14| Harga diri yang hancur

2.6K 60 10
                                    

Di dalam sebuah ruangan yang besar dan senyap. Perlahan Leonora membuka sepasang matanya, tubuh yang terasa sakit dengan berbagai macam nyeri yang dia rasakan setelah ditinggalkan oleh Shawn kemarin malam.

Dia saat ini dalam posisi telungkup dengan tangan yang terkulai. Mulai mengernyitkan keningnya yang terasa tidak nyaman. 

"Sssssh, sakit," rintihnya dengan lemas. 

Saat ini di tubuhnya terlihat banyak sekali bekas merah yang hampir memenuhi tubuhnya. Rambut yang acak-acakan. Hingga dia perlahan tersadar akan tempat yang dia diami tersebut. 

Hanya menyisakan dirinya sendiri. Dengan banyaknya botol bekas berserak di atas meja. Aroma tidak sedap dari minuman keras yang tumpah. Dengan suasana tempat yang mengerikan bagi dirinya. 

Leonora terpaku beberapa saat setelah melihat kondisi tubuhnya tidak dilengkapi sehelai pakaian pun. Shawn sangat kejam dalam memperlakukannya. Menyiksanya tanpa ampun. "Hah ... Haah ... Tidak ... Tidak mungkin!" Leonora masih belum dapat mencerna semuanya dengan benar. 

Wanita itu mencoba mengangkat tubuhnya yang terasa sangat nyeri. Dia memperhatikan bagaimana penampakan darinya sendiri. "Tidak ... Tidak mungkin!" dia dengan sepasang mata berkaca-kaca terbelalak seketika terdiam di sana. 

Dia mengingat kembali kejadian kemarin malam yang samar-samar masih dapat dia rangkai. Tepat di mana Shawn menyuntikkan sebuah cairan hingga membuat dirinya menjadi sangat gila dan tidak tahu malu. 

"Kenapa dia begitu kejam padaku? Kenapa aku harus mengalami hal semacam ini! Kenapa semua ini harus terjadi padaku!" bibir Leonora bergetar hebat dengan perasaan yang sangat kacau. 

Leonora sejenak meratapi nasibnya, bahwa tidak seharusnya dia bertemu dan berhubungan dengan Shawn. "Seharusnya aku tidak menentangnya! Sekarang bagaimana aku harus menghadapi hari ini?" tanya Leonora dalam kebingungan. Dia bermonolog seorang diri.

Dia saat ini memandangi langit-langit atap dan tempat yang begitu asing bagi dirinya. Sekaligus tempat paling mengerikan. Selama hidupnya dia tidak pernah sampai berbuat seperti itu tapi kini dia malah kehilangan keperawanannya. Hanya karena dendam dari Mahasiswanya sendiri.

Sungguh hidupnya begitu kejam dan sulit dia jalani seorang diri. Rasa takut, rasa malu dan perasaan lainnya bercampur menjadi satu hingga tidak tahu lagi harus bagaimana dia bersikap saat ini.

Isaknya semakin tidak terbendung, wajahnya memucat dengan linangan air mata yang begitu deras tumpah di wajahnya. "Bagaimana ini ... Bagaimana aku harus bertahan jika seperti ini?" Leonora seperti orang linglung yang tak tahu arah. Seperti orang yang telah terjatuh dengan sangat dalam.

Tapi kini sesal hanya tinggal sesal saja, 'seharusnya' rasanya sudah tidak perlu kata tersebut. Leonora hanya merasa takut dan takut.

"Bagaimana ini?!" tanyanya di tengah isaknya yang tidak dapat dia hentikan. Hingga membuat bola matanya lekas memerah. 

"Sebenarnya aku tidak tahu lagi bagaimana mengenai hidupku sendiri! Aku tidak tahu rencana kejam apa saja yang akan dilakukan oleh Shawn lagi padaku!" runtuhnya karena merasa hidupnya serasa hancur dalam kebingungan yang dia hadapi saat ini.

Memori kemarin malam berputar di kepalanya, seperti kaset rusak yang tidak mau berhenti bergerak. Ingin rasanya ia menyingkirkannya segera tapi tidak mampu dia lupakan. Ketakutan, kekhawatiran, marah, terpukul dan putus asa bercampur menjadi satu dalam pikirannya.

Setengah jam hanya dia habiskan untuk menangis meratapi nasibnya. "Aku harus bagaimana sekarang?" sesaknya dalam tangis yang tiada usai.

Suara tangis menggema di dalam ruangan laknat yang kosong itu. Membuat dirinya kembali mengingat kejadian sial semalam dengan seseorang berhati kejam penuh dendam. Anak didiknya yang hanya berusia 20 tahunan ternyata memiliki pemikiran sekotor dan sejahat itu kepadanya. 

KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang