7| keluarga Howard

1.3K 63 1
                                    

Seorang lelaki, dengan perangai yang gagah, tinggi, tubuhnya tegap, mengenakan kemeja putih dibalut dengan jas hitam. Tatapan tajam yang membidik Shawn, pemuda yang berdiri tegap di hadapannya.

"Kenapa kau tidak datang ke perusahaan?" tanya Arlo Howard___ sang ayah kepada Shawn.

"Aku memiliki kelas hari ini," balas Shawn dengan tegas, sepasang mata yang memperhatikan wajah ayahnya. Shawn seolah tidak peduli akan kemarahan yang dingin dari ayahnya.

Arlo Howard tidak mau dibohongi, lagipula siapa yang mampu mengelabuinya, dia bahkan sudah seperti detektif. "Aku telah melihat jadwalmu hari ini, kau hanya memiliki kelas di pukul 10.00 sampai pukul 12.00. Setelah itu seharusnya kau bisa pergi ke perusahaan!" tegasnya yang memiliki bukti akurat.

"Kau adalah putra semata wayangku, kau seharusnya andil dalam perusahaan, siapa yang akan mengelolanya nanti jika bukan dirimu, Shawn!" lanjut Arlo Howard yang mengingatkan Shawn mengenai identitasnya.

Shawn terlihat acuh tak acuh, dia bahkan mengorek telinga dengan kelingkingnya. Menatap wajah Arlo Howard dengan malas dan tidak peduli. Menganggap itu semua hanya angin lalu yang akan segera berganti.

Arlo Howard semakin memuncak amarahnya. Mengepalkan telapak tangan dengan erat. "Shawn! Jangan tidak tahu diri!" Arlo Howard mengayunkan tangannya yang sudah terkepal, hendak memukul kepala Shawn.

Ibu Shawn yang melihat hal tersebut tentu saja harus melindungi putranya. "Hentikan! Jangan sakiti Shawn!" hadang wanita dengan dress putih. Menatap tajam wajah Arlo Howard.

Akan tetapi Arlo Howard tidak mau tahu, kemarahannya sudah memuncak melihat tingkah laku dari Shawn yang semakin hari semakin menjengkelkan. "Tenanglah. Dia ini masih remaja, biarkan dia menikmati masa mudanya untuk bersenang-senang," kata Adelle Howard.

Arlo Howard mendesis kasar, memperhatikan Adelle yang sangat melindungi Shawn. "Jika tidak dari sekarang, lalu kapan lagi? Dia harus mengerti mengenai jalannya perusahaan, menikmati masa hanya dengan senang-senang, haha hihi, minum-minum, menghamburkan uang, akan jadi apa dia nantinya? Dia harus mengingat dari keluarga mana dia dilahirkan dan dibesarkan!" singgung Arlo Howard.

"Kau lihat sekarang, bagaimana anak ini? Sudah semakin kurang ajar! Jika dia tidak ingin mendengarkanku, sungguh ... Dia bukan anakku!" Arlo Howard langsung memalingkan tubuh dan meninggalkan tempatnya dengan perasaan marah.

Adelle dan Shawn masih di tempat mereka, tatapan Adelle melihat kepergian Arlo Howard hanya mampu dia terima, dia juga tidak bisa menyinggung suaminya. Pandangannya kembali mengarah pada Shawn. "Sudahlah, jangan dimasukkan ke dalam hati perkataan Daddymu," pesan Adelle yang mencoba untuk menenangkan Shawn.

Akan tetapi Shawn tidak ingin bicara, tatapan dingin dan segera beranjak dari tempatnya. Shawn tidak peduli akan apa pun. Membuat Adelle memalingkan wajah dan memperhatikan Shawn. "Mereka sama sangat keras kepala." Adelle membatin dengan pandangan yang khawatir.

Shawn menaiki anak tangga yang melingkar, dia mengulurkan tangan kanannya lalu membuka pintu dengan tergesa. Mendorong pintu dengan kasar dan masuk ke dalam.

Shawn langsung melemparkan tas hitamnya di atas ranjang dan merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk.

Dia menilik kembali kamarnya yang mewah dengan mengedarkan pandangan. Ruangan yang megah dengan cat putih, kasur empuk seperti milik pangeran. Lampu yang dibiarkan menyala, beberapa meja yang terisi dengan barangnya, beberapa buku yang tertata rapi, tumpukan jam tangan di dalam kotak, aroma yang menenangkan dan segar.

Ada juga foto keluarga mereka yang terpajang di dinding samping. Nuansa putih yang memenuhi pandangan Shawn. Di dalam lemari kaca terlihat miniatur koleksi mewah tersusun dengan rapi. Dia langsung duduk dengan merenung, tanpa berkata apa pun dan melakukan hal lainnya.

KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang