Lelah, letih, dan lesu, itulah perasaan yang dialami oleh Leonora saat itu, wanita itu langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menatap wajahnya yang berada di pantulan cermin.
Dia mendesah kasar karena beberapa hal yang sudah terjadi menimpa dirinya hingga menghabiskan sisa-sisa tenaganya.
Ia menanggalkan pakaiannya yang sudah kering sejak tadi, melemparkan pada tempat pakaian pakaian kotor. Membuka kran air yang perlahan keluar, rasa dingin langsung menyentuh kulit tubuhnya. Dia juga membasahi kepalanya hingga perlahan rambutnya menjadi layu.
Ia memulai aktivitasnya di dalam kamar mandi dengan perasaan yang berat, pikirannya kacau dengan banyaknya bayangan yang tersirat. "Entah apalagi yang akan terjadi esok hari." Pikirnya menerawang dengan tatapan tajam pada kepasrahan.
Setelah setengah jam lebih dia membersihkan tubuhnya, wanita itu meraih handuk yang berada di gantungan atas. Ia mengenakan handuk berwarna ungu muda tersebut dengan membungkus rambutnya menggunakan handuk kecil yang lain.
Leonora membuka perlahan pintu kamar mandi, menatap sekeliling, kamarnya kosong hanya ada dia yang tinggal di sana. Ia pun bergerak menuju dapur yang letaknya tidak terlalu jauh dari kamar.
Tanpa menggunakan alas kaki, Leonora memasuki ruangan yang tidak terlalu besar tapi sangat rapi. Di dalam apartemennya itu Leonora membuka laci kecil di atas kompor masak.
"Hari ini hanya bisa makan mie instan, uangku juga tidak terlalu banyak, dan lagi aku tidak sempat membeli bahan untuk dijadikan kudapan makan malam," gumamnya serata meraih bungkus mie. Membukanya dengan perlahan dan mengambil mangkuk putih di dalam rak piring.
Dia juga mengambil panci kecil, membuka kran air dan memasaknya di atas kompor yang menyala. "Yaaaah ... Setidaknya aku harus bertahan di tengah masalah yang terjadi, aku sangat yakin kejadian hari ini juga ulah dari Shawn dan teman-temannya, kenapa aku harus berhadapan dengan dia?" Leonora terlamun, dia sangat mengkhawatirkan dirinya sendiri, nasibnya di dalam universitas akan bagaimana.
Leonora merasa ancaman dari Shawn begitu nyata, pemuda akan terus menyiksanya hingga dia tidak berdaya. Itulah yang ia khawatirkan.
"Aku hanya ingin tenang, aku kira semuanya akan berjalan dengan mudah, tapi mengapa jadi seperti ini?" Leonora menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seseorang akan membawanya pada kehancuran yang dalam.
Setelah beberapa saat Leonora kembali lagi pada dirinya saat itu, air mendidih sejak tadi, dia memasak mie dengan hati-hati, perutnya sudah kelaparan, dia belum makan sejak siang. Ia memang melakukan pengiritan karena uangnya juga tidak banyak.
Leonora mencium aroma dari mie instan yang sudah matang, sungguh menggugah selera, dia tidak ingat kembali mengenai Shawn, yang paling penting baginya adalah mengisi perut.
"Ah, makanan yang manis, betapa jahatnya aku sudah mengabaikanmu? Kau pasti sedang menunggu untuk aku cicipi, bukan? Itu bagus! Aku akan segera menyantapmu!" Leonora membawanya ke arah meja makan.
Leonora yang memang sangat kelaparan, akhirnya menghabiskan mie tersebut tanpa sisa. Dia kembali ke dapur dan mulai membersihkan piring bekasnya.
***
Leonora yang sudah berganti pakaian menatap ranjang yang dari kejauhan seperti sedang melambaikan tangan untuk segera dia hinggapi. Ia tersenyum kusut, dan bergerak ke sana, membaringkan tubuh lemahnya dengan perasaan yang sangat berat. Sungguh betapa banyaknya persoalan yang sudah ia hadapi hari itu.
"Haaaaaaah, kapan berakhir, aku hanya ingin tenang!" Sepasang mata Leonora berkaca-kaca, sudah seperti ingin menangis, bukan apa-apa dia hanya merasa lelah saja. Dadanya terasa sesak, napasnya pun tak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++
RandomHancur sudah hidupnya. Setengah usia ia habiskan untuk menderita? Adilkah? Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seorang pemuda, Leonora tidak menyangka hal itu akan menjadi awal kehancurannya. Berhadapan dengan pemuda seperti Shawn Howard; m...