjejaki kaki pada jalanan yang sama tanpa rasa bosan. Dia malah sangat senang bisa berjalan kaki selama sepuluh menit, atau jika harus mampir ke toko roti, dia hanya memerlukan waktu lima belas menit lamanya untuk sampai.
Sejak dia menyadari sekatnya jarak antara apartemen dan minimarket, dia memutuskan untuk hanya berjalan kaki. Sebelumnya dia tak terbiasa, tetapi hanya dalam waktu dua hari, Leonora mulai menikmatinya.
Berjalan kaki mungkin lebih berpotensi membuatnya lebih lama berpapasan dengan banyak orang. Namun, dia tak pernah lupa dengan topi dan masker yang akan membantunya melindungi identitas asli sebagai Leonora.
Beruntungnya, pekerjaan sebagai angkut-angkut barang juga memerlukan masker. Bukan tanpa alasan, terkadang dus-dus yang diangkat juga berdebu sehingga disarankan memakai masker. Dan keuntungannya, rekan kerja dan pemilik minimarket tidak akan menaruh curiga padanya.
Di tengah perjalanan, Leonora akan selalu melintasi toko roti yang menjual berbagai jenis roti untuk sarapan. Sudah beberapa kali dia mampir untuk membeli, sehingga kali ini dia singgah sejenak untuk membeli roti yang terlihat pada pajangan etalase. Tertulis adanya promo yang diberikan oleh pemilik toko roti.
"Silahkan, Nona, roti yang mana? Dipilih saja."
Wanita pelayan toko menyapa seraya menaruh roti-roti hangat yang baru selesai dipanggang. Dan Leonora tentu memilih roti yang masuk daftar promo hari ini.
"Roti ini, satu saja, ya." Leonora menunjuk dari luar etalase.
"Baik ...." Wanita itu segera menyiapkan pesanan Leonora. Dia membungkusnya dengan pembungkus makanan dari kertas yang menunjukkan logo toko mereka. "... Ini, silahkan dinikmati."
Saat membayar dan akhirnya menerima sarapan paginya, ia tahu jika takkan memiliki cukup waktu jika harus menyantapnya di lokasi kerjanya. Lantas, dia membuka pembungkus roti dan memakannya saat itu juga.
Dengan caranya, ia memakan dengan kepala yang tertunduk karena maskernya harus dibuka saat dia menggigit rotinya. Dia tak ingin ada yang mengenalinya dan berujung tahu dimana saat ini dia berada. Di kursi besi yang disediakan, dia duduk di sana hingga rotinya habis barulah Leonora melanjutkan perjalanannya.
Ia melangkah lebih cepat kali ini karena harus segera sampai di minimarket. Begitu ia tiba, gudang menjadi tujuan utamanya. Tak lupa dia menaruh tas selempang berisi keperluannya selama bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++
RandomHancur sudah hidupnya. Setengah usia ia habiskan untuk menderita? Adilkah? Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seorang pemuda, Leonora tidak menyangka hal itu akan menjadi awal kehancurannya. Berhadapan dengan pemuda seperti Shawn Howard; m...